Tokoh  

Ryamizard Ryacudu Ajak Asosiasi Media Digital (AMD) Indonesia Berperan Aktif di Bangsa ini


Pertemuan Menhan RI bersama CEO majalah Eksekutif yang juga Ketua Asosiasi Media Digital Indonesia, S.S Budi Rahardjo

Dalam konteks mengatasi dampak negatif pengaruh politik terhadap bisnis, CEO majalah Eksekutif yang juga Ketua Asosiasi Media Digital berbincang banyak dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu.

Pertemuan itu, lebih sebagai pertemuan “sahabat lama” dalam kaitan membahas apa yang terbaik untuk bangsa, semacam ideologi dan program tentang peranan bisnis hingga etika bisnis.

Kesimpulannya, kondisi perekonomian di tahun politik harus terus tumbuh dan semua pihak, semua pihak mensuport pemerintah serta berperan aktif.

Asosiasi Media Digital Indonesia, yang mewadahi pelaku industri media digital di tanah air, dimana anggotanya para pemilik media digital, pemimpin redaksi dan pemimpin perusahaan dari media mainstream hingga rintisan.

Juga ada para penulis buku dengan basis digital, merupakan coach kreatif berbasis digital, komit untuk “bela negara.”

S.S Budi Rahardjo sebagai Ketua Asosiasi Media Digital dan Forum Pimpinan Media Digital, mewakili media mainstream yang juga terus di lapak tradisional cetak, bertemu Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu.

Majalah eksekutif-Matra dan banyak media mainstream kini masuk dalam konvergensi media, selain di cetak juga aktif di online.

Pada kesempatan ini Menhan mengajak seluruh pelaku dunia maya dan media mainstream, tapi khususnya para pengelola media digital ia punya “resep”. Bagaimana, semua orang yang bermain internet bisa memerangi berita hoax.

Selain anggota Asosiasi Media Digital membuat berita yang berdasarkan fakta dan data akurat. Bagi masyarakat juga perlu diberi literasi dan pencerahan.

“Di era modern, dimana teknologi menjadi sebuah hal yang seolah bisa mengatur kehidupan manusia di muka bumi ini. Kebutuhan akan hal-hal berbau teknologi telah beralih seperti kebutuhan pokok atau utama,” ujar Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu.

“Berita yang tidak jelas asal-usulnya disebarkan, ke sana-ke mari dengan dalih informasi, namun sesungguhnya itu menyesatkan,” kata mantan KASAD 2002-2005 ini kepada S.S Budi Rahardjo, Ketua Umum AMDI.

Ryamizard mengajak seluruh stakeholder mulai Pemimpin Redaksi, pengelola hingga wartawan yang tergabung dalam wadah Asosiasi Media Digital untuk aktif di tahun politik ini, memberi kabar baik dan ia mendukung “gerakan menulis baik” yang dicanangkan oleh organisasi yang tergabung dalam “Bela Negara” ini.

Menurut Jenderal Ryamizard, di masa digital sekarang, suatu berita bisa beredar dengan cepat seperti cahaya kilat, namun sayangnya justru membuat manusia semakin tidak waspada dan mudah terombang-ambing dalam provokasi.

Lebih lanjut pria asal Palembang ini mengatakan, ada pula berita yang hanya sebagai fitnah demi menghancurkan pihak lain yang tidak sependapat dengan si pembuat berita tersebut. “Jelas tujuannya adalah demarketing alias memburukkan citra orang lain,” paparnya.

Lalu, sebagai orang awam, kita yang tengah berada di tengah arus digital dan teknologi, menanggapi banyaknya berita yang beredar dengan kecepatan kilat tersebut, untuk memilah agar terhindar dari fitnah dan kesesatan Ryamizard member kiat.

“Pertama, cari tau sumbernya,” ujar Ryamizard.

Ada atau tidak sumber, valid atau tidak, menjadi suatu penguat tersendiri dari sebuah broadcast berita yang muncul di khalayak luas. Jika si pembuat berita tidak memiliki kapasitas, “Maka untuk apa dipercaya?”

