Ekspresi Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan

MATRANEWS.id — Viral di media sosial, tulisan Gunawan Wibisono.

“Senang melihat ekspresi Bu Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan kita, saat menyalami Presiden dengan kedua tangannya dan menjabatnya amat erat sekali. Begitu bahagia, girang bukan kepalang.”

“Seperti ada beban yang lepas.. Bak anak-anak, yang naik kelas ranking pertama, menyalami bapaknya yang mendukungnya habis-habisan. Bahagiaaa sekali!”

“Lengkap. Presiden yang Hebat, memiliki ‘kasir’ negara yang jenius, tegas, sangat berpengaruh dan -jangan lupa- BERSIH!

“Bu Sri melaporkan, bahwa sampai akhir Tahun 2018, penerimaan negara mencapai 100 persen! Sesuai target APBN 1.894,72 triliun.”

“Dengan belanja negara mencapai 2.220 triliun, memang masih ada selisih, hanya -dibawah 2%- itu sudah aman. Sangat bagus.”

“Laiknya ibu rumah tangga, yang melaporkan pada suaminya: tak terjadi besar pasak dari tiang, cukup makan dan kenyang, anak-anak tenang. Ini prestasi (di akhir tahun 2018) yang SANGAT LUAR BIASA, membawa optimisme di awal tahun 2019.”

“Dulu, pernah Bu Sri menghadapi cecaran anggota dewan saat kasus Bank Century meledak.”

“Ia hadir dengan menggenggam TASBIH. Bu Sri butuh kekuatan ekstra karena ada beberapa hal -yang sebetulnya ia tidak berkenan- dan menjawab semua pertanyaan dengan suara bergetar, bahwa yang Ia lakukan semata karena tugas dalam kewenangannya.”

“Kalau ada rumah yang terbakar, dan berpotensi untuk membakar seluruh kampung, ya, harus segera dipadamkan. Perkara di dalam rumah itu ada pencurinya, ya, tangkap saja!”

Di akhir pemeriksaan, ia seperti menyindir, bahwa di dalam pemerintahan ada orang-orang, “yang melakukan perkawinan tidak normal!”

Seperti kecewa, ketika ada tawaran dari Bank Dunia untuk posisi Direktur Pelaksana, dan berkantor di Washington, AS, Ia pun segera menyabetnya. Dan terbanglah dirinya meninggalkan Negeri yang hingar bingar waktu itu.

Bu Sri baru mau kembali ke Tanah Air setelah Pak Joko Widodo menjadi Presiden dan memintanya pulang untuk sama-sama mengabdi.
Bu Sri setuju.

Bisa jadi ia melihat sosok Jokowi, yang sederhana dan bersih, yang anggota keluarganya tak ada yang main mata pada pemerintah, yang membuatnya mau kembali.
Ia melihat sosok Presiden yang total melayani!

Wanita kelahiran Bandar Lampung, 26 Agustus 1962 ini sangat berpengaruh. Masih segar dalam ingatan, betapa Pelaku Pasar di Pasar Bursa seperti diam menanti kabar jadi tidaknya Bu Sri pulang. Keadaan sempat lesu dan langsung bergairah manakala Ia benar-benar muncul di Jakarta!

Percayalah, tak banyak orang memiliki pengaruh seperti ini. Hanya hitungan jari, itu pun sebelah tangan saja.

Bu Sri tegas dan galak, ia menegur pejabat-pejabat daerah yang kerap keluyuran ke Ibukota hanya untuk mengecek dan memonitor kapan dana-dana khusus bagi daerahnya akan cair. Pejabat ini malah tidak bekerja. Meninggalkan pos dan menghamburkan uang negara!

Ia mereformasi struktur di Kementerian Keuangan, Pajak, Bea dan Cukai, menjadi lebih ramping dan transparan. Tak segan ia menyebut Penghianat bagi para pejabat yang selingkuh dan merusak kepercayaan yang diberikan negara.

Dikenal Bersih. Pernah, suatu hari, seorang Gubernur masuk ruangannya membawa kopor-kopor besar penuh uang (Dollar), Bu Sri menahan diri agar tidak emosi, dan berkata lembut seperti layaknya wanita terpelajar.

