Ivermectin Bukan Obat COVID-19

Ramai diberitakan Akan Dibagikan di Kudus?

“Ivermectin sudah diproduksi di Indonesia. Tampaknya dipersiapkan untuk memperkuat perlawanan terhadap pandemi Covid-19,” ujar Vice President PT Harsen Laboratories, Sofia Koswara dalam keterangan tertulisnya.

Ramai di medsos, Ivermectin disebut berhasil menurunkan jumlah kematian hingga 25 persen dan memangkas jumlah orang yang terinfeksi hingga 80 persen di India.

Hanya tiga pekan setelah menambahkan Ivermectin di New Delhi, kasus terinfeksi yang memuncak 28,395 orang pada 20 April lalu turun secara drastis menjadi 6.430 orang pada 15 Mei. Kematian juga turun sekitar 25 persen pada bulan yang sama.

Dilansir oleh Covid.19.go.id, berikut informasi yang tertulis di dalam postingan tersebut:

“Ivermectin..kills corona virus in one does! Effective. Works against Sars too. Cost..one dose..12 cents..12 CENTS!!! Of course big Pharm wants you to take a $2,000.00 dollar vaccine. Now being used with absolute success in India. WAKE UP AMERICA!”

Singkatnya, postingan tersebut menjelaskan soal obat ivermectin yang disebut dapat mengobati COVID-19 dan SARS. Bahkan, pengobatan menggunakan ivermectin dianggap berbiaya lebih murah daripada vaksinasi.

Obat tersebut juga diklaim telah digunakan di India dan mendulang kesuksesan penyembuhan COVID-19.

Melansir laman resmi FDA, beberapa efek samping yang mungkin dapat terjadi akibat konsumsi ivermectin secara sembarangan, yaitu:

  • Mual
  • Muntah
  • Diare
  • Sakit perut
  • Pembengkakan di wajah
  • Efek samping neurologis, seperti pusing, kejang, kebingungan
  • penurunan tekanan darah secara tiba-tiba
  • Muncul ruam kulit yang parah

Dalam kasus parah, efek samping penggunaan ivermectin dapat membuat seseorang membutuhkan perawatan medis serius karena berisiko memicu kondisi hepatitis.

Perlu diingat kembali untuk tidak sembarangan mengonsumsi obat untuk menangani COVID-19. Sampai saat ini dokter dan peneliti juga belum menemukan obat pasti untuk membunuh virus corona.

Kabar yang dimuat di media online nasional, Dr Budhi Antariksa PhD S.P (K), ahli paru dari Persatuan Dokter Paru Indonesia ( PDPI) yang memimpin uji klinis Ivermectin dengan Balitbangkes, Kemenkes di RS Persahabatan dan RS Sulianti.

Menurut dia pemerintah telah berupaya untuk menanggulangi pandemi Covid-19.

“Dari obat-obatan dan pelayanan kesehatan bagi warganya. Obat yang mempunyai potensi melawan Covid-19 juga dipersiapkan,” kata Budhi.

“Ivermectin merupakan obat minum dan memiliki potensi menghambat pembelahan atau anti replikasi virus, serta memiliki kemampuan sebagai anti peradangan,” tutur Budhi.

Dalam waktu dekat Ivermectin akan dibagikan di daerah yang saat ini menderita paling parah, yakni Kudus.

Lonjakan kasus di Kudus tinggi. Kata Budhi, diperlukan segala upaya untuk mengatasinya.

“Ivermectin akan diberikan kepada warga Kudus sebagai obat terapi virus Covid-19 dan juga sebagai obat pencegahan,” katanya.

Ia menambahkan, pemberian Ivermectin dilakukan dengan tetap memberikan obat standar penanggulangan Covid-19 dan kewajiban warga Kudus harus menerapkan perilaku 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi.

“Sejauh ini, studi tentang ivermectin tersebut masih dilakukan dalam tahap penelitian sel-sel di laboratorium (tahap awal penelitian) dan belum diuji coba kepada manusia. Meski punya potensi, tentunya kita harus menunggu hasilnya ketika sudah diuji ke manusia,” jelas dr. Devia Irine dari klik dokter.

