Startup Indonesia di Tengah Gempuran Asing

Oleh: Donny Susilo MBA
(praktisi dan konsultan business plan di Donny and Partners, pendiri Cuma job.com dan Jakarta Business Plan Training Club)

**

Indonesia sejak dahulu kala telah menjadi sangat popular di dunia perdagangan internasional, sumberdaya alamnya yang melimpah dan tenaga kerja yang murah selalu menjadi alasan utama mengapa negara-negara besar datang ke Indonesia.

Hingga kini pun, dimana kemajuan ekonomi Indonesia mulai menjadi perhatian bagi negara asing untuk melakukan investasi, Indonesia juga masih saja hanya menjadi pasar bagi perusahaan asing.

Jika kita mau membuka mata, sangat mudah untuk melihat bagaimana industri keuangan negara tetangga kita seperti Singapore bisa tumbuh dengan mayoritas investasi berasal dari orang-orang Indonesia.

Industri vital seperti elektronik, consumer good dan otomotif pun tidak luput dari dominasi perusahan asing, patut diketahui bahwa 90% pasar otomotif di Indonesia sekarang ini dikuasai oleh 5 perusahaan asal Jepang.

Di samping itu, dominasi negara asing seperti Amerika dan Inggris masih terlihat di dalam industri sumberdaya alam dan pertambangan.

Akhir-akhir ini pemerintah Indonesia menggenjot pertumbuhan digital startup di Indonesia dengan gerakan nasional 1000 startup digital, namun fakta mengatakan bahwa kebanyakan startup digital yang sudah sukses dan besar di Indonesia justru didukung oleh modal asing.

Itu artinya, keuntungan startup pada akhirnya akan bermuara keluar negeri. Perusahaan lokal yang terlihat di permukaan masih banyak pada level usaha kecil menengah dan tidak bisa benar-benar melayani konsumen secara merata di seluruh Indonesia.

Hal ini bisa terjadi karena, tiga hal mendasar yaitu mindset, pengetahuan dan fasilitas dari pemerintah.

Mindset orang Indonesia yang telah sejak lama terbentuk untuk bangga terhadap produk luar negeri selalu menjadi ciri khas yang melekat, membuat brand lokal selalu kalah bersaing dengan brand luarnegeri.

Selain membuat industri lokal sulit bertumbuh, hal ini juga memberikan stimulasi pada pengusaha lokal untuk memilih menjadi distributor atau pemegang hak cipta merek luar negeri dibandingkan merek dalam negeri.

Hal yang kedua adalah, terkait pengetahuan, perluadanya sinergi antara perusahaan, instansi pendidikan dan pemerintah untuk mempersiapkan kebutuhan wirausahawan sejak dini.

Pasalnya,tidak semua pengusaha menjalankan bisnis yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, konsep teamwork yang telah terinternalisasi di dalam kurikulum pendidikan.

Hendaknya, dikaji lebih mendalam dan mengena, pasalnya kerjasama yang dibutuhkan oleh para generasi muda kita nantinya bukan pada sumber daya yang sama. Melainkan, mereka perlu bekerjasama dengan orang-orang dari lintas jurusan dengan sumber daya dan karakter yang berbeda.

Hal yang ketiga adalah, terkait dukungan pemerintah.

Pemerintah telah menerapkan banyak program yang mendukung startup seperti inkubasi bisnis yang meliputi pelatihan, fasilitas, perkenalan dengan investor dan perizinan.

Namun demikian, kesuksesan program pemerintah Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapore, lagi-lagi kendala permodalan selalu muncul. Dan, bisnis startup tidak mempunyai collateral yang cukup untuk akses mendapatkan permodalan.

Kini, tugas kita bersama termasuk pemerintah, pendidikan dan berbagai pemegang kepentingan lainnya adalah untuk membangun mindset mencintai produk dalam negeri untuk generasi muda mendatang, inovasi sangat dibutuhkan namun mempelajari market untuk bisa mendapatkan inovasi lebih penting.

Startup yang sudah ada perlu didorong untuk menjadi lebih besar membuka lapangan pekerjaan baru. Sehingga, dapat mengurangi jumlah pengangguran.

Meningkatkan target sangat penting. Kita tidak bisa menghindari persaingan dengan bangsa lain. Namun, kita bisa masuk ke negara lain untuk mengembangkan bisnis kita, hal ini yang disebut dengan internasionalisasi startup.

http://pimpinanmedia.id

 

 

Tinggalkan Balasan