MATRANEWS.id — Shin Tae-yong (bahasa Korea: 신태용, Hanja: 申台龍; lahir 11 April 1970) adalah mantan pemain sepak bola berkebangsaan Korea Selatan yang kini menjadi pelatih tim nasional Indonesia. Sebelumya Coach Shin pernah menjadi Pelatih Korea Selatan pada Piala Dunia 2018.
Oleh Netizen, jalan Kramat Sentiong namanya diubah menjadi Kramat Shin Tae Yong. Padahal, asal usul nama Kramat Sentiong di Jakarta juga seru. Punya jejak kisah di balik sebuah nama.
Di tengah hiruk-pikuk Kota Jakarta yang modern, terdapat sejumlah tempat yang masih menyimpan jejak masa lalu yang suram. Salah satunya adalah Kramat Sentiong, sebuah nama yang mungkin sudah tidak asing lagi di telinga warga Jakarta Pusat. Namun, apa sebenarnya yang tersembunyi di balik nama itu?
Mengenal Nama “Kramat” di Jakarta
Kramat, sebuah kata yang sering mengisyaratkan tempat-tempat keramat, terdapat dalam berbagai nama kelurahan, kampung, jalan, atau tempat lainnya di sekitar Jakarta. Kampung Kramat Kalong di Batuceper, Tangerang, Kramat Tunggak di Jakarta Utara, Kramat Jati di Jakarta Timur, dan Kramat Kalong di tepi kali Mookervaart, Grogol, Jakarta Barat, hanya beberapa contohnya. Dan tentu saja, Kramat Sentiong yang berada di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, juga merupakan bagian dari jejak-jejak itu.
Sebuah Bangunan Bersejarah di Jakarta Pusat
Kramat Sentiong tidak hanya sebuah nama. Di baliknya, terdapat sebuah bangunan kuno yang masih berdiri tegak di tengah-tengah kesibukan Jakarta Pusat. Namun, keberadaannya tidak terlepas dari sejarah yang kelam.
Menurut cerita dari salah satu warga setempat, bangunan ini telah berpindah tangan beberapa kali sehingga sulit untuk menentukan siapa pemilik resminya.
Kisah Pembantaian dan Kengerian Masa Lalu
Kramat Sentiong memang tidak bisa dilepaskan dari bayang-bayang masa lalu yang mencekam. Nama “Kramat” sendiri mengisyaratkan tentang ketakutan dan tragedi.
Diceritakan bahwa pada masa penjajahan Jepang, terjadi pembunuhan yang mengerikan di tempat ini. Orang Belanda dan masyarakat Indonesia menjadi korban dalam adegan kekerasan yang ditengarai terjadi di sepanjang kali Ciliwung.
Salah satu kisah menakutkan yang masih dikenang adalah bagaimana rumah orang Belanda pada masa itu dikabarkan ditahan menggunakan bambu oleh tentara Jepang, sehingga tidak ada yang bisa keluar.
Di sekitar kali Ciliwung, tempat pembantaian itu terjadi. Bahkan, hingga tahun 1950-an, warga Kramat sering kali menemukan tengkorak manusia ketika menggali sumur.
Aura Horor yang Menyelimuti
Bangunan kuno di Kramat Sentiong sering kali dipercayai memiliki aura horor, terutama pada masa ketika sekitarnya masih sepi dan ditumbuhi pohon-pohon besar. Namun, dengan berjalannya waktu dan semakin banyaknya keramaian di sekitar, aura tersebut mulai memudar.
Kini, Kramat Sentiong menjadi bagian dari kisah masa lalu yang berusaha dilupakan, tetapi nama itu tetap mengingatkan akan kejadian tragis yang pernah terjadi di sana.
Sebuah nama, sebuah tempat, dan sebuah kisah. Kramat Sentiong mengajarkan kita bahwa di balik nama-nama yang kita kenal sehari-hari, terdapat cerita-cerita yang mungkin lebih menakutkan dari yang kita bayangkan.
Dan semoga, dengan mengenal sejarah di balik nama-nama itu, kita dapat lebih menghargai dan memahami warisan masa lalu yang membentuk identitas kota Jakarta yang kita cintai.