Mantan KSAL Reuni Bersama “Anak Kolong” Pasukan Elit

MATRANEWS.id – Anak korps baret merah, antara lain Komunitas Anak Batujajar masa kecil (Koabmacil) berkumpul di rumah pribadi Laksamana (Pur) TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P.

Dari sore hingga berakhir di penghujung malam.

Sambil makan, ngeriung di saung, mereka asyik cerita-cerita masa lalu. Bagaimana mereka anak sebaya yang tumbuh di daerah Batujajar, Kota Bandung.

Ketua Umum Persatuan Purnawirawan Angkatan Laut (PPAL) periode 2018-2021 itu memang lahir di Batujajar, Bandung, Jawa Barat pada 26 Mei 1960.

Di kawasan wilayah pelatihan Kopassus, mereka bertumbuh.

Proses kehidupan yang sederhana, jauh dari debur ombak dan asinnya air laut.  Pejabat Kasal ke-25 itu disebutkan, suka bermain bola di markas Kopassus, ngumpulin solongsong peluru, engklek, termasuk main kelereng.

Disebut-sebut  sebagai anak hiperaktif, karena suka sekali bermain petasan, baru kapok ketika ada teman yang tangannya putus.

Anak yang tak bisa diam itu, ternyata, mempunyai kemampuan menjahit dan suka membongkar barang-barang elektronik, membongkar dan bisa merakitnya kembali menjadi lebih canggih.

Berempati tinggi dan menghargai sesama, suka usil.  Sampai dijuluki “raja usil”.  Suka pulang duluan dari ngaji, hanya punya target, menakuti orang-orang yang pulang sholat dari mushola.

Ade pinjam mukena ibunya, kemudian memakai sarung tangan merah dari pabrik. Di suasana sepi itu, ia bersama satu orang teman, tiba-tiba muncul menggoda orang yang lewat. Tentu saja, orang-orang itu, pontang panting lari ketakutan.

Suatu kali, “kena batunya”.  Malam sepi.  Tanpa disadari, Ade tinggal sendiri. Entah kemana teman jailnya.  Yang  biasa ditunggu, orang lewat kok enggak ada.  Niat untuk iseng menakuti demikian kuat.

Usrak-usrek, lama juga menunggu.  Ade pun merasakan sesuatu yang aneh, badannya terasa dingin. Tiba-tiba, saat berbalik belakang. Weleh!

Dilihatnya, seperti manusia berbaju putih, tapi tidak ada mukanya. Sontak, Ade lari tunggang langgang.

Cerita masa lalu, di kawasan angker itu atau bagaimana peristiwa tali sepatu yang kemudian mempertemukan kembali teman kecil dan berbuah pacaran.

Naik sepeda motor berboncengan,  mengalir cerita-cerita seru.  Bagaimana si “jago silat” itu dikenal sayang dan perhatian dengan adik-adiknya.

Anak ketiga dari sebelas bersaudara pasangan H. Udjer Djauhari dan Hj Djuariah itu malah jokes soal mati lampu dan banyak lagi.  Sama sekali tak membicarakan politik.

Ayah dari Anindita Rivylarasati dan Andaru Dhimas Nugraha Vidianto ini, termasuk anak pintar. Selain nonton wayang golek, kegemarannya baca buku dan tak mengenal situasi. Bahkan, saat mati lampu, ia masih membaca dengan cahaya lilin.

Kepribadian masih membekas di ingatan rekan-rekannya yang datang malam itu. Kasal kedua dari tanah Pasundan itu, ketemu jodoh dengan Endah Esti Hartanti Ningsih putri dari “pasukan elit” Kopassus.

Ade dan Iin begitu menikmati “silaturahmi” bersama anak-anak Batujajar, malam itu.  Mereka berkangen-kangenan,  bernyanyi-nyanyi bersama.

Semakin terkesan, tatkala hadir pula grup duplikat dari Koes Plus bernama T-Koes. Agusta, Jaru, Galih, dan Jim. Mereka secara khusus diberi hadiah dua buku mengenai kemaritiman Indonesia dan biografi, yang sempat dicetak ulang.

“Mereka sudah kami anggap saudara dan keluarga,” ujar Ade Supandi, yang rencananya, bulan depan akan membuka  museum dan galeri bahari (Mugaba) di Batujajar, Bandung Barat. Sebuah destinasi baru bagi yang ingin berwisata edukasi.

baca juga:  majalah Matra edisi cetak terbaru — klik ini

Tinggalkan Balasan