Ryamizard mengatakan, bahkan jika ternyata dari berita atau artikel tersebut ternyata tak mencantumkan siapa pembuatnya, hanya anonym atau hamba Allah, lalu bagaimana berita tersebut bisa dipertanggungjawabkan.

Yang pasti pertama harus kita pastikan adalah adanya sumber yang terpercaya dan valid, sesuai kapasitasnya. Kedua, apakah berita tersebut bermanfaat?.

“Jika sudah jelas darimana asalnya berita tersebut, dan tak diragukan lagi si pembuatnya, tanyakan pada diri kita sendiri apakah berita tersebut bermanfaat atau tidak?” ujarnya.

Tips yang terakhir ini, “Jika berita tersebut bermanfaat namun tak ada sumber jelas, lebih baik kita pikir dua kali untuk membagikannya ke khalayak luas karena jika terjadi hal-hal seperti tuduhan plagiasi atau lainnya, kita yang men-share yang akan dicari kan?” papar Ryamizard Ryacudu.

Dan, “jika sumbernya jelas akan tetapi artikel atau beritanya tak bermanfaat, untuk apa di share atau disebar?”

XXX

Ada pula berita yang hanya sebagai fitnah demi menghancurkan pihak lain yang tidak sependapat dengan si pembuat berita tersebut. Jelas tujuannya adalah demarketing alias memburukkan citra orang lain.

1. Cross Check Judul Berita Provokatif
Tak sedikit berita yang muncul di internet menggunakan judul provokatif. Kalau demikian, coba cross check berita itu dengan menggunakan mesin pencari Google untuk memastikan apakah berita yang kamu baca, ditulis dan diterbitkan oleh situs berita lain.

2. Cek URL Situs Web
Kemudian, cek alamat situs web berita itu, atau URL-nya, jika berita yang kamu baca berasal dari situs yang memiliki alamat URL berbeda, misalnya .com.de.

3. Cek Foto
Terakhir, cek foto di dalam artikel berita. Terkadang pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.

Caranya, download atau screenshot foto di artikel itu. Lalu, buka Google Images di browser dan seret (drag) foto itu ke kolom pencarian Google Images. Periksa hasilnya untuk mengetahui sumber dan caption asli dari foto tersebut.

4. Cari tahu sumbernya
Periksalah situs web di mana berita berasal untuk mengetahui apakah berita disajikan dengan baik, apakah gambar-gambarnya jelas, dan apakah teks ditulis dengan baik serta tanpa kesalahan ejaan atau bahasa berlebih-lebihan.

Kalau Anda tidak yakin, cobalah klik bagian “about us/tentang kami”, dan pastikan ada uraian jelas yang menerangkan kerja organisasi yang bersangkutan dan riwayatnya.

5. Perhatikan penulisnya
Untuk memastikan apakah mereka itu nyata, bisa diandalkan dan “layak dipercaya”, periksalah tulisan-tulisan lain yang mereka buat dan untuk outlet mana saja mereka menulis.

Jika mereka tidak menulis apa pun yang lain, atau jika mereka menulis untuk situs-situs web yang tampak tidak meyakinkan, pikir dua kali untuk mempercayai apa yang mereka katakan.

6. Pastikan artikel memuat referensi dan tautan ke berita, artikel, dan penulis-penulis lain. Klik tautan-tautan yang ada dan pastikan semuanya tampak meyakinkan dan layak dipercaya

7. Lakukan Google Reverse Image Search
Ini alat luar biasa, yang memungkinkan Anda melakukan pencarian di Google dengan gambar, bukan kata-kata.

Caranya sederhana; yang perlu Anda lakukan hanya mengunggah gambar ke situs Google Reverse Image Search dan Anda akan melihat semua web lain dengan gambar-gambar yang sama. Ini memberi tahu Anda situs-situs lain di mana gambar-gambar tersebut digunakan—dan apakah gambar-gambar itu digunakan di luar konteks.

“Jika sudah jelas darimana asalnya berita tersebut, dan tak diragukan lagi si pembuatnya, tanyakan pada diri kita sendiri apakah berita tersebut bermanfaat atau tidak?” ujarnya.

Tinggalkan Balasan