Kiat Menjaga Reputasi Bank

Sebagai unit usaha yang bergerak di bidang jasa yang highly regulated, maka kepercayaan nasabah terhadap bank merupakan faktor fundamental yang  menentukan kesinambungan bisnis bank. Kepercayaan nasabah terhadap bank sangat tergantung persepsi nasabah terhadap citra dan reputasi bank. Dengan demikian, salah satu risiko yang dihadapi oleh perusahaan dan penting untuk dikelola adalah risiko reputasi (reputation risk).

Reputasi dapat diakui sebagai risiko itu sendiri atau sebagai konsekuensi yang diakibatkan risiko lain (risiko kredit, risiko pasar, risiko liquiditas, risiko operasional, risiko hukum dan risiko strategik) atau keduanya. Risiko reputasi muncul sebagai akibat dari aktivitas operasional yang memiliki konsekuensi operasional dan keuangan itu.

Bagaimanapun, setiap risiko bisnis dan prosesnya dapat mempengaruhi reputasi, namun risiko reputasi  secara umum meliputi peluang dan tantangan yang memiliki dimensi etis dan sosial (emosional) lebih besar dibandingkan dengan hanya risiko keuangan dan operasional semata.

Apabila risiko reputasi tidak dikelola dengan baik dan efektif, pada gilirannya akan berdampak luas pada kinerja bisnis. Reputasi bank yang buruk akan mendorong nasabah untuk beralih ke bank lain dengan reputasi yang lebih bersih.

Dengan demikian, ancaman terhadap reputasi, baik nyata maupun persepsi, dapat menghancurkan nama baik perusahaan yang telah dibangun bertahun-tahun. Tidak berlebihan bila dikatakan risiko reputasi adalah persoalan hidup dan mati sebuah bank.

Manfaatkan Media Sosial

Jika kemampuan menjaga reputasi perbankan dari sisi dalam perusahaan sudah memadai, maka langkah selanjutnya adalah menyebarluaskan citra reputasi yang posiif kepada publik (secara umum) dan nasabah (secara khusus).

Banyak piranti yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan reputasi positif, demi menjaga nama baik sebuah bank. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan media sosial. Media sosial kini seakan menjadi primadona era digital. Segala macam informasi bisa disebar via Twitter cs, mau itu yang baik hingga yang buruk sekalipun.

Jangan tanya seberapa besar efeknya. Media sosial memiliki peran yang signifikan kala pergolakan di sejumlah negara. Apalagi jika ‘lawannya’ cuma sebuah bank? Dijamin gelombangnya mampu meluluhlantahkan reputasi perbankan tersebut dalam sekejap.

Seperti yang kerap kali kita dengar, “perlu waktu bertahun-tahun untuk membangun reputasi sebuah perusahaan atau bank. Namun untuk menghancurkannya, cuma perlu hitungan detik”. Ya, begitulah internet dan media sosial dapat berimbas kepada nama baik perusahaan. Untuk itu diperlukan kesadaran dan peran aktif perbankan demi menjaga reputasi mereka.

Media sosial harus dapat menjadi alat komunikasi yang jujur. Jika memang ada persoalan yang terjadi, berbicaralah dengan nasabah untuk menenangkan keadaan yang tidak kondusif. Sekaligus untuk menyampaikan apa yang akan bank lakukan untuk memperbaiki keadaan.

Pengelolaan perbankan yang baik patutnya tidak hanya dapat menyebarkan informasi kepada publik, namun juga dapat memberikan respons yang baik. Untuk menjadi pihak yang berpengaruh (influential), jangan berharap terjadi jika pihak perbankan tak memiliki interaksi yang baik dengan publik. Karena itu, mulailah membangun jalinan komunikasi yang baik dengan audiens.

Chanel komunikasi tersebut juga bisa digunakan untuk berinteraksi perihal brand atau produk perbankan. Termasuk ketika krisis muncul, bank dapat memiliki kontrol yang lebih baik terhadap persepsi yang muncul. Semoga bermanfaat. (*)

 

Penulis:  Rohan Hafas, Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

 

Tinggalkan Balasan