PKBS: Jembatan Emas untuk Membangun Sragen

Tak banyak yang tahu bahwa Kota Sragen memiliki sejarah yang menarik untuk disimak. Sragen termasuk kota yang cukup tua. Dari hasil penelitian para ahli sejarah dan kajian fakta sejarah, kota ini dibentuk pada 27 Mei 1746. Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor 4 Tahun 1987.

Dulu, kabupaten ini dikenal dengan sebutan “Bumi Sukowati”, nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen.

Masyarakat Kota Sragen memiliki beragam budaya yang terus dilestarikan hingga sekarang. Karakter masyarakat kota ini dikenal sangat ulet dan tangguh dalam usaha serta bertahan hidup. Tidak mengherankan jika banyak putra putri kelahiran Sragen yang meraih sukses baik sebagai pejabat di tingkat pemerintah pusat, pemerintah daerah, pebisnis sukses, dan sukses di berbagai bidang lainnya.

Mereka hidup berpencar di berbagai daerah, di kota-kota besar, bahkan tak sedikit yang meraih sukses di luar negeri. Namun sayangnya, seiring dengan perjalanan waktu, Kota Sragen sendiri kurang diperhatikan oleh mereka. Bukan lantaran mereka tak mau membangun kota kelahirannya. Banyak orang kelahiran Sragen yang ingin memajukan kota kelahirannya, namun mereka tak memiliki akses yang memadai ke jantung pemerintahan daerah Kota Sragen.

Paguyuban Keluarga Besar Sragen (PKBS) dibentuk dengan tujuan untuk mewadahi para warga kelahiran Sragen sekalgus menjembatani mereka agar guyub dan rukun untuk membangun Kota Sragen menjadi lebih maju.

Paguyuban ini beranggotakan masyarakat yang berasal dari Kabupaten Sragen serta masyarakat yang merupakan keturunan Sragen dan mengakui orang Sragen.

“Moto kami adalah nandur bareng, tandure duwur, ngeluhurake leluhur. Artinya, bagaimana kita golek dulur (mencari saudara) supaya persaudaraan semakin kuat, semakin baik, semakin banyak di Sragen ini kemudian kita ajak berkarya (nandur). Setelah nandur, tandure duwur agar hasilnya yang baik untuk meluhurkan leluhur. Ini adalah motto dari PKBS periode 2020-2025,” ujar Teddy Sujarwanto, Ketua Umum PKBS di sela-sela acara Pelantikan Dewan Pengurus dan Dewan Pembina PKBS Periode Tahun 2020-2025, di Jakarta, 15 Februari 2020.

Paguyuban Tertua

Menurut Teddy, PKBS merupakan paguyuban tertua di Sragen. Berdiri sejak tahun 1977. Banyak orang Sragen yang ingin membangun kota kelahirannya di Sragen, tapi sama bupatinya saja tidak kenal dan tidak ada akses ke sana.

“Bahkan, mau memberikan bantuan melalui dana CSR untuk Sragen saja kebingungan. Nah, PKBS akan menjadi jembatan emas untuk menyatukan ini, yang pada akhirnya membangun Sragen agar lebih maju,” katanya.

Ketua Dewan Kehormatan PKBS, H. Seman Widjoyo menyebutkan, semua pengurus PKBS adalah orang-orang yang profesional. “Ke depan, PKBS harus bermanfaat bagi anggotanya. Semakin banyak yang dilakukan, semakin banyak manfaat bagi anggotanya,” ujarnya.

Senada dengan Seman, Ketua Dewan Pembina PKBS,  Sudarsono Hardjosoekarto mengatakan, PKBS bisa merangkul seluruh warga Sragen baik yang ada di daerah, di luar daerah, dan yang ada di luar negeri, agar selalu berkomunikasi agar bisa memajukan Sragen.

Saat ini, dengan PKBS yang sudah memiliki link dengan pemerintah daerah, diharapkan warga Sragen yang sudah sukses di luar Sragen dan ingin membangun kota kelahirannya bisa terwujud.

Menurut Teddy, melalui PKBS juga bisa terwujud circulate economy atau ekonomi yang melingkar. Sebagai contoh, para pejabat atau pengusaha yang memiliki rumah di Sragen dan tidak ditempati, lalu rumah-rumah tersebut dikelola oleh Pemerintah Sragen untuk kegiatan ekonomi masyarakat, maka akan sangat berdampak ekonomi kerakyatan yang luar biasa.

“Misalnya, pemilik rumah tersebut menyumbangkan dana CSR dari kantor tempat dia bekerja untuk membeli mesin produksi skala UKM dan dikelola oleh pemerintah daerah, maka akan terjadi perputaran ekonomi yang bisa membantu menyejahterakan masyarakat Sragen,” ujar Teddy.

Jika aktivitas ekonomi kerakyatan ini bisa berjalan dengan baik, maka akan terjadi pemberdayaan masyarakat luar biasa dan menyejahterakan mereka. Dan, jika kiprah PKBS sukses, maka paguyuban ini bisa menjadi contoh atau teladan bagi kota-kota lainnya, untuk sama-sama membangun kota kelahirannya.

Tidak Berpolitik Praktis

Dari sisi sejarah, PKBS diawali dengan berdirinya organisasi yang diberi nama KBS, singkatan dari Keluarga Besar Sukowati, yang didirikan pada tahun 1977, diketuai Siswoko.

Menurut Teddy, visi dari PKBS adalah t erwujudnya wadah Kelompok Sragenan yang mengayomi, menampung, menjalin guyub rukun antar Kelompok beserta para anggotanya dengan semangat gotong royong berdasarkan  Idiologi Pancasila, UUD’45 dan tidak ikut serta dalam kegiatan politik praktis.

Dalam pelantikan ini, Teddy Sujarwanto dikukuhkan sebagai Ketua Umum PKBS. Ia terpilih melalui rapat Tim Formatur yang bertujuan membentuk kepegurusan lengkap PKBS periode tahun 2020-2025, pada Desember 2019. Di bawah nakhoda Teddy Sujarwanto, organisasi ini mengalami perubahan struktur organisasi.

Paguyuban ini memiliki sembilan misi penting yang diemban oleh kepengurusan baru PKBS periode 2020-2025. Beberapa diantaranya, menjadi  penghubung  antar  kelompok  Sragenan  untuk berbagi informasi, sinergi usaha dan perkembangan kemajuan peradaban, serta menjadi fasilitator dan sosialisasi kebijakan dan kesragenan.

“Harapan kami, PKBS tidak hanya menjadi paguyuban tempat berkumpul, namun juga menjadi penyambung jaringan seluruh lapisan masyarakat Kota Sragen di manapun saat ini bertempat tinggal dan beraktivitas,” pungaks Teddy. (Abdul Kholis)

Tinggalkan Balasan