Pojok Semanggi Di Masa Pandemi

Foto diabadikan sebelum masa pandemi.

 “Yuk kita ngopi-ngopi di Pojok Semanggi”.

MATRANEWS.id — Ada periode lokasi kongkow Pojok Semanggi demikian Trending. Di Jakarta khususnya ibukota, lokasi ini demikian strategis.

Jurnalis dengan ragam liputan, tak sekedar memperbincangkan. Tapi, lokasi ini kadang menjadi lokasi rehat atau lintasan para kreator, budayawan media massa. 

Bukan saja, ajang  menjadi lokasi kumpul Forum Wartawan Polri yang berjibaku dalam peristiwa kriminalitas. Tapi, lintas angkatan, tapi juga jurnalis lintas sektoral.

Menjadi lokasi rehat yang strategis. Kumpul, bertukar informasi, setelah atau kemudian kembali “mengais” berita ke sudut ibukota. Mendapatkan kejernihan dari informasi yang beredar kalang kabut.

Lokasinya samping jembatan Semanggi, Jakarta. Berada dalam kawasan Polda Metro Jaya.  Dari situlah  percikan, lalu lintas ide dan peristiwa-peristiwa terkuak dibalik berita.

Jika ingin bertemu ragam jurnalis media mainstream, dari berbasis digital hingga media cetak dan televisi, ya di sini.  Obrolan mulai pemain sepak bola, politik, ekonomi, seni dan budaya, dunia perfilman, dan musik juga terdengar asyik.

Tak jarang, presenter TV yang “kinyis-kinyis” atau reporter syantik, bergeletakan sekedar curhat macem-macam ke teman senasib.

Jadi, diskusi tak hanya yang “keras-keras” atau bicara polisi pengatur lalu lintas, hingga politisi sontoloyo.

Yang menarik, info-info, ketimpangan hingga obrolan humanis menjadi bagian sisi lain. Di era digital, keakraban ini kemudian semakin nyata,  dengan adanya interaksi di grup medsos.

Nah,  di masa pandemi  “kopi darat” antar kita sudah agak jarang dilakukan di “Warung Pojok Semanggi”.  Pojok Semanggi  yang semacam oase:  “Indonesia mini”,  istilahnya.

Karena di sini, beragam etnis manusia, bersatu, kompak. Beda aliran, namun  kompak.  Jurnalis yang tak berpihak dalam politik praktis, ya, pada kumpul di sini. Sekedar mempererat networking.

Tetap mengkritis, hal-hal yang melenceng. Memantau, hingga memberi solusi jika di masyararakat ada jawabannya. Tak hanya menjadi lokasi kongkow, Pojok Semanggi menjadi memajangnya ide dan gagasan.

Seru juga. Membahas fenomena-fenomena aktual yang sama sekali baru.

Konteksnya dari obrolan sandal jepit hingga kapal selam. Dari soal kehidupan intelektual  akademisi hingga aktivis yang ketika masuk dalam ring kekuasaan menjadi tumpul akal.

Segala yang menjadi perangkat kehidupan, perkembangan zaman diomongin di situ.  Pojok Semanggi semacam magnit. Tapi, dalam masa  sekarang, di masa pandemi covid-19, lokasi kongkow ini sedikit berubah.

Jurnalis yang datang ke Pojok Semanggi hanya sebatas liputan. Jurnalis senior agak jarang datang atau kongkow di situ. Kalaupun  ada yang datang dengan masker sebagai perlengkapan protokoler. Tak se-asyik saat ngobrol tanpa masker.

Para senior jurnalis seakan melupakan jabat erat kopi darat. Tapi ikutan dalam sebuah new era, dimana kalau tak penting di rumah saja. Mengikuti anjuran pemerintah yang woro-woro untuk semua orang menjauhi kerumunan.

Ngerumpi-nya di grup whatsapss saja. Cari info lewat medsos.  Ikut di grup ini dan itu.  Mulai dari grup kampret juga ikut di grup cebong. Dari grup Kami hingga Kita, sekedar mengais info.

Kadang mereka terlalu asyik atau masuk dalam “kode” Jaga Jarak, termasuk saya.

Ah,  sudah jarang terdengar ajakan telepon untuk “Yuk kita ngopi-ngopi di Pojok Semanggi.”

Tulisan ini, sekedar mengingatkan, bahwa silaturahmi juga penting di masa pandemi. Kopi darat atau bertemu, jangan kemudian dilupakan juga. Masak iya, dalam kehidupan ini kita hanya sekedar bersapa di grup whatsapps atau Facebook saja.

Di penghujung tahun apalagi.  Gimana kalau kita kopi darat. Apalagi disertai ajakan, “Gue traktir yuk.”

 

#ssbudiraharjo

 

 

Tinggalkan Balasan