Buku Kasal Kedua dari Tanah Pasundan & Fondasi Negara Maritim, Siap Dicetak Ulang

 

“Dalam merekonstruksi kembali kisah hidup untuk menjadi sebuah buku, saya banyak dibantu oleh teman-teman media massa dan Dinas Penerangan Laut.” — Laksamana Ade Supandi.

MATRANEWS.id — “Saat ini stok buku berjudul: “KASAL Kedua dari Tanah Pasundan”, Laksamana TNI Ade Supandi habis,” demikian penjelasan salah seorang Dispenal Angkatan Laut.

Ternyata banyak dicari oleh tokoh, akademisi penyuka dan pengoleksi buku.

“Mereka mencari buku biografi dan pemikiran itu, di toko buku Gramedia dan Gunung Agung,” ujar S.S Budi Rahardjo, Pemred Majalah MATRA yang juga menjadi tim penulis buku itu.

Pencetakan dikelola pihak Ade Supandi sendiri.

Secara khusus, dari atas panggung Kasal kedua dari tanah Pasundan mengucap terima kasih kepada tim penulis buku.

“Kepada bapak SS Budi Rahardjo yang menjadi editor, juga kordinator tim penyusun di bawah Laksma TNI Gig Jonias, juga tim riset Kol Syarif Thoyib dan Kol Heddy Sakti,” ujar Laksamana (Purn) Ade Supandi.

Buku biografi, kisah hidupnya untuk menjadi sebuah buku, banyak dibantu oleh teman-teman media massa dan Dinas Penerangan Laut, sehingga potongan-potongan kisah dan peristiwa menjadi puzzle sejarah kehidupannya.

“Apa yang terjadi pada masa kini, tidaklah berasal dari kekosongan masa lampau, karena di dalamnya ada dimensi ruang dan waktu yang terisi oleh sejarah dengan segala kisah yang mewarnainya,” ujar Laksamana (pur) Ade Supandi, dalam sekapur sirih biografi yang berjudul “Kasal Kedua Dari Tanah Pasundan”.

Peristiwa Setahun Lalu

Setiap jejak yang dilalui tidak hanya dimaknai sebagai serangkaian kebetulan sesuai scenario Tuhan.

“Dalam merekonstruksi kembali kisah hidup untuk menjadi sebuah buku, saya banyak dibantu oleh teman-teman media massa dan Dinas Penerangan Laut, sehingga potongan-potongan kisah dan peristiwa menjadi puzzle sejarah kehidupan saya,” ujar Ade.

“Bukunya tebal, tapi enak dibaca dan mudah dicerna. Sisi-sisi humanisme seorang militer hingga buah pikiran Ade Supandi memang amat berguna bagi yang sudah menjadi TNI AL, maupun yang minat, penjaga lautan dan pulau negeri. Tulisannya menginspirasi dan dapat menjadi bahan renungan,” ujar Prof Dr Anhar Gonggong, ilmuwan sejarah.

Dengan harapan menjadi kaca benggala sebagai media refleksi diri dan memberikan manfaat kepada anak cucu dalam menghadapi kehidupan di masa kini dan masa datang.

“Orang gunung kok jadi pelaut, bahkan kemudian menjadi Laksamana yang memimpin AL dari sebuah Negara bahari, kelautan, maritim terbesar dunia,” ujar Prof Dr Anhar Gonggong, ilmuwan sejarah.

Dalam bedah buku tersebut, turut hadir sebagai moderator yaitu Tina Talisa, dan menghadirkan para panelis, diantaranya Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh, Prof. Dr. Anhar Gonggong, Prof. Dr. Rokhmin Dahuri dan Prof. Dr. Indroyono Susilo.

Dalam kesempatan launcing buku itu, hadir pula Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal), para pejabat Mabes TNI dan Polri, para pejabat teras Mabesal, para mantan Kasal Laksamana TNI (Purn) Laksamana TNI (Purn) Widodo AS, Laksamana TNI (Purn) Arief Kushariyadi, Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, serta para tamu undangan lainnya.

Acara peluncuran buku tersebut dihadiri juga oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, S.E., M.M., di Gedung Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (18/10).

Dalam sambutannya, Kasal Laksamana TNI Siwi Sukma Adji mengatakan, pandangan dan pemikiran Laksamana Ade Supandi yang dituangkan dalam kedua buku ini, merefleksikan tata cara berpikir dengan tidak sekedar memberikan gagasan, akan tetapi ikut serta dalam proses dan implementasi membangun Indonesia sebagai negara maritim yang kuat.

“Untuk itu saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada beliau yang telah memberikan sumbangsih pemikiran sebagai inspirasi bagi kita semua,” ungkap Laksamana TNI Siwi Sukma Adji.

Dua buku tersebut berjudul “Kasal Kedua dari Tanah Pasundan” dan Fondasi Negara Maritim”. Pada buku pertama biografi tentang penulis dengan merekonstruksi siapa yang terjadi mulai dari saat lahir dalam pengasuhan dan bimbingan orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kerja, hingga perjalanan hidup Laksamana (Purn) Ade Supandi menjadi Kasal.

Dalam buku tersebut Laksamana (Purn) Ade Supandi ingin berpesan agar menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur, mengembangkan diri dalam etika melalui kerja keras, kerja cerdas, dan senantiasa dalam jalan yang benar.

Buku kedua berjudul “Fondasi Negara Maritim” lebih mengemukakan bagaimana membangun Indonesia sebagai sebagai negara maritim yang kuat. Secara keseluruhan fondasi maritim mengarahkan pada terwujudnya ocean leadership atau kepemimpinan yang bervisi maritim untuk mencapai kebijakan maritim yang terintegrasi. Kebijakan tersebut menjadi cerminan dalam mencapai tata kelola maritim yang baik dalam bingkai negara dan peradaban maritim yang maju.

“Untuk itu, saya sampaikan apresiasi setinggi-tingginya, buku ini sebagai sumbangsih pemikiran kepada kita bersama,” ujar Siwi sambil mengutip sebuah pepatah yang menyebutkan, hidup tanpa buku seperti ruang gelap. Karena itu, setiap manusia bisa melihat isi dunia hanya cukup dengan membaca halaman dalam buku.

KSAL pun kagum, Ade memilih menghasilkan karya berupa buku agar dapat dinikmati generasi mendatang, yang ingin belajar tentang dunia kemaritiman. “Dua buku ini merupakan cakrawala untuk membangun bangsa maritim yang kuat. Jadi buku ini sangat penting,” ujar Siwi.

KSAL memuji karir, mantan Kepala Staf Angkatan Laut periode 2015-2018 menjadi catatan tersendiri di dunia militer Indonesia. Orang Sunda kedua setelah Laksamana (anumerta) RE Martadinata yang menjadi Kasal. Joint The Navy to See The World, menjadikankannya ia menginjak 41 negara dunia.

Tinggalkan Balasan