Mendengar Keluhan Tanpa Ganggu Kerja

Walau kedengarannya gampang, mendengarkan keluhan teman itu tidaklah mudah.

Kenapa?

Karena, Anda bukan cuma dituntut untuk mendengarkan tetapi juga harus memberi perhatian ekstra terhadap setiap keluhan yang keluar dari mulut teman Anda.

Mungkin, jika anda mendengarkan keluhan itu hanya sebentar enggak masalah. Tetapi, bagaimana jika acara mendengarkan keluhan teman itu sampai merampas waktu dan mengganggu konsentrasi kerja Anda?

Jika menghadapi kondisi demikian pasti bingung kan..?

Sebagai teman yang baik, Anda ingin mendengarkan dan memberi perhatian terhadap keluhannya. Tetapi, Anda juga enggak mau konsentrasi kerja Anda menjadi terganggu.

Nah, kalau bingung coba, simak kutipan majalah Healthnews ini.

Jika waktu Anda cukup luang dan Anda merasa cukup nyaman menjadi pendengar, enggak ada salahnya Anda mendengarkan keluhannya dengan seksama.

Tetapi, jika waktu Anda hanya sedikit dan harus menyelesaikan pekerjaan tetaplah dengarkan keluhannya sebentar.

Tapi, sejurus kemudian katakan padanya, “Saya ingin sekali mendengarkan keluhan kamu sampai tuntas. Tetapi, saya juga sedang dikejar ‘deadline’, bagaimana kalau kamu datang lagi kalau pekerjaan saya sudah selesai?

Jadi, saya lebih leluasa mendengarkan dan memberi sedikit solusi untuk kamu..?”

Jika ia seorang ‘pengeluh’ yang pengertian, pasti ia cukup tahu diri untuk tidak menyita waktu kerja Anda. Dan, akan segera berlalu dari sisi Anda, walau kemungkinan ia akan kembali lagi.

Tetapi, kalau ia tetap memaksa dan mengatakan, “Saya minta waktu kamu sebentaar aja…” sambil terus menceritakan segudang keluhannya, jangan bersikap emosional dengan segera menyuruhnya pergi.

Dengarkan keluhannya! Tetapi, dengan sorot mata tertuju pada layar komputer dan mulai mengetik pekerjaan Anda.

Kemudian lakukan isyarat yang konvensional dengan mulai memijat nomor telepon dan katakan, “Maaf saya harus segera menghubungi calon klien, saya sudah janji menelponnya pagi ini.”

Yang kemudian kita katakan adalah, “Kalau tidak mengontak sekarang, alamat batal deh kontrak bisnis kita. So , bagaimana kalau pembicaraan kita lanjutkan nanti saja?”.

Dengan demikian sikap semacam ini, dijamin “sang pengeluh tahu diri”, ia bakal enggak enak hati dan menyingkir dari meja kerja Anda.

Selanjutnya jika ia datang mengeluh di saat yang memang memungkinkan, dengarkan keluhannya dengan sorot mata tertuju penuh padanya. Jangan mengalihkan pandangan saat ia mulai melontarkan kekhawatirannya.

Asal Anda tahu, sorot mata yang penuh perhatian sama saja dengan sebuah ketulusan yang besar untuk mendengar ketimbang seribu kata penuh basa-basi.

Dan, jangan dikira Anda harus memberi segudang nasehat dan saran atas keluhannya.

Cukup dengan konsentrasi mendengar dengan bahasa tubuh yang mendukung seperti mengangguk-angguk, itu tanda Anda menyimaknya, mampu membuatnya lega.

Tapi, kalau Anda ingin mengomentari atau memberi saran maupun solusi, hati-hati. Ingat, Anda bukan psikolog apalagi psikiater.

Berikan saran yang sederhana tetapi kira-kira tepat untuknya. Jangan lupa awali dengan kata-kata, “Menurut saya…”

Perlu Anda ketahui respon anda terhadap lingkungan menunjukkan kualitas pribadi anda secara keseluruhan.

Belajar menghargai dan memahami kegalauan orang lain adalah cara bijak untuk diterima lingkungan tanpa berharap mendapat predikat ‘si orang baik’.

Begitu juga belajar untuk menolak gangguan orang lain tanpa menyinggung perasaannya merupakan salah satu cara untuk diterima lingkungan dengan baik.

So, Anda sudah tahu kan kapan saatnya mendengarkan keluhan orang dan kapan saatnya Anda menghindar?

Majalah HealthNews

Klik: penggiat sosial

 

Tinggalkan Balasan