MATRANEWS.id — Tjahjo Kumolo, S.H.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia sejak 23 Oktober 2019. Ia adalah seorang politikus Indonesia yang saat ini menjabat sebagai pada Kabinet Indonesia Maju.
Sosok yang humanis. Walau telah menjadi menteri tak ada yang berubah dalam perilaku pria kelahiran Solo 1 Desember 1957 ini demikian rendah hati.
“Kita ngobrol di rumah saja,” ujarnya kepada S.S Budi Rahardjo dengan ramah.
Putra dari Bambang Soebandono (alm 1986) seorang veteran Pejuang Kemerdekaan TNI dengan pangkat terakhir Letnan Satu. Sedangkan ibunya adalah almarhum Toeti merupakan figur yang mengajari Tjahjo Kumolo
Lambang moncong Putih menjadi simbol pagar huniannya yang asri, seluas 600 meter persegi itu. Kediamannya di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan tak begitu luas.
Yang menarik, beberapa foto Megawati Soekarnoputri mewarnai ruang keluarga ini.
Selain lukisan foto Megawati yang memakai baju tentara, terdapat foto lukisan Taufiq Kiemas sedang memeluk Mega.Lukisan Megawati-Taufiq Kiemas yang sangat besar terpajang di salah satu sudut ruangan.
Dekat ruangan keluarga, terdapat kolam renang.Seperangkat wayang kulit tua serta sekitar 40 replika pesawat yang pernah dinaikinya tertata apik.Selain harimau yang telah diawetkan dengan air keras, tergeletak berbagai patung dan lukisan yang menjadi aksesoris ruang tamu.
Terdapat pula studio musik yang dilengkapi seperangkat alat musik modern.Di lantai atas, tersedia ruangan fitnes tempat Tjahjo berolahraga malam hari.Ada musala keluarga berdinding gambar Ka’bah besar.
Ada ruangan seluas 20 meter persegi yang berpenyejuk udara itulah, dia bisa tidak keluar dari ruangan. Penggemar fotografi yang suka bercerutu ria, bisa berlama-lama berkomunikasi dengan koleksi kerisnya.
Tjahjo senang mengamati, batuan, melihat cincin koleksinya, memandang lukisan, sambil mengamati keris.Ia membersihkan keris, memandang dan mengagumi artistik, ulir serta lup karya empu tantular jaman dulu. “Dan, kadang berdialog,” katanya pelan.
Walau tidak pernah menganggap keris sebagai benda keramat dan mengkultuskan sebagai benda, pria beragama Islam ini percaya bahwa keris bernuansa “gaib”.
Tjahjo juga mengaku punya komunitas dan guru spiritual.
Ia memiliki lebih dari 15 keris peninggalan kerajaan Mataram, juga 47 peninggalan Majapahit dan dua peninggalan Kerajaan Demak.”Sebagai orang yang beriman dan orang Jawa, saya percaya bahwa benda alam dan keris punya nilai seni dan historis juga mempunyai makna batin,” ujar Tjahjo.
Ragam keris peninggalan dari orang tua dan pemberian teman menyatu, dianggap bukan hanya barang yang secara batin mantap dan “berisi”.
Tjahjo mengaku, suka berburu keris di sejumlah tempat. Ada juga saat-saat malam tertentu, misalnya malam satu Suro ia mengalungi kerisnya dengan kembang. “Untuk menjaga agar keris kelihatan indah,” ujarnya.
Meluangkan waktu untuk membersihkannya, bukan untuk klenik atau diberikan sesajen. “Karena ada juga keris yang bukan milik saya, tapi seseorang menitipkannya kepada saya, karena dianggap cocok,” kata Tjahjo Kumolo.
Pria yang memiliki seperangkat gamelan, melengkapi wayang kulit berusaha memahami keris dan wayang kulit.”Kita bicara ini, lebih asyik ya,” ujarnya panjang lebar. Ia sangat bersahabat.
Semasa kuliah, Tjahjo memang banyak temannya. Ia telah aktif dalam semua kegiatan berorganisasi. Dari aktif di organisasi KNPI dan kemudian berkecimpung dalam kancah politik nasional.
Mantan Ketua KNPI di tahun 1990-1993 ini sudah menjadi wakil rakyat pada usia 24 tahun.
Alumni Golkar ini berada di Senayan enam periode sejak jaman Orde Baru.Lulusan Lemhanas ini loncat ke kandang PDI Perjuangan karena nge-fans terhadap pemikiran mantan Presiden Soekarno.
Dari Direktur Litbang DPP PDIP periode 1999-2002, Tjahjo kemudian diminta Megawati memperkuat kepengurusannya dengan menjadi Ketua DPP PDIP Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu sesuada kongres II PDIP pada 2005.
