Keterkaitannya Antara Tidur Dan COVID-19

MATRANEWS.id –– Sekedar berbagi cerita.  Pengalaman dan penemuan selama menangani pasien COVID-19.

Memang, saya tidak banyak menangani pasien COVID-19, baik secara langsung sebagai anggota Tim Paru dan Tim COVID-19, atau secara tidak langsung karena saudara atau teman.  Mungkin hanya sekitar 30-50 pasien.

Salah satu yang masih menjadi pertanyaan yaitu: Kenapa ada pasien yang tidak ada gejala, gejala ringan, atau bahkan gejala berat.

Seperti Jurnal yang saya bagikan diatas, sudah ratusan penelitian yang membuktikan bahwa tidur dapat berpengaruh pada sistem imun. Namun, belum banyak penelitian yang mengkaitkan langsung antara tidur dan penyakit infeksi.

Pertama kali saya melihat keterkaitan langsung antara tidur dan infeksi, yaitu saat mencari penyebab kenapa TB Paru banyak di usia muda. Ternyata,  sebagian besar memang berkaitan dengan kurang tidur (Namun perlu dibuktikan dengan penelitian).

Dan saat menangani pasien-pasien COVID-19, sekali lagi saya menemukan keterkaitannya antara tidur dan COVID-19. Namun,  saat ini saya melihat ada keterkaitan yang sangat erat.

Untuk data, pastinya mohon maaf saya tidak mencatat, dan hanya berdasarkan ingatan saja.

Ternyata, ±95% pasien COVID-19 yang bergejala, diawali dengan “Kurang Tidur”  sebelum  sakit.

Seingat saya, pasien Covid-19 bila ditanya kronologi sebelum terinfeksi, baik usia tua dan muda, dengan atau tanpa komorbid.  Hanya 5% pasien COVID-19 yang tidurnya baik.

Namun dari 5% itu, ternyata ±4% memiliki masalah dengan Gizi (tidak bisa makan) sebelum sakit.
Hanya 1 pasien yang bergejala, murni karena DM yang tidak terkontrol.

Selain itu, saya juga melihat bahwa: Semakin kurang tidurnya, semakin berat gejalanya
Pasien-paisen yang tidurnya sangat kurang, memiliki gejala yang berat. Meskipun pasien usia muda tanpa komorbid.

Ada banyak penyebab kenapa mereka kurang tidur.

-Ada yang memang insomnia.

-Ada yang tidak tidur karena mancing di laut selama tiga hari.

-Ada yang ikut seminar tiga hari (sebelum PSBB) hanya tidur tiga jam/hari.

-Ada yang kurang tidur karena masak berhari-hari untuk acara keluarga.

Dan tentu saja, ada yang kurang tidur karena mengurus keluarganya yang sakit/meninggal karena COVID-19.
Dan beragam penyebab lainnya.

Menariknya, justru pada sebagian besar pasien-pasein yang dengan komorbid (DM, Obesitas, Geriatri, gagal ginjal, atau gangguan jantung) hanya bergejala ringan, tidak ada yang memberat.

Alhamdulilah, 100% pasien sembuh bila tidur dan gizinya baik.

Semua keluarga pasien (kontak erat) yang tidur dan gizinya baik, tidak ada yang sakit, tidak bergejala, meskipun ada yang menjadi positif. Mereka menjadi sembuh total.

Ada juga beberapa pasien COVID-19 (diawali karena kurang tidur), yang sudah membaik gejalanya sebelum diberi obat, karena sudah memperbaiki tidur dan gizinya saat sakit, sebelum periksa ke Rumah Sakit.

Sampai saat ini, semua pasien dengan gejala ringan-sedang yang diperbaiki tidur dan gizinya, tidak ada yang memberat dan semuanya sembuh. Meskipun ada yang lama untuk mencapai PCR negatif.

Hanya pada pasien-pasien yang masuk dengan kondisi berat atau langsung diintubasi di ICU, yang saat ini sangat sulit untuk bisa selamat.

Sayangnya, temuan dan laporan saya ini tidak memiliki kekuatan ilmiah.

Saya tidak punya kredibilitas sebagai peneliti dan saya tidak punya akses untuk mendapatkan banyak sampel penelitian.

Akhirnya saya hanya bisa membuat Hipotesis yaitu:

1. Sleep Depriviation is the major cause for COVID-19 Disease

2. There is a Very Strong Correlation between Sleep Depriviation and Severity of COVID-19

3. Good Sleep and Good Nutrition are the most important factor in COVID-19 treatment

Seandainya ada yang berminat untuk membuktikan hipotesis itu, dan bila ternyata terbukti benar, mungkin bisa memberikan pengaruh besar pada seluruh umat manusia.

Alhamdulilah dan Puji Tuhan, bila tulisan ini menjadi refleksi semua orang. Silahkan share.

Karena itu, bisa menyelamatkan ribuan/jutaan nyawa (terutama tenaga medis). Mungkin akan tercatat dalam sejarah. Dan InsyaAllah akan mendapat pahala yang sangat besar.

Kalau terbukti benar bahwa kurang tidur yang menjadi pemicu awal COVID-19, maka bisa dibuat Hipotesis baru bahwa:

COVID-19 is a Preventable Disease

Sementara belum terbukti, tetap saya memberikan tiga rekomendasi utama untuk mencegah sakit COVID-19 (menurut pendapat saya pribadi) yaitu:

“Jangan kurang tidur dan jangan kurang makan”
“Serta mengontrol penyakit pada pasien DM, Ginjal dan Jantung”

Terutama pada kelompok rentan terinfeksi yaitu tenaga medis yang sering sekali mengorbankan tidur demi pasien.

Karena tidur dan makan baik itu lebih mudah dilakukan, daripada rekomendasi untuk berjemur, olahraga, atau minum suplemen atau jamu. Setidaknya sampai sudah tersedia Vaksinnya.

Semoga “catatan pinggir ini”  bisa memberikan manfaat bagi rekan-rekan semua. Mohon maaf bila ada tulisan saya yang kurang berkenan. Semoga kita semua bisa tetap sehat. Aamiin.

sumber:  https://healthnews.id/sharing-yang-mencerahkan/

 

Tinggalkan Balasan