Catatan Pinggir PFG di Medsos Tak Hanya Bicara Java Jazz Tapi Mengkritisi & Menginpirasi.

“Kita baru selesai pagelaran Jakarta International Java Jazz Festival 2019. Semua berjalan lancar dan sukses, terima kasih BNI, Menteri BUMN, Menteri Keuangan dan Wakil Menteri Luar Negeri dan semua sponsor atas sumbangsih mural, moril dan materiel nya,” ujar Peter F Gontha.

“Musik Indonesia sekarang menjulang tinggi di atas musik Barat. Dan, menjadi raja di rumah sendiri,” masih menurut pria yang menggagas gelaran pentas musik terbesar di Indonesia, Jakarta International Java Jazz Festival (Java Jazz) sejak 15 tahun lalu.

Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 4 Mei 1948 itu menjadi influencer di social media seperti facebook. Ia punya followers atau audience yang cukup banyak di social media dan mereka punya pengaruh yang kuat terhadap followers mereka. Kadang, live dan meng-upload dengan streaming.

Tulisan dan liputan PFG disukai dan dipercaya oleh followers dan audience nya, kadang bisa menginspirasi dan mempengaruhi para followers-nya, termasuk ketika tulisanya mengkritisi sesuatu.

Seperti word of mouth di dalam pemasaran. Peter Gontha sudah memiliki pengikut, sehingga efeknya. Memberi dampak besar ketika menulis atau menulis di media sosial Facebook.

Ada sekitar 33.318 orang di akun Facebook yang menunggu cuitan PFG saat ini. Itu berdampak besar jika orang itu, kemudian men-share lagi. Jadilah viral dan diperbincangkan.

“Kita sayangkan bahwa tidak satupun pimpinan Badan Ekonomi Kreatif kelihatan dan menunjukan support-nya terhadap industri kreatif yang menghasilkan sedemikian banyak musisi, makanan, produk, merchandise di Java Jazz,” demikian postingnya, ketika membicarakan Java Jazz 2019.

“Tidak apa, tanpa bantuan atau perhatian Bekraf Java Jazz Jalan terus. Untung, Menteri BUMN dan MenKeu memberikan dorongan positif. Omong dan bukti, memang terbukti tetangga jauh!” masih dalam komen Peter F Gontha yang kemudian menjadi viral dan beberapa pihak senyum atau malah merasa “tersengat”. Uhuy!

baca juga: majalah MATRA edisi cetak (print) — klik saja ini —

Kita sayangkan bahwa tidak satupun pimpinan Badan Ekonomi Kreatif kelihatan dan menunjukan support-nya terhadap industri kreatif yang menghasilkan sedemikian banyak musisi, makanan, produk, merchandise di Java Jazz — demikian cuitan mantan Dubes Indonesia untuk Polandia.

Tinggalkan Balasan