Ia juga menambahkan, “Belum ada rekomendasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) atau Kementerian Kesehatan Indonesia soal obat ivermectin untuk mengatasi virus corona. Pasalnya, belum ada uji klinis yang tepat dan pasti terkait manfaat obat ivermectin untuk COVID-19.”

Tak hanya itu, Food and Drug Administration di Amerika Serikat menegaskan penderita COVID-19 untuk tidak mengonsumsi ivermectin meski dalam kondisi gawat darurat.

Ivermectin adalah obat anthelmintik yang berfungsi untuk mengobati infeksi akibat cacing. Ivermectin bekerja dengan cara mencegah cacing dewasa bereproduksi dan membunuh larva cacing di dalam tubuh penderita.

Ivermectin digunakan untuk mengobati penyakit strongiloidiasis akibat infeksi cacing gelang jenis Strongyloides, dan onchocerchiasis akibat infeksi cacing gelang jenis Onchocerca volvulus. Ivermectin dapat membunuh cacing Strongyloides dewasa, namun hanya dapat membunuh larva Onchocerca volvulus. Untuk membantu membunuh larva cacing Onchocerca volvulus, ivermectin dapat dikombinasikan dengan obat lain, misalnya antibiotik doxycyline.

Ivermectin juga diketahui efektif untuk mengobati infeksi cacing lain, seperti filariasis akibat infeksi parasit Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.

Ivermectin adalah salah satu obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi cacing atau parasit di dalam tubuh manusia dan hewan.

Tidak hanya itu, obat ini juga digunakan untuk mengatasi masalah kulit seperti kudis yang disebabkan infeksi tungau dan kutu.

Obat ini termasuk ke dalam golongan antihelmintik (obat anticacing). Ivermectin umum diresepkan untuk mengatasi infeksi cacing gelang jenis Strongyloides dan Onchocerca volvulus.

Karena dipergunakan untuk menangani infeksi parasit, pemberian invermectin memerlukan resep dari dokter dan tidak bisa didapat secara sembarangan. Selain itu, obat ini baru boleh dikonsumsi oleh anak-anak dengan berat badan di atas 15 kg dan orang dewasa.

Sejauh ini, ivermectin yang merupakan antiparasit hanya efektif untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit, bukan virus atau bakteri.

Kabar ivermectin untuk mengobati Covid=19 sebetulnya bukan tanpa dasar. Ivermectin diketahui sudah beberapa kali diuji untuk mengobati infeksi virus.

Dilansir dari penelitian yang diterbitkan oleh NCBI, ivermectin menunjukkan efek antivirus in vitro (laboratorium) terhadap beberapa virus RNA. Beberapa virus yang merespons baik ivermectin di antaranya adalah virus Zika, virus influenza tipe A, dan virus Dengue.

Lalu, menurut studi lainnya, pemberian ivermectin ditemukan bisa mengurangi replikasi (kemampuan memperbanyak diri) dan viral load SARS-COV-2 penyebab COVID-19.

Dalam uji tersebut, peneliti mengombinasikan ivermectin dengan obat antibiotik doksisiklin untuk menghambat replikasi virus corona. Hasilnya, mereka melaporkan kombinasi obat tersebut memang dapat memperlambat replikasi virus.

Kendati begitu, peneliti menilai khasiat ivermectin untuk mengatasi infeksi SARS CoV-2 tidak dapat diprediksi pada tahap ini. Sebab, COVID-19 merupakan penyakit baru.

Artinya, masih banyak yang harus diketahui soal penyakit ini, bagaimana efek sampingnya, atau risiko fatal apa yang dapat terjadi bila asal memberikan obat kepada pasien COVID-19.

Pemberian Ivermectin dilakukan dengan tetap memberikan obat standar penanggulangan Covid-19 dan kewajiban warga Kudus harus menerapkan perilaku 5M, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi.

https://ubahlaku.id/news/nasional

 

Tinggalkan Balasan