Kapolri: Saya Lebih Senang Membaca Media Cetak Karena Lebih Humanis

S.S Budi Raharjo Ketua Asosiasi Media Digital Indonesia bersama Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo

MATRANEWS.id — “Setiap apa yang dilaporkan media massa pasti saya baca dengan tuntas,” ujar Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang berhasil membangkitkan kepercayaan publik terhadap institusi Polri.

Berhasil membawa terbang institusinya yang diterjang badai, karena kinerja Polri semakin dipercaya ialah soal ketegasan dan transparansi dalam mengungkap kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Selain itu, upaya penegakan hukum terhadap mantan kepala Polda Sumatera Barat Irjen Pol. Teddy Minahasa, yang diduga terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba, juga menjadi alasan responden meningkatkan kepercayaan terhadap Polri.

Selanjutnya, sinergisme TNI dan Polri dalam mengamankan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali juga mendapat tanggapan positif dari responden survei.

Dalam hal sinergi Polri dan TNI dalam pengamanan kegiatan internasional G20 di Bali ikut menyumbang kenaikan kepercayaan masyarakat hingga mencapai 71,4 persen.

Sigit mengaku tak hanya media digital online yang disimak, ia juga sudah melibatkan influencer dan virtual police yang berperan pada edukasi dan kampanye kepada masyarakat.

“Media cetak saya masih sering saya baca, karena terasa lebih humanis,” masih pengakuan Kapolri kepada S.S Budi Raharjo, pemred dari media cetak majalah MATRA, Majalah TIRAS dan Majalah EKSEKUTIF.

S.S Budi Raharjo Ketua Asosiasi Media Digital Indonesia bersama Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, yang bertindak sebagai Prabu Puntadewa

“Ya, ini contoh sinergitas Polri dan TNI tanpa spanduk,” ujar S.S Budi Raharjo Ketua Asosiasi Media Digital Indonesia mengomentari pertunjukan wayang Pandawa Boyong, saat di ruang ganti asyik ngobrol bersama Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, yang bertindak sebagai Prabu Puntadewa.

Pagelaran Wayang Orang ini merupakan ide dari Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono saat masih menjabat sebagai Kasal, dimana Lakon Pandawa Boyong menceritakan tentang lima orang ksatria bersaudara boyongan (pindah) dari Alengka yang dikuasai Kurawa ke Astinapura.

Kepindahan itu untuk memerdekakan diri dari kekuasaan Kurawa, mereka harus berperang melawan Kurawa yang jumlahnya jauh lebih besar dengan punya persenjataan lebih banyak, namun berkat kesungguhan yang didasarkan niat baik, Pandawa dapat memenangkan perang.

Dalam kesempatan ini Panglima TNI menyampaikan bahwa gelaran itu menunjukkan sinergitas TNI-POLRI bukan hanya dalam menjaga kedaulatan dan keamanan, tapi juga dalam melestarikan budaya asli Indonesia.

“Sekaligus ini adalah sinergitas TNI-POLRI selain menjaga kedaulatan, keamanan dan melindungi tumpah darah Indonesia, juga untuk melestarikan budaya asli Indonesia,” ungkap Panglima TNI.

TNI Angkatan Laut (TNI AL) menggelar pertunjukkan spektakuler seni kebudayaan wayang orang dengan lakon “Pandawa Boyong”, di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Minggu (15/01) kemarin.

Kegiatan ini merupakan kolaborasi jajaran pejabat tinggi TNI – POLRI dengan Laskar Indonesia Pusaka (LIP) yang didirikan oleh Jaya Suprana dan grup wayang orang Bharata.

Kegiatan yang digelar bertepatan dengan Peringatan Hari Dharma Samudera TNI AL tersebut menjadi sangat istimewa.

Pasalnya lakon didalamnya dimainkan oleh Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono sebagai tokoh Bima Sena, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo sebagai Prabu Puntadewa.

Sementara itu, Kasal Laksamana TNI Muhammad Ali sebagai Batara Baruna, Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman sebagai Batara Guru, Kasau Marsekal TNI Fajar Prasetyo sebagai Resi Abayasa dan sejumlah pejabat tinggi di jajaran TNI-POLRI serta didukung sekitar 450 prajurit TNI AL.

Selain menampilkan Pejabat Utama TNI dan Polri, pagelaran ini juga melibatkan artis tanah air seperti Choky Sitohang sebagai Arjuna, Marcella Zalianty sebagai Dewi Arimbi, Putri Khairunnisa sebagai Dewi Gendari.

Ada Connie Rahakundini Bakrie yang berperan sebagai Istri Semar, Yessy Sutiyoso sebagai Dewi Soko dan Aylawati Sarwono sebagai Banowati.

Tinggalkan Balasan