Pelesiran ke Jepang, Catatan Perjalanan Asri Hadi

MATRANEWS.id — Catatan perjalanan dua tahun yang lalu, sebelum masa pandemi. Dari Osaka, Kyoto juga mampir ke Universal Studio. Sungguh, perjalanan yang menyenangkan.

Jalan-jalan bersama keluarga, ditemani cucu, mantu dan anak. Tentunya saja dengan istri tersayang.

Menjejakan kaki dan pandangan ke segala arah, saya bersyukur, di usia sekarang ini bisa menikmati kehidupan dan mampir sudut dunia, di Jepang ini.

Huruf kanji masih menghiasi pusat keramaian hingga titik-titik wisata alami.

Rute dan skedul sudah diatur anak. Kami, saya dan istri mengikuti dalam jadwal. Berfoto di titik-titik yang menurut kami menarik, tentu saja dilakukan.

Apalagi, anak kami dan mantu, dimana mereka adalah generasi digital, yang aktif untuk memposting situasi terkini lewat media sosial.

Menuju obyek wisata, hingga aktivitas dari menikmati dunia sushi dan shashimi, shabu-shabu Jepang hingga klub malam tempat berkumpulnya anak muda, kami kunjungi.

Keramahan warga Jepang terasa, dengan beragam makanan menggiurkan, destinasi-destinasi wisata yang keren dan juga untuk sistem transportasinya yang memudahkan perjalanan – semua ini menjadikan Jepang sebagai destinasi ideal untuk travelling.

Memang, sih, Jepang merupakan salah satu negara dengan biaya kehidupan tertinggi di dunia.

Terbang Indonesia-Jepang, menghabiskan 8 jam dari bandara Soekarno-Hatta, Indonesia.

Saat Tiba di Bandara Tokyo.

Cara tercepat dan praktis untuk ke pusat kota dari Bandara Internasional Narita adalah dengan menaiki Tokyo Skyliner, berkecepatan 160 kilometer per jam. Alat angkut ini, hanya memerlukan 40 hingga 50 menit untuk membawa kita masuk ke kota.

Alternatif transportasi ke kota lainnya adalah dengan menggunakan kereta subway, memerlukan sekitar satu jam lebih lama dibanding Tokyo Skyliner.

Anak dan mantu, sudah mengerti untuk mendapat unlimited data dan bisa membagi koneksi wi-fi. Termasuk mereka tahu, momen-momen selfie yang keren.

Jika di Shibuya merupakan pusat belanja yang dikenal dengan penyeberangan jalan teramai di dunia. Merupakan destinasi shoping yang menarik. Ada shibuya crossing, semua kendaraan dihentikan pada waktu yang bersamaan sehingga orang yang ingin menyeberang bisa jalan ke arah mana pun.

Harajuku.

Kami melangkah ke pusat fashion anak muda di Tokyo. Selain melihat dandanan fashion sense unik warga lokal di Takeshita, ada Harajuku crepes yang sangat ikonik.

Bila ingin ke pusat elektronik di Jepang, ada yang namanya Akhihabara, dengan segudang pilihan elektronik. Banyak juga yang menjual produk second dan tempat suci bagi para pecinta musik J-pop, dan anime.

Ada juga daerah-daerah yang tradisional. Berfoto-foto ria di Senso-ji Temple.

Sembari jalan, kita akan melihat banyak pernak-pernik souvenir Jepang dan aneka jajanan Jepang seperti mochi, kibidango dan green tea ice cream.

Selain menikmati tur becak tradisional saat di Asakusa, saya mengenakan pakaian tradisional Jepang – kimono. Mendapat styling rambut ala orang Jepang.

Di Jepang, ada momen memanjakan badan ala orang Jepang di Onsen. Saya pun melanjutkan ke Osaka di daerah Kansai, yang merupakan salah satu kota utama di Jepang.

Ada berbagai cara untuk ke Osaka dari Tokyo. Cara tercepat, tentunya, adalah dengan menggunakan pesawat.

Penerbangan 1 jam 15 menit ini disediakan oleh berbagai maskapai dengan 60 jadwal terbang setiap harinya. Alternatifnya, kita bisa menggunakan kereta Shinkansen ikonik Jepang dari Stasiun Tokyo ke Stasiun Shin-Osaka.

Perjalanan dengan kereta Shinkansen tercepat, Nozomi memerlukan waktu 155 menit sedangkan kereta Hikari dan Kodama sekitar tiga dan empat jam masing-masing.

