Budaya  

Awan Semar Merapi Pertanda Apa?

Awan Semar Merapi Pertanda Apa?

Gunung Merapi (Dok BNPB-Sutopo)

MATRANEWS.id — Ada dua bentuk awan misterius yang sempat menggemparkan warga di sekitar gunung Merapi di tahun 2012. Awan itu membentuk tokoh pewayangan yaitu Petruk dan Semar.

Fenomena ini memang tak datang sekaligus, tapi bergantian. Kehadiran awan itu sontak membuat banyak orang berspekulasi tentang bentuk awan itu. Orang pintar mengatakan akan ada letusan ke arah Yogyakarta karena awan berbentuk petruk menghadap ke Yogyakarta.

Gunung Merapi kembali meletus dan mengeluarkan erupsi sejak Jumat (27/3). Kala itu, erupsi Gunung Merapi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 7 menit, dengan tinggi kolom abu erupsi 5 ribu meter.

Tak hanya sekali, Gunung Merapi tercatat beberapa kali mengeluarkan erupsi dengan amplitudo beragam. Namun di tengah-tengah rasa khawatir masyarakat sekitar, beredar foto yang menunjukkan awan panas Gunung Merapi berbentuk tokoh wayang Semar.

Foto gumpalan awan panas Gunung Merapi tersebut diunggah netizen. Menyertai foto tersebut, pemilik akun mengatakan bahwa kemunculan awan panas berbentuk Semar menandakan bencana akan segera berakhir, sesuai dengan kepercayaan orang Jawa-Mataram.

EYANG SEMAR SUDAH MENAMPAK DIRI, PAGEBLUK SEGERA BERAKHIR. Menurut kepercayaan orang Jawa-mataram,” tulis akun @arjuno_ireng01. “Jika gunung merapi menyaburkan awan panas menyerupai wajah (Eyang Semar) tokoh pewayangan Jawa. Itu artinya ada pagebluk (bencana).”

Lebih lanjut, sang pemilik akun tersebut juga mengaitkan kemunculan awan panas berbentuk mirip Semar dengan pandemi virus corona alias Covid-19. Pemilik akun tersebut pun berharap wabah Covid-19 di Indonesia segera berakhir.

“Percaya ataupun gak percaya kalo itu doa baik, kita amin kan saja….., semoga wabah ini segera berakhir,”tulis salah satu netizen. Karena, sebagian masyarakat mempercayai bahwa meletusnya gunung berkaitan dengan hal-hal mistis dan mitos di baliknya.

 

Mengundang Banyak Respon Netizen

Dengan adanya unggahan tersebut, saat ini penampakan ‘Semar’ pada saat terjadinya erupsi Gunung Merapi telah viral dan banyak diperbincangkan di media sosial. Tetapi kebenaran mengenai informasi dan keberadaan awan tersebut hingga saat ini belum dapat dipastikan seutuhnya.

Rata-rata letusan gunung yang terletak di perbatasan Provinsi DIY dan Jateng membumbungkan awan panas ribuan meter ke angkasa hingga menciptakan hujan abu vulkanik. Kota-kota seperti Magelang, Boyolali, Solo, Klaten, dan DIY kembali mencicipi abu sisa letusan gunung tersebut.

Di WhatsApp, facebook, twitter dan media lainnya beredar foto awan semburan Merapi yang menampakan wajah Semar dan tangan. Munculah berbagai pertanyaan tentang gambaran alam itu.

***

Yoga Hartantoro, pengamat Spiritual memberikan ulasan lewat websitenya, askara.co.

Bahwa, fenomena awan panas letusan Gunung Merapi Yogyakarta yang membentuk wajah Semar beberapa waktu lalu diyakini memiliki arti tersendiri di kalangan masyarakat Jawa. Banyak yang beranggapan itu adalah pertanda baik akan berakhirnya wabah corona.

Di kalangan praktisi spiritual Jawa, tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang ke-Ihlahian.

Tokoh Semar dalam pewayangan digambarkan sebagai manusia yang sederhana dan tidak sombong dengan harta dunia. Semar tidak memakai baju yang dibuat oleh tangan manusia artinya Semar melepaskan segala sifat dari diri manusia, yakni sifat sombong, angkuh, amarah, iri, dengki, jail, keji dan lainnya.

Manusia yang telah mengenal jati dirinya akan bersikap rendah hati, tidak sombong dan tidak merasa memiliki apa-apa karena ia sadar semuanya adalah pemberian Tuhan.

Manusia yang telah mengenal Tuhannya akan bersikap bijaksana karena ia mengetahui pasti bahwa dirinya tidak pintar dan tidak pantas berbuat tidak adil di hadapan Tuhannya.

Ia sungguh mengetahui pasti kebesaran Tuhannya hingga ia takut dan merasa kecil di hadapan Tuhannya.

Tokoh Semar berjalan setiap tiga langkah menengok ke kiri, ke kanan dan kemudian kebelakang. Artinya manusia harus peka pada lingkungan sekitarnya. Mengengok ke kiri dan ke kanan adalah kepedulian manusia kepada lingkungan dan tetangganya.

Apakah ada tetangga, teman dan saudara yang sedang kesulitan dan membutuhkan pertolongan? Dengan kepedulian antara manusia akan tercipta keharmonisan dan budaya saling membantu. Dari sikap peduli juga akan lahir kedamaian, kesejahteraan dan kemajuan.

Setiap tiga langkah Semar menengok ke belakang. Artinya langkah yang pertama adalah niat, langkah yang kedua adalah ucapan dan langkah yang ketiga adalah perbuatan. Semar menengok kembali setelah tiga langkah. Apakah niat, ucapan dan perbuatan dia telah benar?

Apakah niat, ucapan dan perbuatan dia telah melukai manusia lain? Apakah niat, ucapan dan perbuatannya telah sama, tidak seperti pendusta dan manusia munafik yang niat dan ucapannya tidak selaras.

Segala sesuatu yang ia kerjakan dilihat kembali, jika meninggalkan kesalahan ia segera akan meminta maaf dan memohon ampun pada Tuhan.

Semar dalam bahasa Jawa disebut Badranaya yang terdiri dari kata Bebadra (membangun sarana dari dasar) dan Naya atau Nayaka (utusan mangrasul). Arti keseluruhannya, Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia

Semar sebagai perlambang pelayan yang melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi.

Semar berjalan menghadap keatas maknanya, dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat.

Dengan bencana yang tengah terjadi saat ini, hendaknya para pemimpin kembali kedalam kesadaran diri untuk memayuhayuning bawono, yang artinya mengutamakan keadilan dan kebenaran di atas persada ibu pertiwi.

Sadar bahwa harta yang dimiliki tidak akan dapat dibawa setelah menemui Sang Khalik. Sadar bahwa pangkat dan kedudukan tidak dapat terhindar dari wabah penyakit dan kematian. Sadar bahwa hidup ini harus saling menyayangi dan mengasihi.

Sadar bahwa hidup ini harus berpikir yang baik, bicara yang baik, dan bertindak yang baik. Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, seluruh makhluk, dan lingkungan alam harus dengan sikap keluhuran budi, arif dan bijaksana.

Peringatan dari Sang Ilahi melalui bencana dan awan berbentuk Semar adalah sebagai pertanda untuk Eling Lan Waspodo.

Mari kita memohon ampun atas segala salah dan dosa agar bencana segera berakhir. Mingkar Mingkuring Angkoro.

 

Tinggalkan Balasan