Tubuh Melar Tapi Segar

MATRANEWS.id — Bertemu orang, narasumber seringkali dilakukan. Menulis selalu dengan penuh gairah. Setiap pagi hingga sore, “kasak-kusuk”, lobi kanan-kiri, mewawancarai tokoh-tokoh dari orang hebat sampai yang ingin hebat.

Menulis bisa dimana saja, untuk majalah bulanan. Di tengah “banjir informasi”, menulis features lebih menarik dan ditunggu pembaca. Banyak tokoh generasi Y dan babyboomers, masih ingin membaca media massa yang masih bisa dipegang, edisi cetak.

Menjadi jurnalis di masa reformasi ini, di era konvergensi, harus bisa juga mengemas berita menjadi lebih “atraktif”. Media massa bukan saja, tak ada sensor. Siapa saja bisa bikin koran, tabloid, majalah, tanpa perlu takut diberedel pemerintah.

Saingan media massa, ya media sosial. Konser Iwan Fals membuat kagum, dimana artis ini sudah tua suaranya masih seperti dulu, tetap garing, enak didengar.

Telah berlangsung di Live Space Lot 8, SCBD Sudirman, Jakarta Selatan. Gedung yang laris, dimana bisa seminggu ada tiga kali show konser di situ.

Konser yang digelar Iwan Fals terbilang berbeda, menyuguhkan lagu-lagu miliknya yang tersimpan dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

Pihak MDMedia menyiarkannya konser ini ke berbagai platform musik streaming seperti Max Stream, USeeTV, USeeTVGo, UZone.id, dan Playworld.

Tema konser akbarnya yang bertema “Nyanyian Yang Tersimpan” ini, idenya tercetus dari sang anak yang bernama cikal, yang mengingatkan Iwan bahwa dirinya mempunyai ratusan karya lagu yang belum terekspos.

Konser Iwan Fals, 20 lagu dengan durasi waktu 2 jam.

Dibalik itu, saya bertemu narasumber lama, mungkin sudah 14 tahunan tak berjumpa, karena situasi. Dulu diwawancara, tubuhnya kurus. Sekarang, weleh-weleh, lama tak jumpa tumbuhnya berubah total menjadi “subur”

“Ah, elo juga gemuk,” timpal Dik Doang, spontan.

Namanya juga sahabat lama yang tak berjumpa, kami cekikikan dan terpingkal bersama, berkangen-kangenan sejenak. Untuk kemudian, mencanangkan rencana ke depan dalam sebuah kerjasama. Entah apa.

Bak potongan film yang tersambung kembali, ingatan pun kembali ke peristiwa lalu.

Sebagai sesama bintang Virgo, saya mewawancarai pria yang punya nama lengkap Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denada Kusuma. Ia seorang penyanyi, pembawa acara, juga seniman yang suka menggambar dan mengarang komik sejak kecil.

Kalimat-kalimat yang sedikit nakal yang memang menjadi ciri khas pria yang sangat perduli dengan kehidupan dan lingkungan sosial.

Di tempat tinggalnya, di kawasan Jurangmangu, Bintaro Tangsel, ia mendirikan sekolah bagi anak-anak kurang mampu, yang sulit untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sekolah bertema alam tersebut diberi nama “Kandank Jurank Doank”.

Sekolah ini berawal dari keprihatinan Dik terhadap keterpurukan nasib pendidikan sebagian anak-anak Indonesia.

Dik juga perduli dengan lingkungan sekitarnya. Setiap minggu, Dik mengadakan diskusi dengan warga di lingkungan rumahnya, sebagai perwujudan kepedulian terhadap lingkungan.

Sejak tahun 2004, Dik Doank mendirikan “Yayasan Dik Doank”. Yayasan ini menaungi sekolah yang memperkenalkan pendidikan dan mengembangkan bakat anak-anak. Melalui sekolah ini, Dik juga mencoba memberi bekal bermain sepak bola kepada anak-anak.

Nah, menjelang di penghujung tahun Dik Doang masih berahasia dengan rencananya. Tapi, sepertinya juga saya, kami berusaha diet.

Kami tak bicara menyusun bunyi menjadi sebuah komposisi musik/lagu yang mengesankan, inovatif, indah, dan berkarakter.

Juga belum bicara negeri tercinta yang tengah diramaikan calon legislatif, dimana dunia politik yang para pemulanya sangat fasih menceroskan kibulan-kibulan yang selalu “demi rakyat kecil”.

Berupaya menyusun Resolusi Tahun Baru.

Kata kunci terletak di “ceritanya”.

Mari tengok catatan yang sudah-sudah. Pernah resolusi untuk berhenti makan gorengan. Cita-cita ini luhur, dalam rangka menghindari kolesterol dan darah tinggi. Kemudian, resolusi ketiga adalah berolahraga secara teratur.

Apakah ini bisa dilakukan? Semoga.

#S.S Budi Rahardjo

baca juga: majalah MATRA edisi cetak terbaru — klik ini

majalah eksekutif cetak terbaru — klik ini

Di tempat tinggalnya, di kawasan Jurangmangu, Bintaro Tangsel, ia mendirikan sekolah bagi anak-anak kurang mampu, yang sulit untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sekolah bertema alam tersebut diberi nama “Kandank Jurank Doank”.

Tinggalkan Balasan