Pada pemilu 2014 PDIP bangkit menjadi juara. Selain itu, PDIP sukses mengantarkan kadernya, yakni Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden pada Pilpres 2014.
Keberhasilan Jokowi menjadi presiden ketujuh Republik Indonesia selain pengaruh besar Megawati juga peranan Tjahjo Kumolo.
Tjahjo yang menjadi Sekjen PDIP periode 2010-2015 dipercaya menjadi Ketua Tim Sukses Jokowi-Jusuf Kalla. Lewat kerja keras Tjahjo menggerakan berbagai elemen masyarakat. Hingga kemudian mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa.
Tanggal 20 Oktober 2014 Jokowi dan Jusuf Kalla dilantik menjadi presiden di Gedung DPR/MPR. Seminggu kemudian Jokowi melantik Kabinet Kerja, Senin 27 Oktober 2014.Salah seorang menteri yang dilantik adalah Tjahjo Kumolo yang dipercaya sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
***
Penampilannya tak berubah. Seperti ketika masih aktif sebagai anggota Dewan Perwilan Rakyat (DPR).
Tjahjo Kumolo tetap bersahaja.Saat menjalankan tugas tak ingin dikawal voridjder. “Saya sudah 30 tahun menjadi orang bebas,” ujar mantan anggota DPR RI sejak 1987 ini.
Terbiasa bebas diskusi kapan saja, kongkow, serta bergaul dengan semua kalangan.
Ia benar-benar tak mau ribet dengan aturan protokoler, termasuk ketika bersenda-gurau dengan keluarga dan sahabat. Jadi, “Saya tidak ingin pakai voorijder, pengawalan juga tidak. Kecuali ada acara penting yang waktunya mepet dan harus cepat,” sambungnya.
Pak Menteri, eh Mas Tjahjo ini mengaku, senang menjadi orang bebas dan tidak ingin mendapat pengawalan yang membuat dirinya terkungkung tak bisa berbuat-apa.
Wong Solo ini paling suka blusukan, sebelum istilah blusukan itu terkenal seperti sekarang, karena Presiden Jokowi.Hidup di politik adalah hari-harinya bersosialisasi dengan ragam masyarakat dan kalangan.
Ketika kemudian, menjadi pejabat sekarang, “Saya tidak perlu ajudan, pengawalan tidak perlu, saya hanya membawa satu sekretaris untuk ikut mendampingi saya,” jelasnya. “Mobil dinas juga akan saya titipkan di sini, sepanjang ada acara dinas baru akan saya pakai,” tambah Tjahjo.
Pria berperawakan tinggi beasr ini acap datang ke kantor barunya dengan menggunakan mobil pribadi warna putih bernomor B 1 TKL dan tidak masuk dalam jadwal protokoler menteri.
Ia ingin menciptakan suasana kekerabatan dengan seluruh pejabat dan staf di Kementerian yang dia pimpin saat ini memiliki rasa nasionalisme kebangsaan yang tinggi.
“Saya risih kalau dipanggil Pak Menteri, panggil saya Pak Tjahjo atau Mas Tjahjo saja, kecuali kalau ada acara resmi,” kata pria yang mengaku terbiasa tidur di atas pukul 24.00.
“Pesan Pak Jokowi kepada saya, jangan sering-sering rapat. Sebab, waktu yang tersisa sangat terbatas. Padahal, tim harus berkoordinasi dengan semua pihak untuk bersama-sama bekerja,” ucapnya.
Ia menegaskan, jajaran Kemendagri termasuk Eselon I, II, dan III dihimbau untuk selalu terjun lapangan. “Nantinya kerja satu minggu tiga hari di Jakarta dan tiga hari di daerah. bupati, wali kota, gubernur juga nanti akan saya sampaikan secara teknis dan secara tertutup. Kemendagri terbuka 24 jam,” penganut politik kerakyatan dan kebangsaan ini menjelaskan.
Sejak SD sampai kuliah di kota Semarang. Tamat SD tahun 1970, melanjut ke SMP Negeri 4 Semarang dan lulus 1973. Kemudian di kota yang sama melanjut ke SMA Negeri 1 Semarang dan lulus 1976. Setelah itu, kuliah di Fakultas Hukum Universitas Dipenogoro, hingga meraih gelar sarjana hukum tahun 1985.
Semasa mahasiswa, Tjahjo sudah aktif berorganisasi. Mantan Ketua Umum DPP KNPI (1990-1993), ini adalah putra dari Bambang Soebandiono (Alm. 1986), seorang Veteran Perjuangan Kemerdekaan TNI NPV: A.57390, Pangkat terakhir Letnan Satu) dan Ibu Toeti Slemoon (Alm. 2004).
