viral  

Dokter Laiknya Influencer-selebgram-youtuber

MATRANEWS.id –– Dokter Ricardo W Sastro bukanlah seorang influencer. Tapi, ia punya dedikasi memberi informasi mengenai adaptasi kebiasaan baru aman COVID-19.

Termasuk yang aktif mem-buzzer informasi, apa saja hal-hal yang berkait protokol kesehatan. Dari mengedukasi protokol kesehatan keluarga, hingga mengirim ketentuan yang belum berlaku dan sedang digodok pemerintah.

Juga mengedukasi  seperti memakai masker, rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dan menjaga jarak, saat melakukan setiap aktivitas.

Ricardo merupakan aktivis LSM Bersama yang juga merupakan Redaktur Khusus Majalah HealthNews (yang direkomendasikan UNODC) termasuk yang komit, serta berintegritas melahirkan perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat dan penyesuaian menghadapi pandemi COVID-19.

Dengan rajin, rekan dan relasinya di info jika harus beraktifitas sehat dengan ciptakan lingkungan tanggap kesehatan, ketika ada warga yang terpapar.

Info di share lewat medsos, semacam Whatsapps. Hal-hal yang berkait fenomena adaptasi dan penyesuaian kebiasaan baru tersebut. Termasuk mengingatkan, “Awas Covid-19 Belum berakhir.”

Dokter Ricardo memang punya pengalaman bagaimana mengedukasi masyarakat dalam pencegahan narkoba, sejak jaman Bakolak Inpres 71.

Ia mengedukasi masyarakat, kreatif dalam mengemas cara penyampaian edukasi kepada masyarakat dalam hal New Era ini.

Melalui ruang digital, agar bisa dirasakan semua mengedukasi melalui media sosial memberikan edukasi pada masa adaptasi kebiasaan baru ini.

“Bukan berarti menggurui, hanya sharing informasi yang kiranya dapat tersebar lebih luas dan membangun trust dalam menghadapi pandemi ini bersama-sama,” kata Dr Ricardo W Sastro.

Hal yang dilakukan Ricardo secara tulus, laiknya influencer atau selebgram, youtuber.

Yang oleh gugus tugas relawan, ternyata dipakai secara professional untuk menjembatani informasi  dan menyebarkan ke masyarakat. “Yang punya amanah menyampaikan informasi dengan benar. Stop informasi yang salah,” ucapnya.

Yang terakhir diposting dr Ricardo adalah “Kenali Anosmia Gejala Paling Khas Saat Terinfeksi Covid-19. Apakah itu Anosmia?

Anosmia adalah hilangnya fungsi Indera Penciuman atau Penghidu.  Anosmia terjadi karena adanya gangguan pada sel saraf penciuman.

Biasanya, kondisi ini sering kita alami, jika kita sedang pilek, ada penyakit sinus atau penyakit pada tulang atap rongga hidung karena infeksi, tumor, cidera kepala dan lain-lain.

Jadi, apa ciri-ciri Anosmia?

Untuk mengetahui kita  anosmia atau tidak, kita dapat mencium aroma yang sering kita bau atau cium, setiap hari (parfum, aroma masakan, aroma kopi dll). Jika ada penurunan atau hilangnya aroma tersebut , kemungkinan  anosmia.

Selain Anosmia juga ada hiposmia yaitu menurunnya Indra penciuman. Ageusia yaitu hilang nya Indra pengecap atau perasaan. Gimana, sudah tahu?

Virus corona atau SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19, biasanya menimbulkan sejumlah gejala pada orang yang dijangkitinya.

Beberapa gejala yang lumrah timbul pada orang yang terinfeksi termasuk demam tinggi, batuk, hingga mudah lelah.

Anosmia umumnya terjadi pada orang-orang yang mengalami flu biasa akibat hidung tersumbat, di mana terjadi pembengkakan di area tersebut. Tapi, pada penderita Covid-19, gejalanya akan jauh lebih parah.

Anosmia adalah suatu kondisi hilangnya kemampuan indra penciuman seseorang, baik itu sebagian atau seluruhnya. Anosmia dapat bersifat sementara atau permanen, bergantung pada faktor yang melatarbelakanginya.

Untuk memastikan apakah anosmia yang Anda alami berkaitan dengan COVID-19 atau tidak, mungkin saja Anda juga diminta untuk melakukan beberapa tes COVID-19, seperti rapid test, swab test, atau rontgen thorax (rontgen dada).

Dilansir dari Science Direct, dalam sebuah kasus COVID-19 yang disertai dengan gejala anosmia, pasien diresepkan obat Azitromisin dan Oseltamivir yang dikonsumsi selama 5 hari dengan pemantauan fungsi pernapasan dan tanda-tanda keparahan selama pengobatan.

Setelah menjalani isolasi di rumah selama 14 hari dan gejala pernapasan berakhir, pasien dapat pulih dan dapat melakukan aktivitasnya kembali tanpa mengalami gangguan fungsional.

Meskipun belum dapat dipastikan keterkaitan antara anosmia dan COVID-19, termasuk penyebab dan pengobatan spesifiknya, para ahli kesehatan telah sepakat bahwa mengabaikan gejala anosmia pada penderita COVID-19 dapat memperburuk kasus dan meningkatkan angka kematian.

Oleh sebab itu, anosmia COVID-19 menjadi gejala paling khas dari infeksi virus corona saat ini, sekaligus membantu membedakan penyakit ini dari sekedar flu biasa.

Tinggalkan Balasan