MATRANEWS.id –Di zaman dahulu kala disebuah pegunungan yang terletak di provinsi Shinano di Jepang (sekarang: Perfektur Nagano) ada sebuah monastery yang sangat tua yang dihuni oleh beberapa biksu tua dan murid-muridnya.
Suatu pagi, salah seorang biksu yang masih muda pulang dari mengumpulkan kayu bakar di hutan. Ketika ia berjalan pulang ia berjumpa dengan seorang pemuda yang baru saja menangkap seekor kupu-kupu di genggamannya. Pemuda ini berkata kepada biksu muda tersebut: “Hei biksu, gimana kalau kita bermain tebak-tebakan?”
“Gimana mainnya?”tanya sang biksu.”Gini, kamu coba tebak… apakah kupu-kupu dalam genggamanku ini hidup atau mati? Supaya gamesnya menarik kita akan bertaruh… kalau kamu kalah, sepikul kayu itu akan jadi milik saya. Jika aku kalah, aku akan berikan bajuku ini padamu dan aku akan pulang bertelanjang dada kembali ke desaku” jawab sang pemuda.
Sang biksu pun setuju, lalu menebak, “Menurutku…Kupu-kupu dalam gengamanmu itu pasti mati.”Sang pemuda itu pun tertawa terbahak-bahak, “Kamu salah” sambil Ia membuka gengamannya, kupu-kupu itu pun langsung terbang pergi.
Sang biksu berkata : “Baiklah, kayu ini milikmu.” Lalu sang biksu menaruh pikulan kayunya & pergi dengan bersiul gembira. Si pemuda bingung kenapa sang biksu begitu gembira. Namun ia mendapat sepikul kayu bakar, dengan gembira ia pun membawanya pulang.
Saat tiba di rumah, Ayah si pemuda bertanya soal asal usul sepikul kayu itu. Si pemuda pun menceritakannya. Sang ayah sangat marah setelah mendengar cerita si anak. Ia berkata :”Kamu mengira kamu betul menang? Kamu kalah tapi karena kamu bodoh… kamu tidak mengetahui bagaimana kalahnya.” Si anak bingung 7 keliling. Sang ayah memerintahkan anaknya memikul kayunya dan mereka berdua mengantarkan kayu itu ke monasteri tempat biksu itu tinggal.
Setibanya di Monasteri, Sang Pemuda dan Ayahnya dipertemukan dengan biksu muda yang bertemu dengan Pemuda itu tadi pagi. Dimulai dengan sang Ayah yang buru-buru minta maaf pada sang biksu muda, pemuda itu pun meminta maaf. Biksu muda itu hanya mengangguk, tersenyum tanpa berkata apa-apa.
Dalam perjalanan pulang, si anak bertanya soal kebingungannya tersebut. Sang ayah menarik napas panjang, menerangkan: “Biksu muda itu tahu bahwa kalau dia bilang kupu-kupu itu sudah mati, baru kamu mau melepaskan kupu-kupu itu, sehingga kamu menang.
Dan biksu itu tahu juga kalau dia bilang kupu-kupunya hidup, kamu pasti meremas kupu-kupu tersebut dalam genggamanmu hinga mati, juga kamu yang menang. Kamu mengira biksu itu tidak mengetahui kelicikanmu? Biksu itu mengalah untuk menang. Dia kalah dalam taruhan tapi ia memenangkan hidup si kupu-kupu itu.
Menyelamatkan nyawa 1 mahluk ciptaan Tuhan jelas membuat dia bergembira. Dan tebakannya ternyata benar… Kamu melepaskan kupu-kupu itu dalam keadaan hidup. Jelas saja dia bahagia.”
Ketika kita memahami kehidupan ini kita akan mengerti bahwa sesungguhnya tidak semua kekalahan itu merupakan kekalahan, tidak semua kemenangan itu merupakan kemenangan.
Di jalanan terutama di Jakarta pada saat ini, oleh karena kemacetan, banyak sekali orang menjadi stress. Dengan mudah terpicu emosi, kadang pengendara lain sepertinya egois tidak memikirkan orang lain yang sudah sabar mengantri. Motong dari kiri, mengambil jalan orang lain dengan seenaknya, padahal bisa jadi orang yang dipotong itu sudah mengantri dengan sabar dan tertib dalam waktu yang cukup lama.
Bila teman-teman adalah orang yang menjadi korban tersebut. Tetaplah bersabar. Berikanlah jalan padanya. Tidak perlu otot-ototan yang akhirnya akan menjadi masalah yang lebih besar. Biarkanlah dia merasa menang. Suatu ketika ia pasti akan mendapat masalah. Sedangkan kita yang mengalah? Kita pasti lebih beruntung… Sebab ketika kita mengalah, hidup kita akan lebih damai, orang lain akan menghormati kita dan memberi jalan kepada kita.
Di dunia ini ketika kita berkorban dengan memberikan cinta kasih kita yang murni pada orang yang kita kasihi dan cintai. Maka tidak masalah baginya apa yang dilihat orang sebagai kekalahan itu. Sebab sesungguhnya baginya serta orang yang mengerti hal ini akan tahu bahwa itu merupakan kemenangannya.
“Where there is love there is life.” Mahatma Gandhi
Have a GREAT day! GC