“Kali ini, saya anggap Bapak salah masuk, lain kali (kalau memaksa datang lagi dan mencoba menyuap) saya akan telepon KPK. Monggo Pak, pintu (keluar) ada di sebelah kanan”, si Gubernur langsung ngacir!

Bu Sri hidup cukup dengan gajinya sebagai menteri, yang berkisar -hanya- 20 an juta per bulan.

Hidup sederhana, seperti Presidennya. Atau seperti Pak Basuki Hadimulyno, Menteri PUPR, yang tetap naik pesawat komersial kelas ekonomi kemana-mana, meskipun kantor kementriannya menggenggam proyek senilai lebih 400 triyun.

Ia hanya mau mengabdi pada negara yang telah membesarkannya, tempat anak-anaknya tumbuh hingga dewasa.

Bu Sri meninggalkan gajinya yang hampir mencapai 1 milyar di Bank Dunia, agar kita-kita bisa hidup tenang, dan bekerja dengan penuh semangat di dalam negara yang sehat secara finansial.

“Pertama-tama, saya ingin mengucapkan SELAMAT terlebih dahulu kepada Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani Indrawati yang mendapatkan sebuah kepercayaan menjadi menteri terbaik, satu-satunya menteri terbaik dunia,” ujar Presiden Jokowi yang langsung disambut tepuk tangan para menteri Kabinet Kerja kala itu.

Dan apa jawab Ibu Menteri ?

Leadership dari Bapak Presiden di dalam komitmen membuat kami fokus jalankan hal-hal yang fundamental. Ini hasil reform kita bersama, kebetulan nama saya yang muncul. Tentu, yang bangga anak buah di Kemenkeu, saya harap memberikan motivasi mereka supaya APBN membaik,” katanya sambil tertawa.

“Beban berat buat saya, tentu dari sisi kriteria dan apa yang dicari, sepenuhnya dilakukan independen, hasil yang disampaikan, mereka dapat dari berbagai sumber,” ujarnya kalem.

“Penghargaan tersebut karena jasa Presiden Joko Widodo yang telah memberikan ruang kepada menterinya cukup besar untuk berkiprah secara maksimal.
Penghargaan tersebut juga merupakan pengakuan atas kerja kolektif pemerintah dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo, khususnya dibidang ekonomi,” imbuh Sri Mulyani.

baca juga: majalah MATRA edisi cetak terbaru — klik ini

Sri Mulyani: “Saya lebih senang membaca daripada mengobrol.”

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap menjadi penulis setelah turun dari jabatannya. Ia bahkan sudah berencana memakai nama samaran. “Semoga setelah saya selesai menjadi menteri, saya punya waktu untuk menjadi penulis,” katanya suatu kali.

Keinginannya menjadi penulis didasari kesukaan Sri Mulyani terhadap bacaan. Dia mengaku sangat suka membaca. Bagi dia, kegiatan tersebut sangat menyenangkan. “Saya lebih senang membaca daripada mengobrol,” ucapnya.

Saking senangnya membaca, dia selalu tidur ditemani buku-buku. Bagi dia, buku layaknya kekasih dan kawan sejati. Dia menuturkan buku tidak menolak setiap kali dibuka untuk dibaca dan tidak pernah sakit hati saat ditutup karena dia ingin tidur. “Dia teman yang sangat loyal,” ujarnya.

Sri Mulyani berharap budaya membaca di Indonesia semakin ditingkatkan. Terlebih setelah kemajuan teknologi, buku bersaing dengan beragam permainan dan tontonan yang mudah diakses.

Sri Mulyani mengingat masa kecilnya saat buku tidak punya banyak pesaing. Setiap kali ke dokter gigi, misalnya, dia selalu disuruh ibunya membawa buku untuk mengisi waktu menunggu. “Ibu saya tidak pernah membiarkan anaknya keleleran enggak jelas,” tuturnya.

Klik ini: Wawancara ekslusif Sri Mulyani

Tinggalkan Balasan