MATRANEWS.id — Penerima Lifetime Achievement Award Ernst & Young, 2019, TP Rachmat.
Orang terkaya ke 14 di Indonesia. Nama panjangnya Theodore Permadi Rachmat alias TP Rachmat atau Teddy Rachmat.
Memulai kariernya sebagai salesmen di Astra. Menjadi CEO Astra, ia mendirikan perusahaan sendiri PT Triputra Group pada 55 tahun.
Kini perusahaannya sudah besar dan dikelola anak-anaknya. Ia pun berpesan kepada anak-anaknya, kerja efisien, efektif, berbagi, dan jangan serakah. Ia dikenal bukan hanya sebagai seorang pengusaha, tetapi juga sebagai investor cerdas.
Teddy Rachmat lahir di Majalengka, 15 Desember 1943. Suami dari Like Rani Imanto. Ia mempunyai anak : Christian Aryono Rachmat, Arif Patrick Rachmat dan Ayu Patricia Rachmat. Merupakan alumnus Jurusan Mesin, Fakultas teknik, Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung.
“Sebuah ayat dalam Kitab Suci yang saya yakini, menyatakan, To whom much is given, much is required.
Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut,” ujar TP Rachmat laiknya seorang motivator.
“Kita adalah manusia yang diberi begitu banyak anugerah oleh Tuhan. Perjalanan hidup saya, sepenuhnya dan seluruhnya adalah berkat Tuhan. Suka dan dukanya, gagal dan berhasilnya, sehat dan sakitnya, kaya dan miskinnya. Sepenuhnya dan seluruhnya adalah berkat Tuhan,” tuturnya panjang lebar.
Yang pertama adalah LEARN FROM MISTAKES AND FAILURES.
Pengalaman hidup membuat saya sampai pada kesimpulan, bahwa justru berbagai kesalahan dan kegagalan dalam hiduplah, yang paling berharga dan menjadi pendorong kita untuk terus berupaya menjadi the better version of us.
Mempelajari kenapa kita salah ambil keputusan atau kenapa kita gagal, membuat kita tidak terbawa pada kesalahan dan kegagalan yang sama. Sebaliknya, merayakan keberhasilan atau kemenangan terlalu lama, hanya akan menumpuk rasa bangga dan puas diri, yang membuat kita terlena.
Yang kedua adalah MINDSET.
Pola pikir mempengaruhi dan melandasi perilaku manusia. Pola pikir membedakan manusia dari ciptaan Tuhan yang lain. Pola pikir adalah pilihan bebas manusia, namun pola pikir yang keliru dapat membelenggu manusia.
Membawa manusia pada sikap dan perilaku negatif. Ada fixed mindset, ada growth mindset. Fixed mindset menempatkan manusia pada posisi pasif, bergantung pada nasib dan keberuntungan.
Growth mindset, membawa manusia pada posisi yang lebih aktif, optimis, dan keyakinan bahwa daya upaya akan lebih menentukan daripada nasib atau keberuntungan semata.
Fixed mindset memenjarakan, growth mindset membebaskan.
Yang ketiga adalah VALUES.
“We have to change with changing time, but we have to hold on to unchanged values.”
Kata-kata bijak dari sahabat saya, almarhum Benny Subianto itu saya yakini benar. Kita harus terus berubah dan beradaptasi sejalan dengan waktu, namun kita juga harus berpegang teguh pada nilai-nilai luhur. Meluncur terus ke depan, tetapi dengan kaki yang kokoh berpijak pada prinsip-prinsip kehidupan.
Integrity and Ethics, Excellence, Compassion, dan Humility.
Keempat nilai luhur itu yang saya coba pegang teguh sepanjang hidup saya.
Diantara keempat nilai inti itu, Humility yang sungguh tidak mudah untuk dipraktekkan. Humility berakar dari kesadaran bahwa selayaknya kita menempatkan kepentingan yang lebih mulia di atas kepentingan pribadi.
Semakin pandai, kaya, dan kuat, semakin besar godaan untuk tidak bersikap humble. Godaan yang apabila tidak kita kendalikan, akan membawa kita pada kondisi stagnan, serakah, dan merasa diri sebagai pusat dunia.
Humility membangun keberanian untuk menerima masukan yang jujur. Humility mendorong terjadinya proses perbaikan diri yang konstan. Humility membuat kita menempatkan kepentingan yang lebih besar di atas kepentingan kita pribadi.
Humility membangun keikhlasan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Humility tidak berpamrih, tidak mencari panggung dan kehormatan diri. Humility membangun diri kita menjadi orang yang toleran terhadap perbedaan dan keberagaman.
Less for self, more for others, enough for everyone.
“Kita adalah manusia yang banyak mendapatkan anugerah dari Tuhan,” masih menurut TP Rachmat.
“Setiap kita punya panggilan dan tanggung jawab moral yang sama untuk berbagi, menolong orang lain,” TP Rachmat dalam nada tulus dan kasih.
baca juga: majalah matra edisi cetak – klik ini