Kolom  

Hukum Tarik-Menarik dalam Al-Qur’an dan Hadis: Kekuatan Doa dan Keyakinan

Hukum tarik-menarik, yang dikenal sebagai Law of Attraction, merupakan sebuah konsep yang menyatakan bahwa segala hal dapat ditarik ke dalam hidup seseorang melalui kekuatan pikiran dan perasaan

Law of Attraction

MATRANEWS.id – Hukum tarik-menarik, yang dikenal sebagai Law of Attraction, merupakan sebuah konsep yang menyatakan bahwa segala hal dapat ditarik ke dalam hidup seseorang melalui kekuatan pikiran dan perasaan.

Konsep ini melibatkan fokus pikiran pada tujuan yang diinginkan dan keyakinan bahwa tujuan tersebut akan terwujud.

Hukum tarik-menarik ini sejalan dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadis, yang menekankan pentingnya doa, keyakinan, dan penerimaan dalam mencapai tujuan hidup.

Doa merupakan manifestasi dari harapan seseorang.

Dalam kitab “Shahih Muslim”, Rasulullah Saw. menyatakan bahwa doa seorang hamba akan selalu dikabulkan oleh Allah selama tidak melibatkan dosa, memutuskan silaturahim, dan dilakukan dengan tergesa-gesa.

Rasulullah Saw. juga menjelaskan bahwa kesabaran dan ketenangan hati diperlukan dalam berdoa, karena penerimaan karunia Allah Swt. bermula dari ketenangan hati dan pikiran yang teratur.

Doa yang disertai dengan keyakinan yang kuat dalam pikiran dan perasaan dapat dengan cepat mewujudkan segala sesuatu.

Keyakinan adalah kekuatan terbesar yang dimiliki manusia.

Dalam buku “Terapi Berpikir Kreatif” karya Ibrahim Elfiky, diungkapkan bahwa hidup adalah cerminan dari perasaan dan keyakinan seseorang.

Nabi Muhammad Saw. juga pernah bersabda, “Bersikaplah optimis terhadap kebaikan, dan kalian akan mendapatkannya.”

Setelah berdoa dan memiliki keyakinan, seseorang juga perlu menerima dan tawakkal, yaitu pasrah sepenuhnya kepada Allah Swt.

Allah Swt. akan menyediakan kebutuhan manusia sebagaimana yang tercantum dalam QS. al-Thalaq (65): 3.

Keinginan dan harapan seseorang sebaiknya disertai dengan sifat kesabaran.

Dengan demikian, mencapai kesuksesan hidup akan menjadi lebih mudah.

Orang-orang yang memiliki kesabaran biasanya tidak gentar menghadapi kegagalan, karena mereka melihat kegagalan sebagai ujian yang harus dihadapi dalam perjalanan menuju kejayaan.

Selain doa, keyakinan, dan penerimaan, terdapat dua hal lain yang dapat mempercepat hukum tarik-menarik ini, yaitu sedekah dan berprasangka baik.

Dalam hadis qudsi, Allah Swt. berfirman bahwa Dia bergantung pada prasangka hamba-Nya terhadap-Nya. Allah Swt. berada bersama orang yang mengingat-Nya, baik ketika ia mengingat-Nya dalam dirinya sendiri maupun dalam keramaian.

Allah Swt. akan mendekatkan diri kepada orang yang mendekat kepada-Nya.

Dari hadis tersebut, kita dapat memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia sangat bergantung pada pola pikir dan perasaannya.

Hal ini sesuai dengan prinsip hukum tarik-menarik, di mana seseorang harus memiliki tujuan yang tinggi yang memperkuat kekuatan pikirannya, sehingga ia akan bertindak dan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut karena telah yakin bahwa tujuan tersebut akan tercapai.

Tindakan dan usaha yang konsisten dan dilakukan dengan keyakinan tersebut secara tidak sadar akan membawanya menuju suatu tingkatan baru di mana tujuan tersebut akan tercapai.

Rumusan Al-Qur’an sungguh mengejutkan: “Bahagialah sebelum bekerja (mengejar kekayaan)! Allah Swt. mengetahui bahwa setiap pekerjaan yang kita lakukan dengan rasa bahagia akan menghasilkan hasil yang memuaskan.

Dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur’an, Allah Swt. selalu mendorong kita untuk merasa bahagia dalam menjalani kehidupan ini.

Tidak perlu bersedih dan takut, selama hati dan pikiran kita selalu mengingat Allah Swt.

Dalam kitab “Mafatih al-Ghoib” karya Fahrudin al-Razy dijelaskan bahwa manusia harus menggunakan pikirannya untuk mengubah ketidakbenaran dalam dirinya, karena Allah Swt. telah memberikan manusia akal yang kuat.

Seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw., yang selalu memiliki harapan yang baik dan tidak percaya pada takhayul.

Teori hukum tarik-menarik menganggap bahwa kebaikan akan menarik kebaikan, sedangkan keburukan akan menarik keburukan.

Seperti yang tercantum dalam QS. al-Jatsiyah (45): 15, “Barangsiapa melakukan kebaikan, maka itu untuk kebaikannya sendiri, dan barangsiapa melakukan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian kalian akan kembali kepada Tuhanmu.”

Hal ini juga ditegaskan dalam QS. al-Zalzalah (99): 7-8, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, dia akan melihat balasannya.”

Dari ayat-ayat tersebut, kita dapat memahami bahwa Allah Swt. mendorong hamba-Nya untuk selalu berpikir positif dan menyebarkan kebaikan (fastabiqul khairat), sementara melarang keras berbuat kekerasan (sayyiat) dan kerusakan (fasad).


BELI BUKU KLIK DISINI


 

Tinggalkan Balasan