Christovita Wiloto: “Jokowi Bisa Kalah, Kalau Para Relawan-nya Malas, Diam dan Nikmat di Zona Nyaman.”

Reuni 212 Berlangsung Damai
Presiden Jokowi “turun menyapa” di aksi 212 lalu.

Saat ini lawannya dari Old Indonesia, para pencinta status quo

ChristovitaWiloto berharap, tiap hari ada penambahan jumlah pemilih Jokowi. “Dari yang anti Jokowi menjadi pro dan memilih Jokowi,” ujarnya.

“Jangan Kaget, Jokowi Bisa Kalah!” pernyataan itu sempat viral dan membuat banyak pihak tersentak, saat dishare di media sosial.

Para sahabat, rekan, relasi dan relawan yang berjuang untuk kandidat Presiden 2019-2024, Joko Widodo dikritik tajam oleh Christovita Wiloto, pria yang sejak awal Jokowi “berjuang” ia sudah menjadi relawan.

“Sahabat, jangan kaget ya, Jokowi bisa kalah, kalau kita para Relawan-nya malas. Hanya mau diam dan nikmat di zona nyaman kita masing-masing. Tidak mau keluar dari zona nyaman dan berjuang habis-habisan door to door, heart to heart.,” demikian pria bertubuh subur ini menyentak.

“Dulu, kita Relawan berjuang habis-habisan, tanpa pamrih apapun. Hanya demi Indonesia jaya! Perjumpaan kita belum selesai, tepatnya perjuangan kita sebagai Relawan, tidak pernah selesai,” tutur Christo, pria yang juga ahli komunikasi ini.

Ketua Umum Komunitas Relawan Indonesia Dahsyat ini menyebut, agar Jokowi bisa menang kita harus berani berjibaku, puputan, jauh lebih habis-habisan dari saat Jokowi menjadi DKI 1 dan RI 1 sebelumnya.

Christo mengingatkan, “Saat ini lawannya dari Old Indonesia, para pencinta status quo, bersatu semua dan habis-habisan bergerilya langsung ke setiap jiwa rakyat kecil Indonesia yang jumlahnya terbanyak.”

Masih pernyataan dari Founder IYE! Indonesian Young Entrepreneurs & Strategic Indonesia itu, yang diperlukan itu door to door, heart to heart, . “Perjuangan gang ke gang, pintu ke pintu, hati ke hati,” paparnya.

“Bukan yang hura-hura,” tegas CEO PowerPR ini mengingatkan.

Pria asal Solo ini memaparkan situasi dan ia mendapat banyak masukan, banyak relawan yang masuk dalam zona nyaman, ketika sudah mendapat posisi.

Christovita Wiloto memberi gambaran lalu, ketika Ahok kalah karena para pendukungnya tidak berjuang menambah jumlah pendukung baru. Tapi, “Asyik sendiri hura-hura eksklusif bersama sesama pendukung saja.”

“Terlalu asyik hura-hura sesama pendukung Jokowi, sama sekali tidak akan menambah jumlah pemilih Jokowi, tapi justru akan mengurangi,” tutur Christo.

Lewat media sosial dan teman-teman media massa, Christo berdiskusi dan berupaya agar relawan bersentuhan dengan rakyat kecil yang seperti terkucilkan, minder, tidak bisa ikut komunitas yang heboh dan hingar bingar tapi tidak memperhatikan mereka.

“Sekali lagi, bukan yang hura-hura, ingat Ahok kalah karena para pendukungnya tidak berjuang menambah jumlah pendukung baru,” ujar Christo seakan sedang menasehati dirinya sendiri. Tapi, sesungguhnya ia berharap ini bergaung dan merasuk ke segenap relawan.

“Tak perlu ribut dan berkelahi. Sehingga membuat jurang antara yang pro dan anti,” ujar Christo laiknya sang motivator.

Masih menurut Christo Wiloto, yang harus kita lakukan sekarang justru menambah sebanyak-banyaknya rakyat, khususnya rakyat kecil yang pro Jokowi. “Mengubah dari anti Jokowi menjadi pro Jokowi,” ucapnya.

“Rakyat kecil harus didatangi, door to door, hati ke hati. Hanya dengan merasakan kehangatan hati kita para Relawan, mereka bisa merasakan kehangatan Jokowi,” ujar Christo yang melakukan sesuatu bersama relawan sekelilingnya.

Yang menjadi catatannya, rakyat kecil tidak paham benar mana fakta kebenaran dan mana Hoax. Mereka butuh sentuhan kebenaran. Hujan informasi tentang Jokowi di sosial media bagus, dan harus terus ditingkatkan. Namun, “Tidak Cukup!”

Christovita Wiloto menjelaskan, rakyat kecil yang jumlahnya sangat amat banyak, tidak semuanya mengakses sosial media. Yang mengakses sosmed tidak semuanya mengakses info sehat, lebih banyak rakyat yang terpapar Hoax.

“Ketulusan hati kita sebagai Relawan dan perjuangan keras dan habis-habisan yang langsung turun ke rumah-rumah, bersentuhan, bersalaman, bicara mata ke mata, hati ke hati adalah mutlak, harus!” ajaknya.

“Bila kita ingin Jokowi menang lagi. Kalau kita ingin Indonesia terus semakin maju dan jaya! Kalau ingin Indonesia tidak kembali lagi hancur ke jaman jahiliah, dimana korupsi merajalela!” Christo seakan sedang berpuisi, tapi sesungguhnya sedang memberi pencerahan.

Tak bermaksud menghakimi, Christo memaparkan euforia dan hura-hura “ribut” di sosial media tak harus dilakukan. Perang kampret dan cebong. “Sama sekali tak menambah jumlah pemilih baru Jokowi,” ujar Christo menyebut, jangan-jangan enerji kita habis ribut hanya dengan “Robot”.

“Ingat, tragedi kekalahan Ahok jangan sampai terulang lagi. Tiap hari harus ada penambahan jumlah pemilih Jokowi, dari yang anti Jokowi menjadi pro dan memilih Jokowi,” tuturnya penuh semangat.

“Janganlah terlena dengan hasil-hasil survey yang disengaja digoreng sedemikian rupa, digembar-gemborkan seolah-olah Relawan Jokowi tidak usah berbuat apa-apa, hanya ongkang-ongkang kaki saja dan otomatis pasti Jokowi menang,” masih menurut Christo Wiloto.

Intinya, “Jangan sampai tragedi Pilkada DKI terulang lagi. Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tidak ada artinya. Salam Indonesia Jaya!”

baca: majalah eksekutif cetak (print) terbaru — klik ini

“Tak perlu ribut dan berkelahi. Sehingga membuat jurang antara yang pro dan anti”

Para Pria Sejati Berkumpul

Tinggalkan Balasan