Tokoh  

Ryamizard Ryacudu: “Saya Selalu Bela Teman.”

Intinya, “Teman itu adalah, orang yang bersedia saling mendukung khususnya dalam kebaikan dan saling mengingatkan dalam keburukan.”

MATRANEWS.id– Mendapat Penghargaan Bintang Mahaputra bagi Ryamizard Ryacudu tentu saja membanggakan. “Saya juga bangga kalau teman-teman saya ikut menjaga republik ini, ” ujarnya.

Militer tulen dengan tinggi 171 cm dan berat 72 kg ini merasa nyaman ketika seorang sahabat terus mendoakan, baik untuk kesehatan atau  berkaitan tugas-tugas.

“Ya, kita kan sudah sejak dulu berteman, mungkin sekitar 30tahun lalu. Elo kan, masih bujangan,” ujar Ryamizard yang di hari TNI ke 74 tampak segar, gagah. Ia berkata kepada Pemred majalah Matra, S.S Budi Rahardjo.

Ada periode, Ryamizard digosipkan tak sehat, usai operasi matanya yang katarak.

Mantan Pangkostrad ini berujar sambil tertawa lebar.

Obrolan santai, dikisahkan Ryamizard, membahas isu-isu kebangsaan dan nasionalisme. Gaya bicaranya lugas tidak pakai basa-basi dan berani mengungkapkan sesuatu yang jarang dilakukan oleh pejabat negara lainnya.

Sosok “sangar” ini memang teman diskusi yang mengasyikan. Tak ngobrol soal kerusuhan, tapi cerita bagaimana TNI selalu menjadi garda terdepan membela bangsa, sejak dulu.

RR murni tentara tempur yang harus berjalan dengan kaki pincang karena aksi stabo – tubuh menggantung di tali yang menjulur dari heli – mengakhiri karirnya hanya sebatas KSAD saja di tahun 2005.

Disamping di kesatuan baret hijau, hampir semua jenjang komando teritorial tipe A, Ryamizard Ryacudu pernah menjadi komandannya.

Putri Try Sutrisno, drg Nora Tristyana, dinikahi Ryamizard sekitar awal 1990-an. Waktu itu Try Sutrisno adalah Panglima ABRI.

“Menjalankan tugas negara dan keluarga adalah amanah yang harus dijaga,” pria yang punya hobi berburu, membaca buku, berolahraga dan berenang ini menjelaskan.

“Saya paling enggak suka bohong-bohong, berteman, ya berteman. Hari ini berteman dengan Anda, ya seterusnya berteman,” ujar Ryamizard.

“Kalau bukan sama teman, saya jarang bercerita seperti ini, karena apa yang kita lakukan saat ini, sebenarnya adalah jalan meniti pada realitas akhir hidup kita,” ujar jenderal yang irit bicara ini.

Ia pun menegaskan, “Membangun pertemanan adalah keyakinan dan nilai-nilai kebaikan serta kebenaran. Atas dasar ikatan inilah maka nilai pertemanan akan langgeng abadi.”

“Kesetiaan dan loyalitas yang tulus, serta menjunjung tinggi kehormatan,” tutur pria kelahiran Palembang, 21 April 1950 ini.

Pria yang sesungguhnya lebih suka di rumah ini mengaku, rekan-rekannya suka memanggil dirinya dengan julukan si hadist.

”Karena saya hapal, hadist-hadist,” ujar penggemar lagu-lagu Beatles, Rolling Stone dan Bee Gees ini.

Pria santun ini mengaku, saat ini agak jarang membaca, apalagi berita-berita di era digital.

Ia mengaku, paling senang membaca majalah cetak. Namun, lebih senang lagi, sesungguhnya jika diceritakan banyak hal, daripada disuruh membaca koran atau berita yang simpang siur.

Terhadap situasi tahun politik, pria yang paling alergi berpolitik ini berujar, tidak ada kompromi. Itulah sikap jelas dan tegas seorang Ryamizard apabila ada orang atau kelompok orang yang berpotensi mengganggu NKRI dan Pancasila.

“Sudahlah, jangan macam-macam,” ujarnya menegaskan kepada sosok-sosok yang ingin menjadikan NKRI sebagai negara khilafah.

Menantu mantan Wakil Presiden Jenderal (Purn) Try Sutrisno ini terlihat fresh.

“Lebaran tahun kemarin, katarak saya kambuh, mata enggak enak. Tapi sekarang lebaran tahun ini sudah sehat kembali,” ujar RR alias Ryamizard.

Penyuka film Mr Beans ini malah, mengajak bercanda dengan humor segar.

Raut wajahnya sangar, dengan sorot matanya yang tajam, kelihatan banyak senyum.

Sosoknya yang tenang mengaku sudah sejak SMP. ”Saya mendapat julukan muka perang,” ujarnya mengenang.

“Kalau muka bapak saya, lebih sangar lagi,” papar Ryamizard seraya tertawa lebar.

 

Tinggalkan Balasan