Ketika BKKBN Turut Ambil Merawat Kehidupan Yang lebih Baik

Hasto ditemani Nofrijal, Sp.MA (Sekretaris Utama BKKBN) bersama dokter Sonia and tim beserta Pimpinan Media Digital Indonesia.

MATRANEWS.id — Perubahan jaman diantipasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan cara komunikasinya tidak hard sell. Mengolah materi sosialisasi dengan menarik, dibahas dalam pertemuan yang digagas Forum Pimpinan Media Digital Indonesia.

BKKBN sedang mencari akal, dengan strategi komunikasi dan pemasaran yang dikembangkan untuk “nyangkut” di hatinya di anak muda. Selain tentunya, kampanye untuk mencegah stunting,  angka kematian ibu harus bisa menurun dengan periode yang drastis.

Dari sekian program yang siap dijalankan, membangun “fans” dan “crowd” menjadi target. Untuk itu, Dr. Hasto Wardoyo, SP. OG.(K) yang seorang dokter kebidanan berterima kasih. Saat dokter Sonia sebagai dokter yang selebriti, mau ikut membangun brand BKKBN, sebagai sesuatu yang hidup dan berdampak.

Dalam paparan “kaum milenial” sebagai sasaran inovasi, modul kesehatan milenial dan kyai  atau ulama. Pimpinan Media Digital diwakili S.S Budi Raharjo (Ketua Umum) yang juga Pemred Majalah eksekutif/matra serta Asri Hadi (Bendahara) yang merupakan Pemred Indonews.id.

Selain dokter Sonia Wibosono, yang dikenal sebagai “engagement content” dengan banyak followers-nya ini, juga hadir tim kreatifnya. Aditya Yusma ahli di bidang sosmed youtube series dan Eric, sebagai pemegang titik bilboard media digital di seluruh Indonesia.

Momen diskusi langsung disepakati dengan tindakan nyata, kerja edukasi “niche” mulai dari yang “kecil”.  Ruang apresiasi  dikreasikan sedemikian rupa, melibatkan juga unsur patnership BKKBN, yakni pihak swasta. Seiring dengan munculnya creative confidence di masyarakat atau komunitas.

“Conversation” yang seru sekaligus mencerahkan di sosmed, whatsapps dan media digital dalam Forum Pimpinan Media Digital Indonesia. Cerita dan narasi seputar edukasi, untuk jangan hamil,  jika memang tidak diinginkan. Tidak kawin di usia muda dan jangan  hamil di luar nikah.

Untuk memberi penjelasan, soal  kesehatan reproduksi ke anak-anak remaja milineal dalam talkshow yang dirancang kekinian. Dengan konsep “pisto”, tipis anggaran tapi merata dan kena sasaran.

Sosialisasi agar anak muda, tidak terkena kanker atau supaya mereka bisa menunda pernikahan, atas kesadaran diri sendiri dan punya cara pandang. Diisi pikirannya. Yang penting, substansinya, mengolahnya harus pas dan kena mereka.

“Gaya kampanye kami rubah secara revolusioner dengan gaya generasi milenial. Karena anak milenilal, mereka-mereka itu, menjadi mahluk media sosial, bukan mahluk sosial,” tutur Hasto yang saat itu ditemani Nofrijal, Sp.MA Sekretaris Utama BKKBN.

Kepala BKKBN menekankan, sosialiasi akan mencerdaskan dan kekinian.  Ini murni pengetahui medis agar paham resiko bahaya dalam  berhubungan seks jika belum saatnya.

Obrolan intens, mengenai strategi, pendekatan bila ingin mencoba cara-cara baru. Menyerap enerji para teman kreatif untuk bermakna dan berguna bagi sesama.

Jika selama ini, Hasto dinilai Presiden Jokowi sebagai sosok yang menjadi teladan dalam senyap, nasionalisme di Kulonprogo.  Ia ternyata,  sedang bekerja keras memberikan terobosan-terobosan baru di internal BKKBN.

Sebagai generasi mapan yang tampak penuh visi dan wisdom, ia mencoba “move forward thinking” — cara berpikir generasi milenial ke aparat di bawahnya.

Pria dengan tipe pekerja keras ini, masuk dalam langkah kongkrit mewujudkan pengendalian angka pertumbuhan penduduk di Indonesia. Tujuannya, agar publik, termasuk milenial, memiliki kepedulian dan kepentingan yang sama sehingga terjadi interaksi dengan program BKKBN.

BKKBN yang sekian lama “terpendam” muncul kembali dengan wajah dan peran baru. Menggali potensi dan aset sekeliling, termasuk generasi yang belum memahami mengeksplorasi potensi sekitar.  Dimana kaum milenial menjadi fokus utama, dengan sentuhan khusus.

Inovasinya adalah mempopulerkan kembali program  kependudukan, semisal, program keluarga berencana dan pembangunan  keluarga berkualitas. Termasuk upaya sosialisasi menunjukan peran perempuan yang sangat penting. Dikemas dengan “kelas kreatif baru.” Tidak njlimet, namun hasilnya oke.

“Saya pikir, konten ini akan diviralkan lewat organik kami yang lengkap, penyuluh keluarga berencana di lapangan jumlahnya  14.566 ribu,” tutur Hasto, mantan dokter puskesmas ini dengan bangga.

“Kami punya tim di pusat dari eselon sampai staf,  sekitar 18 ribu orang. Aset  sampai di  propinsi dan kecamatan, balai penyuluhan. Kami punya Kanwil di  seluruh wilayah,” Hasto yakin dengan crowd yang menjadi penentu sebuah perubahan.

 

 

Tinggalkan Balasan