Paus Kogoya (Ketua Adat Lapago): “Kami Dipermainkan. Dijanjikan, Tapi Tak Pernah Bertemu Presiden Jokowi.”

Kepala suku dipilih masyarakat (Purn: Paus Kogoya)

”Setiap kali Presiden Jokowi datang ke Papua, kami dijanjikan bertemu.  Selalu, kami dipermainkan dan tak pernah bertemu. “

 

MATRANEWS.id — Pertemuan digelar di Gedung Balai Pertemuan Polda Metro Jaya (BPMJ) pukul 14,00-17.00WIB.

Acara ini menarik dan penuh humanisme.  Menjadi ajang silaturahmi, sekaligus “oase” dari unek-unek rakyat  Papua, yang kali ini mengungkap dengan gamblang dan diberi waktu.

Momen yang digagas Polda Metro Jaya, harus diakui bagian dari “mendinginkan” situasi. Setelah  beberapa kejadian di Papua “menghangat”.

Laporan intelejen menyebut,  aksi demonstrasi yang berujung anarkis karena ada penumpang gelap yang menyebabkan penjarahan dan pembakaran kantor serta tempat usaha.

Ada penyusup alias penumpang gelap yang menggunakan momen aksi demonstrasi mahasiswa dan gabungan ormas. Agar, jangan sampai situasi  yang menegangkan semacam itu, “merembet” ke kota lain, dilakukanlah antisipasi semacam ini.

Polda Metro Jaya, merancang acara pertemuan forum pimpinan daerah dengan masyarakat Papua dan Papua Barat.

Rangkaian, meredam konflik yang terjadi di terkait kasus rasisme dan perkusi, efek dari kejadian kekisruhan yang terjadi di Malang dan Surabaya tempo hari kemarin. Dari unjuk rasa damai, buntutnya malah menjadi aksi lempar batu.

Acara di Polda di akhiri momen tanya jawab dengan nara sumber. Menguak, bagaimana sesungguhnya, masyarakat Papua hanya perlu disentuh dengan hati.

Tokoh dan mahasiswa Papua, tak ingin ada cara-cara kekerasan dan operasi-operasi militer atau kepolisian.

Sejumlah fasilitas umum seperti Kantor DPRD, Bandara Domine Eduard Osok, dan Lapas Kota Sorong rusak. Demonstrasi pun merembet hingga ke Fakfak, Papua Barat, dan Mimika, Papua.

Di Manokwari, kerusuhan menyebabkan terbakarnya gedung DPRD. Massa juga memblokade sejumlah jalan. Di Timika, demonstran melempar batu ke arah gedung DPRD setempat.

Sementara di Jayapura terjadi unjuk rasa memprotes insiden di Surabaya. Unjuk rasa sempat memanas meski tak berujung rusuh.

“Pada kesempatan ini, kami meminta kepada TNI dan polisi agar segera bisa menindak polisi dan tentara yang mengeluarkan rasisme.”

“Luka” itu,  agaknya, dampak dari video yang beredar di media sosial, terlihat ada seorang aparat menggunakan seragam dinas, meneriaki mahasiswa Papua di asrama Surabaya dengan kata tak pantas.

“Pada kesempatan ini, kami meminta kepada TNI dan polisi agar segera bisa menindak polisi dan tentara yang mengeluarkan rasisme,” kata Baharudin, mahasiswa Papua, dengan intonasi kencang. Muncul sikap-sikap semacam ini, dalam acara itu.

“Jangan kita ,terlalu kaget dan terpancing.  Sebagai TNI/Polri atau aparatur dan masyarakat, perlu tahu itu. Mereka dengan kalimat:  “Merdeka”.  Bukan berarti, kami ingin pisah dari NKRI,” tutur Paus Kogoya, Ketua Adat Lapago.

Maksudnya janganlah terpancing atau terprovokasi. Karena, “Kami hanya ingin merdeka dari kemiskinan, dari sakit penyakit.”

“Aksi berbuntut kerusuhan, juga bermunculan di Sorong, Papua Barat,” ujar Paus Kogoya.

Pria berusia 54 tahun ini, yang mengaku dipilih masyakarat di 10 kabupaten merasa kecewa dengan pemerintahan saat ini.

”Setiap kali Presiden Jokowi datang ke Papua, kami dijanjikan bertemu,” ujar pria yang di bajunya tertanam beberapa bintang jasa.

“Kami selama ini ditipu. kami ingin sekali berbicara, seperti situasi saat ini.  Dijanjikan bisa bertemu dan komunikasi dengan Presiden. Selalu, kami dipermainkan dan tak pernah bertemu,” masih komentar sang ketua adat itu.

Tampak hadir Pangdam Jaya Mayor Jenderal Eko Margiyono juga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Diundang juga Forum Betawi Rempug, Banser, Pemuda Muhammadiyah, dan Forkopimda DKI Jakarta. Serta dihadiri pula oleh para kepala polres yang berada di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

“Saudara-saudara kita di Papua adalah bagian dari Indonesia. Kita memang berbeda-beda, tapi kita tetap dalam ikatan yang disebut Bhineka Tunggal Ika,” ungkap Kapolda, Metro Jaya, Irjen Gatot Eddy Pramono, dalam dialog  bertema ‘Merajut Persatuan dan Kesatuan Dalam Semangat Kebinekaan’.

“Kami selama ini ditipu. kami ingin sekali berbicara, seperti situasi saat ini. 

 

Banyak cerita dibalik kasus demo, yang diceritakan tokoh papua ini kepada pemred majalah matra, S.S Budi Rahardjo.

baca juga: majalah MATRA edisi cetak — klik ini

Tinggalkan Balasan