Riset: Kerja 4 Hari Seminggu Lebih Efektif

Riset: Kerja 4 Hari Seminggu Lebih Efektif

Riset: Kerja 4 Hari Seminggu Lebih Efektif

Perppu Cipta Kerja Libur Cuma 1 Hari?

Beberapa waktu lalu orang-orang, khusunya para pekerja dibuat geger dengan pemberitaan Perppu Cipta Kerja yang katanya cuma bakal ngatur libur selama satu hari dalam seminggu.

Hal ini mungkin berkaitan sama salah satu aturan yang tertuang di sana.

Di pasal 79 ayat (2) Perppu No. 2/2022, tertulis kalau  waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib diberikan kepada Pekerja/Buruh paling sedikit meliputi;

(a) istirahat antara jam kerja, paling sedikit setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus-menerus, dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja; dan (b) istirahat mingguan I (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Buat nanggepin hal itu, Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Dirjen PHI-JSK) Kemenaker, Indah Anggoro Putri, mastiin kalau aturan libur 2 hari kerja dalam satu pekan tetep ada dan nggak bakal dihapus.

Beliau nambahin kalau aturan libur atau waktu istirahat itu dibalikin sesuai sama ketentuan perusahaan. Nasib para pekerja tetep bergantung sama bos-nya. Yang penting jam kerja itu tetep 40 jam sehari.

Percobaan Kerja 4 Hari Seminggu

Sayangnya, ini kejadian di belahan dunia yang lain. Percobaan ini diramaikan oleh 4 Day Week Global, sebuah organisasi yang kekhawatiran ke masalah ketenagakerjaan.

Baca juga :  Kadispenal Cerahkan Mahasiswa UNAS Tentang Information Warfare

Inisiatif ini nggak semata-mata dibuat karena orang-orang pada males kerja. Ada sebuah riset dari Universitas Boston yang dipimpin oleh  Profesor Juliet Schor buat cari tahu soal keefektifan dan produktivitas sebuah perusahaan kalau kerja cuma selama 4 hari.

Dilansir dari lama 4 Day Week Global, di percobaan pertama ini ada sekitar 30 perusahaan dengan lebih dari 1000 pekerja selama 6 bulan di tahun 2021. Perusahaan-perusahaan ini lokasinya tersebar di Amerika, Australia, dan Irlandia.

Sebenernya, kalau dari sisi perusahaan ini tuh hal yang merugikan karena keliatannya mereka bayar 100% ke pekerja dengan timbal balik 80% waktu yang dikerahkan buat kerja.

Tapi jangan salah, hasilnya ternyata berkebalikan dari ekspektasi soal kerugian lho.

Kerja 4 Hari Seminggu Lebih Efektif

Hasil dari percobaan ini lumayan menyenangkan semua pihak. Ada beberapa temuan kayak:

  1. Pemasukan perusahaan naik 38% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
  2. Hari libur bertambah jadi motivasi performa pekerja.
  3. 70% pekerja bilang kalau mesti balik lagi ke 5 hari kerja, mereka bakal minta kenaikan gaji 15%.
  4. Pihak perusahaan yang terlibat percobaan rata-rata ngasih peringkat percobaan ini di angka 9 dari 10 nilai sempurna.
  5. Nggak ada satu pun dari 30 perusahaan yang ikut percobaan balik ke sistem 5 hari kerja.

Dengan performa yang kayak gini, Charlotte Lockhart, pendiri organisasi non-profit 4 Day Week Global percaya bahwa sistem kerja 4 hari mesti disebarluaskan. Sebelum percobaan dan organisasi ini dibuat bersama dengan Andrew Barner, co-foundernyamereka berdua telah menyaksikan kehebatan sistem 4 hari kerja di tahun 2018 ini.

Baca juga :  Anang Iskandar: Kecelakaan Legislasi Dalam Pembuatan UU no 35 tahun 2009 Tentang Narkotika (bag 1)

Dan pas hasil penelitiannya rampung, mereka memutuskan buat rilis hasilnya pada tanggal 30 November lalu.

Kenapa Harus 4 Hari Kerja?

Sebenernya, 4 Day Week Global memang punya keresahan soal masalah ketenagakerjaan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kondisinya memang sangat berdampak kurang baik buat para pekerja.

Dilansir dari Percakapan Indonesia ada beberapa alasan utama yang mendorong sistem kerja 4 hari seminggu ini jadi sebuah solusi yang mujarab, yaitu masalah kesehatan mental dan efektivitas kerja.

Dampak masalah kesehatan mental pekerja ini nggak cuma dirasakan sama pekerja itu sendiri.

Menurut Delloite, dari survei yang udah dibuat ternyata di Inggris perusahaan ngabisin anggaran per tahun sampai 45 juta poundsterling atau sekitar 853 miliar rupiah buat nanganin masalah kesehatan mental pekerjanya.

Bahkan, Kantor Statistik Nasional Inggris menyatakan kalau ada 17 juta jam kerja yang hilang karena stres. Pekerja hadir tapi nggak produktif.

Tinggalkan Balasan