IT  

Memaafkan, Sebuah Kesaksian Yang Menginspirasi di Facebook

foto: ilustrasi

viral lewat Gen Prima Unggul – Haryo Ardito

*MEMAAFKAN*

Saat itu, kami makan di sebuah rumah makan cukup ternama, seorang gadis remaja melayani kami.

Saat ikan pesanan kami akan diletakkannya di atas meja, piring dalam genggamannya “miring” sehingga menumpahkan saus ikan tersebut ke atas tas saya.

Saya merasa sangat marah.

Akan tetapi, sebelum mengatakan sesuatu, putri saya berdiri kemudian menghampiri pelayan tersebut, seraya tersenyum.

Anak saya spontan menepuk pundaknya, kemudian berkata: “Tidak apa-apa…”.

Sungguh, saya terkejut dibuatnya. Apalagi, saat gadis yang merasa bersalah tersebut, ketakutan seraya meminta maaf, “Maaf ibu, akan saya ambilkan lap untuk membersihkannya”.

Tetapi, apa yang dikatakan putri saya?

Dia mengatakan, dengan sangat lembut seperti pelayan itu, adalah sahabatnya…, “Sudahlah, tidak apa-apa, nanti akan saya bersihkan saat pulang”.

Hal inilah, yang membuat emosi saya, berpindah dari kepada pelayan itu, menjadi kepada anak saya sendiri.

Hampir saja, acara makan malam itu menjadi makan malam tidak menyenangkan. Seandainya, putri saya tidak bercerita dan memberi kesaksian.

Dia mengatakan, waktu kuliah di Eropa beberapa tahun lalu, dia sempat bekerja di sebuah restoran untuk mengisi liburan. Kala itu, kami tidak memperkenankannya pulang selama menjalani pendidikan.

Putri saya “bersaksi”, pada hari pertama bekerja dirinya melakukan kesalahan fatal saat ditugaskan mencuci gelas-gelas di dapur. Saat itu, tanpa disengaja dia memecahkan tumpukan gelas mahal.

Mulutnya tergetar, saat bercerita, bahwa saat itu dirinya serasa berada di neraka.

Akan tetapi, bagaimana reaksi bosnya?

Bosnya menghampiri lalu memeluk sambil berkata, “Kamu tidak apa-apa kan?”.

Putriku hanya mengangguk, kemudian bosnya menyuruhnya melakukan pekerjaan lain, yaitu melayani tamu.

Sementara bosnya, meminta pegawai petugas kebersihan, untuk membersihkan pecahan kaca.

Sebuah tamparan yang lebih menyakitkan, dibanding dimarahi kemudian disuruh menyelesaikan kesalahannya.

Akan tetapi, saat itulah terjadi kesalahan lainnya. Karena, masih gemetar akibat peristiwa sebelumnya, saat menuangkan minuman kedalam gelas tamu, minuman tersebut terpercik pada gaun tamu.

“Matilah aku” kata putriku, “pasti bos akan langsung memecatku”.

Akan tetapi, tanpa di-sangka-sangka, tamu tersebut tidak mempermasalahkan dan berkata…, “Tidak apa-apa, nanti bisa saya bersihkan”, sambil berdiri menepuk pundak putriku lalu menuju toilet.

Putriku menatap mataku, sambil menutup ceritanya, “Ma, apabila orang bisa memaafkan saya, saat melakukan kesalahan. Apakah mama, tidak bisa memaafkan orang lain, jika melakukan kesalahan hampir sama…?”

Sungguh, saya terenyuh mendengar cerita pengalamannya.

Sebuah kesalahan telah membuat sikapnya menjadi lebih bijak untuk bisa memaafkan orang lain.

Menyadari kita juga bisa melakukan kesalahan, akan membuat kita lebih bijak untuk bisa memaafkan orang lain.”

**

Cerita ini tidak hanya untuk diri saya saja, maka saya share untuk manfaat kita bersama.
Kasih itu lemah lembut, Kasih itu memaafkan, Kasih itu tidak pendendam!!_ 💞
silahkan share ke orang lain, jika Anda tergerak!

baca juga: majalah MATRA edisi cetak — klik ini


Tinggalkan Balasan