Putera Astaman (Ketum Bersama): “Indonesia Sudah Dinyatakan Pasar Narkoba Terbesar di Asia.”

Putera Astaman di HUT Bersama ke 41 di Balai Setia, Siaga raya.
Try Sutrisno bersama aktivis Bersama Tanpa Narkoba.

Try Sutrino salut dengan Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (Bersama), yang sejak 26 Juni 1978 terus bergerak dalam upaya penanggulangan bahaya madat. Orang-orangnya bekerja ihklas.

MATRANEWS.id — “Jangan hanya jargon. Mengatasi masalah narkoba di tanah air, harus dengan tindakan nyata,” ujar Try Sutrisno, Wapres RI ke enam yang hadir dalam peringatan HUT Bersama ke 41, Sabtu, 13 Juli 2019.

Try Sutrino salut dengan Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (Bersama), yang sejak 26 Juni 1978 terus bergerak dalam upaya penanggulangan bahaya madat.

“Organisasi Bersama telah diakui sebagai organisasi yang mewakili Indonesia dalam tingkat regional Asean, Asia Pasific maupun Internasional,” tutur Try Sutrisno, yang juga termasuk pembina organisasi Bersama.

Mengkritisi peran Badan Narkotika Nasional (BNN) saat ini, Try Sutrisno termasuk orang yang prihatin jika sebagai Badan yang langsung di bawah Presiden tapi tidak dinahkodai orang yang tepat.

Try Sutrisno tak habis pikir, di lain sisi anggota masyarakat berperang melawan bandar narkoba, sementara di sisi lain, aparat yang harusnya mengatasi masalah narkoba, malah “bermain-mata” tak bisa berbuat maksimal, apalagi, ia masih mendengar ada oknum aparat BNN hanya menghabiskan anggaran, bicara komisi ini dan itu di BNN.

Bukan mau membandingkan antara BNN dan organisasi Bersama. “Saya geram dengan aparat BNN, polisi, hingga kejaksaan yang sudah digaji Negara, belum ada terobosan yang kita lakukan. Aspek drugs demand reduction belum all out,” ujar Try Sutrisno, yang memuji aktivis Bersama bekerja ikhlas dan tanpa pamrih tapi semangatnya terus membara untuk perang melawan narkoba.

Putera Astaman, yang merupakan Ketua Umum Bersama juga kesal dengan “oknum-oknum” yang demikian.

Ia pun mengingatkan, bahwa Jokowi juga menyatakan geram dengan para oknum dan Bandar narkoba. “Kalau hukum memungkinkan, mereka di dor saja. Kita ini, bangsa Indonesia perang habis-habisan melawan narkoba,” ujar Presiden di tahun 2016 lalu.

Indonesia dalam keadaan darurat narkoba, kembali didengungkan oleh Putera Astaman mengingatkan tentang 72 sindikat narkoba bercokol di Indonesia. Ada 11 negara pemasok narkoba dari semua jenis. Semuanya ada 74 jenis baru yang sudah beredar di Indonesia.

“Ayo, semua lini masyarakat, sadarlah. Bahwa Indonesia sudah dinyatakan sebagai pasar narkoba terbesar di Asia,” ujar Mayjen Pol (P) Putera Astaman, dengan nada berapi-api memaparkan dihadapan komunitas berprestasi tanpa narkoba.

Putera Astaman mengutip data, tahun 1998 dengan penduduk 199 juta, data pemadat kita 130 ribu. Enam tahun kemudian, di 2004 data pemadat kita 2,8 juta orang. Di tahun 2008, jadi 3,2 juta dan pada 2014 sebanyak 4,1 juta orang.

Dalam setahun, Putera Astaman memberi gambaran, naik satu juta orang. Data pada 2016 telah menjadi 5,8 juta. Kemudian di 2017, angka 6 juta sudah terlewati. Survei di 17 propinsi, kebutuhan narkoba bagi penggunanya mencapai enam ton. Dimana 15 ribu orang meninggal akibat narkoba setahun.

“Artinya, akibat mengkonsumsi narkoba 41 orang meninggal per hari,” jelas Dr Charletty Choesyana Taulu, Ketua Panitia HUT ke 41, organisasi Bersama. Dimana, “Kenyataan di lapangan pasti berlipat lebih besar dari angka tersebut.”

Berkaitan hal itu, organisasi Bersama menghimbau dan mengusulkan kepada pemerintah dan jajarannya untuk melaksanakan “Gerakan Nasional Perang Melawan Narkoba/madat. Semua warga harus mengambil bagian dalam perang ini.

baca juga: majalah Matra edisi cetak — klik ini

Jokowi juga menyatakan geram dengan para oknum dan Bandar narkoba. “Kalau hukum memungkinkan, mereka di dor saja. Kita ini, bangsa Indonesia perang habis-habisan melawan narkoba

Tinggalkan Balasan