X-PU Majalah MATRA Disematkan Anugerah Penghargaan HPN 2018

Bersama PU dan Pemred MATRA sekarang (S.S Budi Rahardjo)

***

Mantan Pemimpin Umum (PU) Majalah MATRA (majalah Trend Pria), yang awal berdiri dikelola dan satu grup majalah Tempo, mendapat penghargaan pada puncak acara Hari Pers Nasional (HPN) 2018 di Sumatera Barat.

Fikri Jufri yang kini berusia 81 tahun, saat itu juga menjadi Pemimpin Redaksi di Majalah Tempo.

FJ, demikian pria ini sering dipanggil saat menjadi Pemimpin Umum di Majalah MATRA, waktu itu berkantor di jalan Warung Buncit Raya, Jakarta Selatan.

Bersama tiga tokoh media nasional mendapatkan anugerah Penghargaan Seumur Hidup Bidang Pers atas jasa baik dan komitmen tanpa henti mengembangkan kehidupan pers nasional.

“Insya Allah, penghargaan itu diberikan di depan Presiden Joko Widodo pada puncak peringatan HPN 2018, 9 Februari nanti di Padang,” kata Margiono.

Rilis tersebut dikirimkan Ketua Tim Kecil HPN 2018/Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat, Marah Sakti Siregar.

Penghargaan akan diserahkan kepada ketiga tokoh media nasional itu adalah Fikri Juri (81), dan Harjoko Trisnadi (87), keduanya pendiri Majalah Berita Tempo dan MATRA, serta pendiri percetakan Gramedia (Kompas Gramedia) dan juga direktur eksekutif Serikat Grafika Pers (SGP) Bernard Soedarmara (80).

Menurut Margiono, penghargaan tersebut diberikan komunitas pers nasional untuk menghormati dan menghargai ketiga tokoh media tersebut yang sampai usia lanjut masih tetap mengabdikan dirinya di bidang media dan pers.

Lahir di Jakarta, 25 Maret 1936 di Jakarta, Fikri Jufri adalah wartawan senior yang ikut mendirikan Majalah Berita Tempo bersama Goenawan Mohamad, beberapa wartawan lain, termasuk Harjoko Trisnadi.

Harjoko, kelahiran Demak 22 Juni 1930.

Sejak muda menggeluti dunia media sebagai wartawan. Ia pernah menjadi redaktur Majalah Star Weekly yang diasuh wartawan kawakan PK Oyong, salah satu pendiri surat kabar Kompas.

Harjoko kemudian memimpin Majalah Djaya, majalah milik Pemda DKI Jaya ketika dipimpin Gubernur Soemarno.

Ketika memimpin DKI Jakarta sebagai Gubernur, Ali Sadikin mengajak arsitek muda lulusan ITB Ir. Ciputera untuk ikut menata ibukota.

Lalu berdirilah Yayasan Djaya Raya. Majalah Djaya yang dipimpin Harjoko, berada di bawah yayasan yang dipimpin Ciputera itu.

Pada 1971, Goenawan, Fikri dengan diantar wartawan Lukman Setiawan bertemu Ciputera. Mereka kemudian sepakat mendirikan majalah berita Tempo. Harjoko ditugaskan mewakili Yayasan Djaya Raya di media baru itu.

Fikri Jufri, Lukman Setiawan dan Goenawan mengelola bidang redaksi. Sedangkan Harjoko diminta mengelola bidang perusahaan.

Lahir di Solo, 3 Januari 1937, Bernard Soedarmara adalah salah salah satu eksekutif puncak percetakan dan grafika Indonesia. Dia juga memulai karier sebagai wqrtawan di Surat kabar Kompas pada tahun 1968. Dua tahun setelah itu ditugaskan Kompas mendalami ihwal percetakan di Belanda dan Swedia.

Setelah setahun belajar, Bernard kembali ke Jakarta. Ia diminta mempersiapkan percetakan. Setelah berkutat selama dua tahun, Percetakan Kompas, namanya Gramedia berdiri dan diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1972. Bernard diangkat menjadi direktur Percetakan Gramedia, di bawah supervisi PK Oyong.

Pendiri koran Kompas itu jugalah yang kemudian menugaskan dia untuk ikut aktif membantu organisasi percetakan pers Serikat Grafika Pers (SGP). Organisasi ini didirikan para tokoh pers. Antara lain HG Rorimpandey, pendiri Koran Sinar Harapan. Mendiang Rorimpandey adalah ketua umum pertama SGP.

Pada 1978, Bernard ditunjuk menjadi sekjen SGP. Sejak itulah dia aktif dan menjadi motor penggerak SGP.

Ayah tiga anak dan kakek 2 cucu itu sampai sekarang masih meneruskan kesukaannya berusaha terus meningkatkan dan mengembangkan aktifitas bisnis percetakan media di Indonesia, kendati peran dunia media cetak sendiri sekarang ini mulai tersisih oleh media baru berbasis internet dan digital.

Kini, sebagai direktur eksektutif SGP, Bernard masih selalu tampak hadir dalam pelbagai rapat dan pertemuan bersama komunitas pers lain.

Hal yang sama juga tampak masih dilakukan Harjoko Trisnadi. Dua hari sebelum berangkat ke Padang untuk menerima penghargaan, ia masih sempat menghadiri rapat bersama para pemegang saham lain di Majalah Tempo.

Sementara Fikri Jufri, wartawan andal yang diaku guru oleh banyak wartawan Tempo karena kekuatan lobi, daya endus berita, kepiawaiannya dalam teknik wawancara dan mendapatkan wawancara ekslusif, baru saja menerbitkan buku biografinya “Saya Al Jufri bukan Al Capone”.

Matra Marketplace

Tinggalkan Balasan