Dia dibesarkan bersama saudara perempuannya Rini Mumpuni dalam kebersahajaan.Bagi sebagian orang, menjadi anggota Dewan bisa jadi merupakan sebuah kebanggaan.
“Terjun ke dunia politik, berarti siap-siap mengabdi dan kehilangan sebagian hak pribadi,” ujar pria yang menghabiskan hampir separuh usianya sebagai anggota DPR.
Menariknya, ada periode karena asyik di politik, ia tak berkesempatan melihat kelahiran ketiga orang anaknya. Tugasnya sebagai fungsionaris partai (pernah direktur Litbang PDIP dan Ketua DPP dan Sekjen) dan 7 tahun Ketua Fraksi DPR dan anggota Dewan, benar-benar menyita waktunya.
Baginya, kepentingan bangsa, negara, dan partai harus diletakkan di atas kepentingan keluarga.Beruntung, keluarganya tidak pernah memprotesnya dan menganggap hal itu adalah konsekuensi memiliki ayah atau suami seorang politikus.
Pertama terpilih sebagai Wakil Rakyat pada Pemilu 1987 sampai sekarang (5 Periode – 25 Tahun). Meski cukup lama menjadi anggota Dewan, ia membantah anggapan bahwa kembali mencalonkan diri pada Pemilu 2014, semata-mata hanya karena mengejar harta/uang dan kekuasaan.
Sebab, menurutnya, gaji dan tunjangan sebagai anggota DPR dan sebagai pejabat Tinggi Negara di atas Rp 50 juta per bulan yang menjadi haknya, lebih banyak yang tidak sempat masuk ke kantongnya.
Yang menarik, ternyata penghasilannya hampir seluruhnya digunakan untuk membiayai kegiatan politik serta iuran ke kas partai.Padahal, dirinya tidak memiliki pendapatan lain, selain dari gaji dan tunjangan dari negara.
Lalu, bagaimana Tjahjo membiayai kehidupan keluarganya? Kebetulan, istrinya adalah seorang dokter dan anak anaknya ada yang dokter, pilot dan sarjana hukum. Mereka sudah beranjak dewasa dan mandiri. Dengan demikian, untuk keperluan rumah tangga, lebih banyak diurus oleh istrinya.
“Kalau kita melihatnya selalu ke atas, tentu kurang. Alhamdulillah selama 25 tahun menjadi anggota Dewan, saya masih selamat dari godaan dan halangan.Meski mengaku tidak kaya-kaya amat, tapi saya selalu merasa cukup. Yang jelas, saya memiliki banyak teman/saudara dalam perjuangan,” ucapnya sambil tersenyum.
Ia bahkan mengaku tidak memiliki tabungan, saham, deposito atau perusahaan lainnya.Padahal, begitu banyak godaan selama dirinya menduduki sejumlah jabatan strategis di DPR dan di Partai.
Tak sedikit orang yang mendekati dan menawarinya kerjasama proyek, pertambangan serta iming-iming menggiurkan lainnya.Namun, Tjahjo menyatakan mampu bisa lolos dari ujian tersebut.
Baginya, jabatan adalah amanah, maka sebagai politisi harus tahan godaan.Karier politiknya justru lebih bersinar, kemudian menjalankan program-program kerja di Kemendagri.
***
Sop kambing, adalah salah satu menu yang disukai. Padahal menurut pengakuannya, ia kerap terserang penyakit asam urat. Tentu bagi penderita asam urat, makanan yang terbuat atau ada bahan daging kambingnya harus dihindari. Tapi, ya namanya sudah jatuh cinta.
Ternyata tak hanya sop kambing yang jadi menu favorit Menteri Tjahjo dalam memanjakan selera lidahnya. Ada menu lain yang tak bisa ditolaknya kala lapar memanggil. Menu itu lagi-lagi berbahan daging kambing yaitu nasi kebuli.
“Hidup itu indah, bila kita dapat melihat itu sendiri dari memadukan langkah awal, perasaan, kata hati, pikiran dan keyakinan. Kita melangkah untuk keindahan ke depan,” ujar Tjahjo yang disebut-sebut kerap membuat puisi.
Selain menorehkan puisi-puisi indah, pria kelahiran Surakarta ini ternyata mampu memainkan sejumlah alat musik. Itu ia lakoni sejak masih muda. Hanya saja diakui, kini mulai berkurang karena mengingat kesibukan yang begitu luarbiasa.”Ya sesekali masih mencoba memetik gitar untuk menghibur diri,” ujarnya.
“Jangan lelah berdoa, jangan larut dalam duka. Usap jiwa, bersimpuh di depanNya.Hanya Dia pemilik sukma. Langkah pertama menentukan langkah selanjutnya, ikatkan langkahmu dengan pikir, hati dan perasaan,” papar Tjahjo.