Remehkan Virus Corona, Pejabat Indonesia Dikecam Para Diplomat

Wabah virus corona tampaknya tak hanya menjadi “hantu” bagi masyarakat, tapi sekaligus “ranjau” bagi pejabat yang berkaitan langsung. Jika tak siap dan bijak dalam menyampaikan statemen, bisa berbuah kritik pedas. Bahkan kecaman.

Belum lama, Menteri Kesehatan Indonesia Terawan Agus Putranto mendapat kecaman dari komunitas diplomatik dan media nasional, karena dituduh memberikan informasi yang salah dan meremehkan keseriusan krisis virus corona, seiring kasus-kasus mulai melonjak.

Situasi ini tak hanya menjadi sorotan para media di dalam negeri, namun dipotret oleh para awak media asing. Dalam beberapa hari terakhir, Joko Widodo turun tangan secara pribadi dalam pesan publik dan keputusan lain, dalam apa yang dipandang sebagai kurangnya kepercayaan pada Terawan, seorang jenderal bintang tiga yang sebelumnya mengepalai rumah sakit militer elit Gatot Subroto di Jakarta, di mana para presiden biasanya dirawat, dilansir dari Asia Times.

Ketika mencoba untuk mencegah kepanikan publik, Jokowi dan para pejabat istana lainnya semua tampaknya menyadari apa yang mereka hadapi. Wabah ini bisa berdampak pada ekonomi, di mana pertumbuhan ekonomi diperkirakan serendah 4,7 persen pada kuartal pertama 2020.

Angka pertumbuhan itu, menurut sumber-sumber perbankan Indonesia, biasanya merupakan cerminan dari pertumbuhan pinjaman, yang telah merosot secara signifikan dalam dua bulan pertama. Tahun lalu, ekonomi tumbuh sebesar 4,9 persen, pertama kali merosot di bawah 5 persen sejak 2015.

Selama itu, para pejabat kesehatan Indonesia, seolah enggan menyampaikan kejujuran informasi yang dimiliki. Ancaman virus corona seolah bukan hal yang serius.

Namun publik dibuat terperanjat, pada Senin (9/3), saat pemerintah mengumumkan 13 kasus baru, termasuk dua warga negara asing. Laporan itu memberi sedikit detail, selain mengakui bahwa beberapa korban tinggal di luar Jakarta.

Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyampaikan konferensi pers terkait virus corona di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3/2020). Presiden menyatakan 2 orang WNI yaitu seorang ibu dan anak di Indonesia telah positif terkena corona setelah berinteraksi dengan Warga Negara Jepang yang berkunjung ke Indonesia. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.

Kecaman Diplomat

Pemerintah belum lama ini mengeluarkan daftar enam protokol tentang cara mengelola krisis. Namun ketika juru bicara virus corona pemerintah Yulianto memanggil diplomat yang berbasis di Jakarta ke sebuah pengarahan khusus tentang virus pekan lalu, ia dilaporkan membuat dunia internasional kecewa.

Dengan otoritas yang kemudian melaporkan enam kasus COVID-19 pertama di Indonesia minggu lalu, kurangnya kejelasan tentang beberapa masalah hanya menciptakan lebih banyak kekhawatiran tentang seberapa siap Indonesia menghadapi wabah virus yang signifikan di luar korban-korban saat ini.

“Itu meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban,” ujar seorang diplomat senior, menunjuk hubungan sulit yang menurutnya ada antara kementerian dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kepada Asia Times.

“Ada ketidakjelasan yang tentu saja tidak memberikan kepercayaan apa pun,” ulas media ini.

Amerika Serikat telah mendesak Pemerintah Indonesia untuk berbuat lebih banyak untuk mencari kasus baru; sejauh ini sekitar 650 orang telah diuji, dibandingkan dengan puluhan ribu orang di 87 negara di luar China, yang sekarang berjuang untuk berurusan dengan virus corona.

Myanmar, Laos, dan Brunei masih menjadi negara Asia Tenggara yang belum melaporkan keberadaan Covid-19 di dalam perbatasan mereka. Singapura (138), Malaysia (93), Thailand (50), Indonesia (19), dan Vietnam (17) memiliki kasus terbanyak, diikuti oleh Filipina (6) dan Kamboja (2).

Myanmar menjadi tanda tanya, mengingat perbatasannya yang panjang dan keropos dengan provinsi Yunnan di China selatan, di mana 4.830 kasus dilaporkan. Bahkan menutup titik persimpangan resmi (yang diklaim telah diberlakukan), akan membuat sedikit perbedaan.

Berusaha meredam skeptisisme, surat kabar New Light of Myanmar edisi 8 Maret menerbitkan rincian pengujian 68 pasien dari 14 rumah sakit di seluruh negeri. Namun itu hanya mencakup satu pasien dari rumah sakit di perbatasan China, di kota Muse yang menangani 70 persen perdagangan lintas batas.

Karena enggan menutup perbatasan bersama dengan Yunnan, negara tetangga Laos mengklaim, pendatang baru di antara ribuan pekerja China yang terlibat dalam pembangunan kereta api China-Laos sepanjang 414 kilometer dikarantina untuk jangka waktu 14 hari yang diperlukan.

