Menhan Puji Majalah MATRA sebagai Media Berkomitmen Kepada Bangsa

“Jika sumbernya jelas akan tetapi artikel atau beritanya tak bermanfaat, untuk apa di share atau disebar?”

MATRANEWS.id —  Ryamizard Ryacudu menilai saat ini, banyak sekali buzzer politik di media sosial. Akan tetapi,  posisi media mainstream masih dipercaya kredibilitasnya saat ini. Posisi buzzer masih kalah jauh, dengan media mainstream.

Televisi, koran, majalah dan radio, media mainstrem internet masih dipercaya dibanding Twitter, Instagram, atau tulisan di akun Facebook, yang disebut netizen.  Media mainstream masih jadi sumber kebenaran.

Pemain “medsos” kalau ada berita, mereka cepat-cepat cari pembandingnya, apakah ini benar atau tidak.  Salah satu sumbernya media mainstream. Mereka nyari apakah hoaks atau tidak, dan sekarang sudah muncul kesadaran itu.

“Saya menilai MATRANEWS dalam hal ini yang menjadi bagian dari majalah MATRA sudah bagus, menjalankan kode etik dan wartawannya adalah orang-orang yang kompeten,” demikian papar Menteri Pertahanan ke-25 Republik Indonesia itu kepada pengamat gaya hidup S.S Budi Rahardjo.

Ryamizard berharap situasi sekarang, Majalah Matra terus menjadi bagian dari unsur bangsa yang mengedukasi masyarakat, untuk memilah informasi dengan benar,.

“Berita yang tidak jelas asal-usulnya, jangan disebarkan ke sana-kemari,” pria yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat dari tahun 2002 hingga 2005 ini memaparkan.

Ryamizard menekankan, di masa digital sekarang, suatu berita bisa beredar dengan cepat seperti cahaya kilat. Namun sayangnya, “Justru membuat manusia semakin tidak waspada dan mudah terombang-ambing dalam provokasi”.

Masih menurut Ryamizard, ada pula berita yang hanya sebagai fitnah demi menghancurkan pihak lain yang tidak sependapat dengan si pembuat berita tersebut, jelas tujuannya adalah demarketing alias memburukkan citra orang lain.

Kita yang tengah berada di tengah arus digital dan teknologi, menanggapi banyaknya berita yang beredar dengan kecepatan kilat tersebut, untuk memilah agar terhindar dari fitnah dan kesesatan Ryamizard memberi kiat. “Pertama, cari tau sumbernya,” ujarnya.

Ada atau tidak sumber, valid atau tidak, menjadi suatu penguat tersendiri dari sebuah broadcast berita yang muncul di khalayak luas. Jika si pembuat berita tidak memiliki kapasitas, “Maka untuk apa dipercaya?”

Ryamizard menjelaskan, bahkan jika ternyata dari berita atau artikel tersebut ternyata tak mencantumkan siapa pembuatnya, hanya anonym atau hamba Allah. “Ya, bagaimana berita tersebut bisa dipertanggungjawabkan,” ujarnya.

Yang pasti, pertama harus kita pastikan adalah adanya sumber yang terpercaya dan valid, sesuai kapasitasnya. Kedua, apakah berita tersebut bermanfaat?

“Jika sudah jelas darimana asalnya berita tersebut, dan tak diragukan lagi si pembuatnya, tanyakan pada diri kita sendiri apakah berita tersebut bermanfaat atau tidak?” ujar Ryamizard tanpa maksud menggurui, hanya sekedar sharing informasi.

Dalam perbincangan bersama S.S Budi Rahardjo, Ketua umum Pimpinan Media Digital Indonesia yang juga Ketua Asosiasi Media Digital terjalin komitmen misi untuk belanegara.

“Jika berita tersebut bermanfaat namun tak ada sumber jelas, lebih baik kita pikir dua kali untuk membagikannya ke khalayak luas karena jika terjadi hal-hal seperti tuduhan plagiasi atau lainnya, kita yang men-share yang akan dicari kan?” papar Ryamizard Ryacudu.

“Jika sumbernya jelas akan tetapi artikel atau beritanya tak bermanfaat, untuk apa di share atau disebar?”

Tinggalkan Balasan