Klarifikasi Pemilik Net TV, Agus Lasmono Sudwikatmono

Agus Lasmono Sudwikatmono
Agus Lasmono Sudwikatmono, pemegang saham NET TV.

Net yang sebetulnya Nasional Entertainment Television.

 

MATRANEWS.id — Agus Lasmono Sudwikatmono awalnya enggan bicara dan diwawancarai soal NET TV dan Media Teknologi.

“Kita bicara sebagai teman lama saja, ngobrol-ngobrol masa kecil,” demikian pria ganteng ini, masih dengan sikap bersahabat, ketika ditemui di lantai 28 The East Tower,  Kuningan Timur,  Jakarta.

Ramai dibicarakan di media social serta media digital, soal NET TV yang melakukan PHK massal.

Pihak NET TV juga sudah membantah, bahwa yang terjadi sesungguhnya adalah NET sedang melakukan sesuatu untuk terus tayang, tanpa mengikuti selera pasar.

Tantangannya, menyajikan hiburan bermutu namun tetap disukai masyarakat. Efisiensi terhadap sumber daya manusia. Tapi bukan lewat PHK massal. Karyawan hanya “didorong” untuk mengundurkan diri, dijamin tanpa paksaan.

Jika hari ini, Indonesia baru dibuat pusing dengan meredupnya media konvensional, di Amerika Serikat, industri TV kabel atau TV berbayar sudah lama kehilangan pelanggannya dengan hadirnya Netflix dan kawan-kawan.

Anak mantan pengusaha ternama ini, selalu memberikan dukungan dan kepercayaan penuh kepada karyawannya sehingga mereka percaya diri untuk mengembangkan bisnis yang diembankan pada karyawan.

Putra bungsu Sudwikatmono ini berupaya merintis bisnis sendiri lepas dari bayang-bayang masa lalu. Ia merintis bisnis Indika Energy, perusahaan batubara dan media.

Rendah hati dan tidak sombong. Bahkan, nomer Whatsapps-nya on 24 jam kepada siapa saja yang dikenalnya baik. Anak Pondok Indah ini membuka komunikasi, kemudian penuh dengan ide segar.

Pria ganteng ini suka ke kantor hanya dengan t-shirt dan tidak bergaya nge-boss. Pokoknya gaul, deh nahkoda baru bisnis keluarga Sudwikatmono yang dulu bernama Grup Subentra.

Alumnus Pepperdine University, California dan West Coast University Los Angeles AS ini, awalnya menggarap bidang entertainment. Sosok yang cermat memanfaatkan momentum bisnis

Dulu, nama Indika Enternaiment sering muncul di TV dan bioskop sebagai produser tayangan infotainment, sinetron dan film.

Sekarang, garapan bisnis-nya  makin meluas, meliputi berbagai jenis usaha. Walau bisa disebut konservatif. Fokus untuk menggarap bisnisnya, tentu dengan mengikuti perkembangan jaman now.

Kelompok usaha energi ini terintegrasi, dengan lini usaha pertambangan batu bara, proyek pembangkit listrik dan jasa teknik, serta pengadaan dan konstruksi (engineering, procurement & construction).

Bisnisnya saat ini di energi dan media NetTV. Untuk energi, ia fokus di energy related business, batu bara. Kelompok bisnis Agus Lasmono mengakui mengalami pasang surut juga.

senjakala media digital– klik ini

“Generasi sekarang,  lebih suka nonton NET atau acara NET itu di Youtube, very simple. Intinya, nonton pada waktunya masing-masing.”

foto-foto: Yul Adriansyah

Berikut, petikan wawancara dengan S.S Budi Rahardjo, Pemred Matra dan CEO majalah Eksekutif dan Eksekutif TV.

Kalau nama Net sendiri itu inspirasinya dari siapa sih?

Emm..sebetulnya, kalau saya, membuat nama itu yang gampang diingat. Branded name.

Kalau Nnet, kan juga branded seperti Indika.

Kalau Indika sebetulnya singkatan  awalnya itu Industry Multimedia dan Informatika. Jadi, media IT-lah.

Penyebutan nama menjadi Indika gampang. Kalau orang Inggris menyebut dan baca Indika, sama dengan orang Indonesia. Sama-sama bacanya Indika.

Nah, demikian juga Net yang sebetulnya Nasional Entertainment Television. Kita buat jadi simple jadi NET, gampang semua orang bisa menyebut NET.

Jadi, NET ya NET. Demikian juga Indika ya Indika. Ya awalnya sih dari situ aja.

 Akan go public ya?

Ya, mudah mudahan,  main-nya sih ke sana. Dengan arahnya, ada tivi digital juga sementara ada platform youtube. Kita harus adaptasi sama teknologi, teknologi terus berputar.

Kabarnya Net TV sekarang juga kerjasama dengan youtube?

Ya. Dengan Youtube, kita punya kerjasama. Kita kasih semua kontennya dan Youtube nyariin advertisingnya kita  tuh dapat 50 persen dari advertisingnya youtube dapat 45 persen.

Itu standart youtube partnership program.

Buat kita sebetulnya, adittional revenue. Teknologi ini disukai anak-anak sekarang, yang jarang manteng nonton di depan TV biasa.

Generasi sekarang,  lebih suka nonton NET atau acara NET itu di Youtube, very simple. Intinya, nonton pada waktunya masing-masing.

Mereka juga bisa supply program, bisa videoin diri sendiri.  Dari yang jelek kasarnya, kita ngobrol ditaruh di Youtube atau buat produksi bisa menghasilkan uang.  Kami punya punya zulu.id juga.

Acara NET, masih menyasar  kaum milenial?

Segmennya milenials dan keluarga juga tapi lebih young lah lebih milenial.

 “Milenial” itu di biro iklan menjadi sasaran untuk beriklan apa tidak?

Sangat sebetulnya, kenapa karena populasi kita hampir 160 juta itu umur 14 tahun sampai 30 tahun. Bisa dicek lagi, tapi kira-kira kita mengalami booming anak muda.

Sekarang ini kalau tidak salah 80% advertise yang lari ke digital itu lari ke Google atau YouTube. Kami terbantu oleh perusahan digital seperti Traveloka, Go-Jek, Bukalapak itu advertise ke kami.

Dari awal strategi kami tepat yakni milenial, orang muda dan itu terbantu sekali.

Kami masih melihat dan menunggu infrastruktur dari network itu sendiri.

Benarkah, secara pembukuan NET TV masih merah atau minus?

Ya, begitu adanya, tapi kami terus optimis masih punya peluang.  Lah, kan, kita janji mau ngobrol yang asyik-asyik aja.  Udah ya, yang lainnya off the record.  Enggak usah ditulis, kita ngobrol sebagai sahabat lama saja.

 

baca juga: majalah Matra edisi cetak terbaru — klik ini

Tinggalkan Balasan