Di tengah kepanikan yang melanda para petinggi di negara tetangga, para pejabat kesehatan Indonesia justru berusaha menghibur diri dengan fakta lima dari enam kasus sejauh ini terkait dengan seorang ibu dan anak perempuan yang terinfeksi oleh seorang pengunjung tunggal Jepang yang dites positif terkena virus, setelah kembali ke rumahnya di Malaysia pada akhir Februari.

Apa yang membuat kedutaan asing di Jakarta khawatir adalah beberapa pernyataan yang dianggap tidak patut dari pejabat publik. Meski bertujuan untuk menenangkan ketakutan publik, namun sebenanrnya banyak membantu mendidik warga tentang tindakan pencegahan yang harus diambil.

Wali Kota Depok M. Abdul Samad, misalnya, membuat banyak orang terkejut dengan menguraikan bahwa Muslim tidak akan tertular virus corona jika mereka salat lima kali sehari. Wudhu yang mereka lakukan sebelumnya, katanya, akan membunuh virus, dilansir dari Asia Times. Klaim ini bisa benar, bisa juga tak tepat, tergantung bagaimana memaknai dan menyakininya.

Para dokter dengan cepat menyangkal gagasan itu, tetapi Menteri Kesehatan Terawan juga telah menyuarakan komentar yang meragukan, termasuk pernyataan bahwa kekuatan doa membuat virus menjauh. Klaim ini juga tak jauh beda, sangat tergantung bagaimana memercayainya. Terkadang, sugesti yang kuat juga bisa berperan dalam mencegah penyakit.

Hal itu juga digaungkan oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang dengan sia-sia berusaha agar Indonesia yang bebas virus saat itu, dikecualikan dari larangan umrah ke Mekah oleh Arab Saudi pada 4 Maret.

Kapal Pesiar Viking Sun

Provinsi Bali hingga saat ini dinilai masih bebas COVID-19, tetapi pemerintah setempat tampaknya meremehkan risiko dengan membiarkan ratusan penumpang di kapal pesiar Viking Sun turun, meskipun faktanya dua penumpang dilaporkan menunjukkan gejala mirip flu.

Para pejabat kesehatan mengklaim, telah membersihkan 1.300 penumpang dan awak setelah mereka bermalam di kapal seberat 48.000 ton itu, yang dikarantina selama singgah di Semarang dan bertolak dari dari Surabaya pada jalurnya di sepanjang pantai Jawa.

Viking Sun melakukan perjalanan selama 245 hari keliling dunia (yang terpanjang oleh kapal pesiar mana pun), menghampiri 53 negara, 112 kota, dan enam benua sebelum berakhir pada titik awalnya di London pada Mei.

Dua turis Bali (seorang warga Jepang dan seorang warga China) dinyatakan positif terkena virus corona setelah kembali ke rumah bulan lalu. Demikian pula seorang wanita Selandia Baru berusia 60 tahun, yang penerbangannya berhenti di Bali dalam perjalanan dari Teheran ke Dubai.

Pihak berwenang Bali awalnya mengklaim para penumpang tetap di penerbangan Emirates selama singgah satu jam 40 menit. Tetapi maskapai dengan cepat membantahnya. Juga dipahami bahwa Bali adalah tujuan akhir bagi setengah dari mereka.

Industri pariwisata Bali (yang pernah berkembang mencapai 100.000 hingga 150.000 wisatawan China per bulan), telah dilanda wabah itu. Sebanyak 50 agen wisata yang melayani secara eksklusif perdagangan China kini sedang sekarat, dengan titik akhir yang belum terlihat.

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan Indonesia akan kehilangan antara US$1,7 miliar sampai US$3,4 miliar dalam penerimaan turis, tergantung pada skenario terbaik dan terburuk. Sebagai perbandingan, dampak pada Thailand dapat mencapai setinggi US$11,9 miliar, menurut bank tersebut.

S&P Global Ratings mengantisipasi pemulihan “berbentuk U” akan dimulai di seluruh wilayah Asia-Pasifik akhir tahun ini, tetapi pada saat itu, dikatakan bahwa kerusakan ekonomi terkait virus corona secara keseluruhan kemungkinan telah mencapai sekitar US$211 miliar.

Walaupun Indonesia kurang terekspos pada rantai pasokan global, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan kembali melambat ke level terendah dalam tiga tahun sebesar 4,9 persen, turun dari perkiraan sebelumnya 5,1 persen, mengingat penurunan yang diperkirakan dalam belanja konsumen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah memperingatkan, dampak dari virus ini akan jauh lebih sulit untuk diatasi daripada krisis keuangan 2008, di mana saat itu ia memimpin Indonesia untuk melewatinya relatif tanpa cedera.

Menurut Sri Mulyani krisis kesehatan telah menghantam ekonomi riil, tidak hanya merusak pariwisata, tetapi juga menghambat manufaktur, perdagangan, dan investasi, pada saat Jokowi mencoba mendorong rancangan undang-undang Omnibus Law yang ambisius, seperti dikutip dari Asia Times.

Beberapa waktu lalu, pemerintah juga meluncurkan paket stimulus senilai Rp10,3 triliun untuk mendukung pengeluaran konsumen dan pariwisata. Namun, mengisi lubang yang ditinggalkan oleh pengunjung China tidak akan mungkin, terutama ketika bisnis juga hanya mengizinkan perjalanan penting. (AKS)

Tinggalkan Balasan