Budaya  

Pendopo Living World Alam Sutera, Tangsel, Angkat Budaya Indonesia Timur

MATRANEWS.id — Memiliki tagline, Jendela Budaya Nusantara. Terletak di lantai atas Living World Alam Sutera, Tangerang Selatan, rangkaian acara digelar menarik hingga 31 Agustus 2018.

Pendopo, merupakan bagian dari bisnis unit Kawan Lama Grup, yang bekerjasama dengan lebih 200 Usaha Kecil Menengah (UKM).

Di gerai Pendopo, sepanjang Agustus 2018 ini, menampilkan kerajinan hasil karya anak bangsa, khususnya tenun dan ukiran khas Nusa Tenggara Timur dan Papua.

“Sejak dibuka tujuh tahun lalu, Pendopo berkomitmen untuk terus melestarikan budaya Indonesia, melalui rangkaian produk lokal berkualitas,” ujar Nana Puspa, Marketing Director Kawan Lama.

Masih dalam penjelasan Nana, untuk kali ini Pendopo menampilkan kekayaan budaya khas suku Kamoro dari pesisir selatan Papua. “Mulai dari tenun sehari-hari, hingga ukiran yang mempercantik ruangan,” jelasnya.

Selama pameran, berbagai aktivitas menarik digelar antara lain edukasi suku Kamoro untuk siswa, pertunjukan tari dan musik tradisional.

Ada juga demo tenun, coffe tasting hingga workshop mengukir kayu dan decoupage (kerajinan menempel kertas pada bahan tertentu yang dilapis pelitur).

“Sejak dibuka tujuh tahun lalu, Pendopo berkomitmen untuk terus melestarikan budaya Indonesia, melalui rangkaian produk lokal berkualitas,” ujar Nana Puspa, Marketing Director Kawan Lama.

“Yamate yang awalnya berfungsi sebagai alat menari dan juga perisai, namun kini berubah fungsi menjadi dekorasi penghias dinding juga ada,” ujar C, pengamat yang lebih senang disebut anak adat.

Juga ada eme, yaitu alat musik tradisional yang terbuat dari batang utuh, hasil karya lainnya perahu dengan ornament berbentuk manusia.

“Terima kasih, Pendopo yang terus menjaga nilai-nilai kearifan lokal, menampung dan memberi peluang memasarkam hasil karya komoro,” ujar Luluk Intarti, Yayasan Maramowe. Karena, “Terus terang saja, budaya komoro sempat hidup segan mati tak mau.”

Luluk menjelaskan, yayasannya satu-satunya yang membantu memberdayakan secara kultur, menjaga agar 40 kampung yang punya keturunan pengukir mau terus memproduksi.

Karya ini, menjadi bernilai etnis “mahal” karena diproduksi dengan hati, setiap karya tak sama, antara satu dan lainnya. Kalaupun, ukiran sama, pasti detilnya berbeda. Ukiran, anyaman, dan tarian-tarian demikian khas.

Pengunjung Pendopo juga bisa melihat langsung keunikan tenun Sumba yang terletak pada motif khasnya, yaitu corak manusia, hewan dan tumbuhan. Juga tenun Flores, yang memiliki ragam hias geometris dengan aneka warna yang cerah dan mencolok.

Menarik juga kain tenun yang dihadirkan dibuat dengan teknik yang masih sangat tradisional, melalui proses yang lama dan panjang.

Untuk menghasilkan selembar kain tenun memerlukan waktu 3-6 bulan, karena prosesnya manual. Proses pemberian warna menggunakan tumbuh-tumbuhan, yang alami hanya tumbuh di musim tertentu.

“Pameran ini juga didukung promo cashback hingga tujuh ratus ribu rupiah, untuk tenun Sumba,” ujar Prita Wardani, Costumer & Public Relation Manager Kawan Lama Retail. Tentunya, “Silahkan belanja dan sesuai ketentuan yang berlaku.”

Untuk pengguna kartu kredit atau debut BRI, Reza Rinaldi Mardja menambahkan, kita bisa belanja lebih hemat 10% persen. Berkesempatan mendapatkan hadiah menarik dengan transaksi nominal tertentu.

baca juga: Majalah MATRA edisi cetak (print) terbaru – klik ini

***

Selama pameran, berbagai aktivitas menarik digelar antara lain edukasi suku Kamoro untuk siswa, pertunjukan tari dan musik tradisional serta demo tenun.
Ada juga demo tenun, coffe tasting hingga workshop mengukir kayu dan decoupage (kerajinan menempel kertas pada bahan tertentu yang dilapis pelitur).

Tinggalkan Balasan