Kabar Terakhir Dalai Lama ke XIV

MATRANEWS.id — Berita mengenai pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, terus menjadi viral di media sosial dan digital. Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu, kemarin sempat diberitakan sakit.

Dalai Lama dibawa ke Rumah Sakit Max, di New Delhi dan didiagnosis mengalami infeksi dada. Usia makin tua, kondisi kesehatan yang menurun banyak yang bertanya sosok penggantinya sebagai pemimpin spiritual Buddha di Tibet.

Berita terakhir, Dalai Lama disebut kembali ke Dharmsala, kota di India Utara. Sejarah membuat Dalai Lama menjadikan India sebagai “rumah”-nya. Apalagi, India secara resmi menyebut biksu Buddha itu, sebagai tamu kehormatan.

Dalai Lama Ke-14 merupakan salah satu tokoh Buddhis yang terkenal di dunia saat ini, baik di kalangan Buddhis maupun non-Buddhis. Dalai Lama Ke-14 mendirikan pemerintahan Tibet Pusat (pemerintahan Tibet dalam pengasingan) yang berpusat di Dharamsala, India.

Reputasinya sebagai penganjur perdamaian dunia berkembang setelah puluhan tahun berinteraksi dengan para pemimpin dan pesohor dunia, yang membuatnya disejajarkan dengan para visioner seperti Mahatma Gandhi dan Dr. Martin Luther King Jr.

Dari India, Dalai Lama pergi ke berbagai negara, menjadi ikon budaya dan spiritual.

Padahal, Dalai Lama bukan pemimpin tertinggi umat Buddhis dari tradisi Tibet atau Vajarayana (Tantrayana). Bukan pula pemimpin tertinggi umat Buddha sedunia.

Tanggal 17 November 1950, ia naik takhta sebagai kepala negara Tibet di saat pendudukan daerah itu oleh pasukan Republik Rakyat Tiongkok. Penganut Buddha Tibet percaya, jiwa seorang Lama atau biksu Buddha akan hidup kembali.

Nama “Dalai Lama” bukanlah nama orang atau pribadi. “Dalai Lama” berasal dari kombinasi kata dari bahasa Mongolia untuk kata “dalai” yang berarti “samudra”, dengan kata “lama” dari bahasa Tibet yang berarti “guru”.

Merupakan sebuah gelar yang diberikan kepada seorang bhiksu dalam Agama Buddha tradisi Tibet aliran Gelug, yang dipercaya sebagai seorang tulku (lama/guru spiritual Buddhis yang dilahirkan kembali dari kehidupan lampaunya).

Istana Potala di Lhasa didirikan pada 1645 menjadi tempat kediaman para Dalai Lama dan pusat pemerintahan sipil Tibet. Dalai Lama Ke-14 melawan pemerintah komunis Tiongkok pada tahun 1959.

Kecuali Dalai Lama Ke-1 (Gendun Drup), semua Dalai Lama memiliki nama Buddhis atau nama Dharma yaitu “Gyatso” di dalam deretan nama lengkapnya.

Makna kata yang berarti “Samudra” dalam bahasa Tibet ini diambil dari salah satu kata pada nama Buddhis dari Dalai Lama Ke-2, yaitu Gendun Gyatso Palzangpo.

Dalam tradisi, gelar Dalai Lama diberikan ke sosok pemimpin dengan peringkat tertinggi dalam ajaran Buddha di Tibet. Gelar itu diberikan kepada sosok yang dianggap sebagai reinkarnasi dari deretan guru agama yang dihormati.

Sebagai contoh, Dalai Lama Ke-3 memiliki nama Buddhis Sonam Gyatso, Dalai Lama Ke-5 bernama Ngawang Lobsang Gyatso, dan Dalai Lama Ke-14 bernama panjang Jetsun Jamphel Ngawang Lobsang Yeshe Tenzin Gyatso atau singkatnya Tenzin Gyatso.

Dalai Lama Ke-5 dikenal karena menyatukan jantung negeri masyarakat Tibet di bawah naungan aliran Gelug (Gelug-pa), setelah mengatasi pengaruh aliran Kagyu dan Jonan serta penguasa sekuler Pangeran Tsangpa.

Gelar “Dalai Lama” pertama kali diberikan oleh salah satu penguasa Mongolia, Altan Khan kepada seorang bhiksu dari aliran Gelug bernama Sonam Gyatso (yang kemudian dikenal sebagai Dalai Lama Ke-3) pada 1578.

Altan Khan juga memberi gelar “Dalai Lama Ke-1” dan “Dalai Lama Ke-2” kepada dua pendahulu dari kelahiran Sonam Gyatso sebelumnya.

Lebih dari setengah atau sembilan dari 14 Dalai Lama wafat di usia kurang dari 50 tahun. Enam Dalai Lama wafat di usia kurang dari 30 tahun. Dan Dalai Lama yang termuda wafat di usia anak-anak yaitu 9 tahun.

Dalai Lama bahkan bukan pemimpin spiritual tertinggi dari aliran Gelug (salah satu aliran dari 4 aliran besar Agama Buddha di Tibet). Akan tetapi, posisi para Dalai Lama di Tibet menjadi lebih berpengaruh saat ia mulai masuk dalam politik.

China mengecamnya sebagai separatis yang berbahaya. China menolak mengakui pemerintah di pengasingan itu dan tidak mengadakan pembicaraan dengan Dalai Lama atau wakil-wakilnya sejak 2010.

Dalai Lama, yang disebut China sebagai ‘serigala berjubah biksu’, dianggap China sedang berusaha memisahkan Tibet dari China.

Tentu saja, Dalai Lama membantah tuduhan itu, dan bersikukuh bahwa ia hanya mendukung otonomi yang cukup besar dan perlindungan bagi budaya asli Buddha di wilayah tersebut.

Dalai Lama biasanya menghabiskan beberapa bulan setahun berkeliling dunia untuk mengajar agama Buddha, dan menyoroti perjuangan rakyat Tibet untuk kebebasan yang lebih besar di Tiongkok.

baca juga: majalah MATRA edisi cetak — klik ini —

Tinggalkan Balasan