Untuk yang mencari mode transportasi paling ekonomis, kita bisa menggunakan bus antar kota. Perjalanan menempuh waktu sekitar delapan jam.

Banyak Destinasi Wisata di Osaka.

Kita bisa melihat museum hingga merasakan kehidupan di Osaka jaman dahulu.

Sedangkan USJ merupakan taman bermain Universal Studios pertama yang di bangun di luar Amerika Serikat.

Ini merupakan yang ditunggu cucu. Dimana mereka memasuki “aura” film terkenal seperti Harry Potter, Terminator dan Jurassic Park. Juga Snoopy dari Peanuts, Hello Kitty dan Elmo dari Sesame Street.

Salah satu bagian paling terkenal di USJ, without doubt, adalah dunia Wizarding World of Harry Potter. Tidak heran, jalan-jalan di desa Hogsmeade akan membuatmu merasa bak masuk dalam dunia sihir Harry Potter!

Di sini, selain melihat replika Hogwarts, kita bisa melihat langsung toko-toko sihir unik yang di film Harry Potter, bahkan kita bisa membeli barang-barang uniknya. Di USJ, kita juga disajikan atraksi-atraksi seru.

Di hari terakhir sebelum kembali ke tanah air, kami sempatkan diri untuk mengunjungi Kyoto, kota di Kansai yang kaya tradisi dan budaya.

Meski secara keseluruhan negara Jepang termasuk sangat maju dan modern, kota Kyoto seperti tertinggal di zaman dahulu dengan banyaknya destinasi wisata dari zaman kuno yang dipreservasi.

Kuil Shinto ini merupakan kuil pusat umat kepercayaan Inari dan sudah berada di kaki Gunung Inari, Kyoto, sejak sekitar 1.300 tahun lalu.

Selain sejarah panjangnya, alasan mengapa kuil ini menjadi favorit wisatawan asing adalah kecantikan gerbang Torii merahnya.

Gerbang-gerbang ini didonasikan ke kuil oleh perusahaan-perusahaan Jepang untuk menunjukkan rasa syukur dan sebagai harapan untuk berkat di masa depan dan kini sudah terdapat lebih dari 10,000 gerbang beruntun di Fushimi Inari-taisha.

Pemandangan ini, instagramworthy sekali!

Berada di kaki gunung, jika ingin melihat seluruh bagian kuil ya dengan mendaki. Perjalanan ke bagian atas kuil memerlukan waktu sekitar 3 hingga 4 jam dua arah.

Kita pun melanjutkan perjalanan ke jalan Kiyomizu-zaka, mau menikmati suasana Jepang kuno. Selain membeli souvenir tradisional Jepang, juga mencoba aneka jajanan atau juga makan siang kuliner lokal khas Kyoto.

Sedangkan bagian kota yang paling happening, Namba dan Dotonburi, yang sering disebut sebagai pusat hiburan di Osaka.

Jika masih pengin makan hidangan khas Jepang? Ichiran Ramen harus masuk dalam itinerary! Walaupun terdapat banyak toko ramen di sana, selalu saja ada antrian di depan Ichiran Ramen meski mereka buka 24 jam.

Tidak heran, kuah dan saus khususnya menyatu dengan sempurna, menghasilkan hidangan yang menggoyang lidah.

Pengalaman makan ramen di Ichiran Ramen pun cukup menarik karena setiap pengunjung memiliki ‘booth’ tersendiri untuk menyantap ramennya. Bahkan, waiter bisa menyajikan ramennya karena ramen akan dikirimkan langsung melalui jendela. Semua ini didesain supaya pengunjung bisa benar-benar fokus menikmati ramennya.

Unik, kan?

Sebelum bertolak pulang, pilihannya mampir ke Kurumon Ichiba Market, pasar tradisional di Osaka atau langsung menuju Bandara Internasional Kansai (KIX) untuk pulang.

Gimana? Apakah ingin mencoba airport limousine, untuk membawa kita ke bandara? Pokoknya, seru deh, bagi pemegang e-passport, tidak perlu kuatir karena Jepang sudah memberlakukan bebas visa.

baca juga: majalah eksekutif terbaru — klik ini

“Saya bersyukur, di usia sekarang ini bisa menikmati kehidupan dan mampir sudut dunia, di Jepang ini”.

Tinggalkan Balasan