Sedang Diusulkan Lembaga Penelitian/Pengembangan Humor.

MATRANEWS.id — Humor Itu Serius. Pernyataan ini sempat bergulir ketika ditulis oleh Arwah Setiawan.

Dalam tulisan ini, kata “humor” dipakai dalam pengertiannya yang paling umum dan luas – segala rangsangan mental yang membuat orang tertawa.

Di mana-mana, di tengah keadaan yang rata-rata dinilai belum tenteram-bahagia ini, kita masih lihat khalayak ramai tersenyum-senyum, bahkan terbahak-bahak.

Kesenian tradisional tak sepi dari tawa: wayang, ludruk, lenong.  Sekarang ini, orang sering men-share lelucon-humor, lewat media sosial. Seru-seru saja, daripada melempar hoax.

Seorang dari kelas atas masih boleh menyentuh humor, asal humornya sekadar untuk memeriahkan obrolan di antara teman, atau buat menyegarkan ceramah ilmiah serta menyemarakkan kampanye politik.

Tapi kalau humor yang paripurna, berdiri sendiri, itu kurang gengsi — kerjaan badut-badut.

Ibarat masakan, humor dianggap bumbu penyedap belaka bagi hidangan lain. Kurang dipikirkan humor sebagai hidangan pokok penuh gizi.

Humor membuat orang tertawa, ilmu pengetahuan mengakibatkan orang menjadi paham, seni membuat orang takjub atau terharu.

Emosi yang mendasari humor bersifat agresif, ilmu pengetahuan didekati dengan emosi netral atau berjarak, seni diliputi rasa kagum atau belarasa.

Humor mempunyai logikanya sendiri. Logika humor, oleh Koestler didasarkan pada teorinya, bisosiasi. Bisosiasi adalah proses kreatif yang berjalan di atas lebih dari suatu bidang datar kerangka pemikiran atau konteks.

Di samping kreatif, humor memiliki dayaguna yang sangat luas. Dayaguna humor agaknya sudah secara universal disadari, meskipun belum tentu diamalkan.

Tidak hanya bangsa-bangsa demokratis –liberal, bahkan masyarakat-masyarakat “terpimpin” pun menyadarinya.

Dari ujung kanan spektrum politik, Presiden Park Chung Hee dari Korea Selatan pernah menyatakan: “Lebih dari masa lalu, sekarang humor dapat memainkan peran obat penenang guna mengendorkan ketegangan dan menguraikan keresahan umat manusia dalam masyarakat yang kini ditimpa dehumanisasi ini.”

Ada dua jenis kegunaan humor: yang langsung dan yang tak langsung.  Kegunaan langsung humor yang sudah paling banyak diketahui adalah untuk menghibur. Karena sudah disadari di mana-mana tak perlu dipanjanglebarkan di sini.

Suatu kegunaan langsung yang penting dari humor adalah sebagai sarana koreksi sosial, sebagai bentuk kritik.

Harus diingat, fungsi kritik sosial ada dua: untuk memperbaiki kekeliruan, dan guna menyalurkan ganjalan dalam hati si pengritik maupun khalayak yang sependirian dengannya.

Atau kritik bisa dilontarkan bersama tawa. Berbeda dengan kritik yang tertutup dan ilmiah, kritik humor yang terbuka akan mengikutsertakan masyarakat banyak.

Keterbukaan menyebabkan rakyat merasa diwakili, dan humor dinikmati khalayak ramai.

Dunia dan sejarah penuh dengan masyarakat-masyarakat yang memanfaatkan humor dari segi ini.

Kita memang sedang diserbu informasi dari segala penjuru. Tapi segala informasi itu datang dengan jurus yang lempang, sehingga awam cenderung jenuh dengannya.

Maka informasi lewat humor, karena masih langka dan terbungkus kesegaran, kiranya akan lebih mudah sampai pada khalayak ramai.

Ilmu humor

Di samping kegunaannya yang langsung, humor juga dapat dimanfaatkan secara tak langsung, sebagai cabang ilmu tersendiri.

Ini baik guna memperkaya khasanan perbidangan ilmu, maupun guna melengkapi ilmu-ilmu lain yang sudah berjalan seperti psikologi, antropologi, sosiologi, sastra, politik dan sebagainya.

Para psikolog sudah lama memandang humor sebagai semacam jendela darimana dapat dijenguk relung-relung yang lebih dalam dari jiwa manusia.

Di samping sikap, tutur bahasa atau cara busana, humor merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui watak seseorang.

Lembaga penelitian dan pengembangan humor

 Barangkali ada baiknya dilancarkan suatu upaya yang lebih disengaja dan terkoordinasi untuk membudidayakan humor.

Untuk bidang praktik dan di bidang teori. Di bidang praktik umpamanya menerbitkan majalah atau buku-buku, mendirikan semacam perkumpulan humoris, membentuk bank naskah komedi.

Atau menyelenggarakan secara berkala suatu (event) humor yang bisa mencakup bermacam kegiatan seperti festival lawak, pameran karikatur, sayembara penulisan humor, pembacaan anekdot (sebagai tandingan pembacaan puisi).

Di bidang teori, pusat ini dapat mendirikan suatu badan atau lembaga yang menjalankan penelitian humor, kemudian melakukan dokumentasi humor, menyelenggarakan ceramah, seminar atau diskusi tentang humor. Juga  menggiatkan kritik-kritik humor.

Arwah Setiawan sempat mengusulkan,  “Lembaga Penelitian dan Pengembangan Humor”, “Pengantar Ilmu Humor”, bahkan “Sarjana Humorologi” tidak boleh ditanggapi dengan serius.

Gimana? Tertawalah, jangan terlalu serius. Ini membahas humor kok, serius.

Tinggalkan Balasan