**Semua kenshi (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang.
Hanya seorang kenshi, yang mengerti lebih jauh mengenai sejarah Shorinji Kempo.
Rahasia Beladiri Kempo
Cerita sejarah dan asal usul, menjadi bagian dari awal mengenal olahraga Kempo. Jika di medsos, Kempo sering dihubung-hubungkan dengan Kuil Shaolin.
Yang menarik, ketika kita ingin masuk beladiri ini.
Kita di awal masuk Kempo, kita diajari bukan saja mengenal teknik-teknik bela diri. Tapi, kita harus memahami dan memaknai apa itu: beladiri.
Juga mengasah kepekaan individu secara fisik dan mental. Menguatkan tubuh dan pikiran melalui pendekatan ken zen ichinyo dalam latihan.
Ada tiga unsur gerakan mendasar — gerakan berputar, lurus dan melambung. Semua kenshi (pemain Kempo) dilarang menyerang terlebih dahulu sebelum diserang.
Baca juga : Majalah Eksekutif Yang Kekinian Hal ini menjadi doktrin Shorinji Kempo, bahwa “perangilah dirimu sendiri sebelum memerangi orang lain”.
Kita diajarkan, susunan beladiri ini, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan mengelak/menangkis serangan dahulu, baru kemudian membalas.
Selanjutnya disesuaikan menurut kebutuhan yakni menurut keadaan serangan lawan. Dalam ilmu Kempo itu, lahirlah apa yang berbentuk mengelak saja.
Cukup menekukkan bagian-bagian badan lawan, kemudian mengunci dan apabila terpaksa barulah dilakukan penghancuran titik-titik lemah lawan.
Lambang Shorinji Kempo Manji telah digunakan untuk tanda Shorinji Kempo seperti yang digunakan dalam Buddhisme selama berabad-abad.
Manji memiliki dua arti yang menjadi satu kesatuan yaitu kasih sayang (menghadap-kiri) dan kekuatan (menghadap-kanan) yang melambangkan ajaran Kongo-zen.
Bentuk yang pertama dikenal sebagai JUHO dan yang berikutnya dikenal sebagai GOHO.
Untuk itu bagi setiap kenshi diharuskan menguasai teknik GOHO (keras) dan JUHO (lunak), artinya tidak dibenarkan apabila hanya mementingkan pukulan, tendangan saja dan melupakan bantingan dan lipatan-lipatan.
“Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan. Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman.” Demikian, doktrin Shorinji Kempo.
Dari Beladiri Yang Berkembang, Kempo Paling Lengkap ‘Kira-kira tahun 550 M. Pendeta Budha ke 28 yang bernama Dharma Taishi pindah dari tempat tinggalnya di Baramon (India) ke daratan Tiongkok.
Ia menetap disebuah Kuil yang bernama SIAU LIEM SIE atau dikenal kemudian dengan sebutan SHORINJI yang terletak di Provinsi KWAN NAN.
Selama dalam perjalanan dari pengembaraannya, Dharma Taishi juga menyebarkan ajaran agama Budha.
Dalam tugasnya ini, tidak sedikit tantangan, ancaman dan hinaan yang dialaminya. Bahkan nyaris merenggut jiwanya.
Dari pengalaman-pengalamannya itu timbullah anggapan dalam dirinya, bahwa seseorang calon Bikshu sebaiknya juga melatih diri dengan ketahanan jasmaninya, disamping membersihkan rohaninya untuk mencapai nirwana dengan bersemedi.
Hidup adalah suatu perjuangan!, demikianlah telah menjadi hukum alam.
Untuk dapat bertahan hidup di alam yang fana ini, Tuhan telah mentakdirkan memberikan alat-alat untuk mempertahankan diri kepada makhluk ciptaannya.
Dalam ajaran agama Budha, dikatakan bahwa Hidup itu berasal dari “kosong” atau “tiada”. Namun oleh Dharma Taishi dilengkapinya, bahwa tidak ada gunanya menjadi “kosong” atau “suci”, jika tidak dapat atau tidak bisa membela sesama manusia yang ditimpa kemalangan dan butuh bantuan atau pertolongan kita.
Dharma Taishi yang bergelar Pendeta Budha ke-28 selama di India pernah belajar INDO KEMPO (silat India), dan karena tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pengembaraannya di Tiongkok, kemudian Ia mempelajari pula berbagai aliran silat Tiongkok Kuno.
Selama 9 tahun ia bertapa, tekatnya menyusun suatu ilmu untuk mempertahankan diri dan dimaksudkan sebagai syarat dan mata pelajaran bagi calon pendeta Budha.
Seni beladiri ini dilatih secara khusus kepada para calon Biksu didikannya, dan diajarkan secara rahasia dalam KUIL Shorinji.
Selain anggota tidak boleh melihat atau masuk ke dalam kuil.
PERANG BOXER Shorinji Kempo sendiri mengalami perkembangan pesat di dataran Tiongkok.
Pengikutnya kian bertambah banyak, sebab itu Shorinji Kempo kian berpengaruh dalam masyarakat Tiongkok.
Di awal abad XX tahun 1900 – 1901, di Tiongkok meletuslah perlawanan rakyat menentang masuknya Kolonialisme Barat dan banyak pengikut Shorinji Kempo melibatkan diri dalam perlawanan rakyat.
Pemberontakan di awal abad XX tersebut, akhirnya menjadi suatu pergerakan nasional dan disokong oleh Ratu TZE SJI, yang juga ingin membersihkan tanah airnya dari penjajahan bangsa Barat.
Dengan mengerahkan bantuan yang besar dan juga mempergunakan peralatan perang mutakhir, pihak Kolonialisme Barat akhirnya mampu mematahkan perlawanan rakyat Tiongkok.
Perang tersebut menelan jutaan korban, peristiwa itu terkenal dengan sebutan “PERANG BOXER” dan oleh Kolonialisme Barat, pengikut-pengikut Dharma Taishi dikejar dan dibunuh, organisasinya dilarang, kuil-kuil Shorinji dirusak dan dibakar.
Meskipun masih banyak pengikut Shorinji Kempo dan juga Bikshu-bikshu yang sempat meloloskan diri dari kejaran pasukan penjajah.
Kebanyakan dari mereka yang meloloskan diri tersebut, masih berusia muda dan belum menguasai seni beladiri yang diwariskan oleh Dharma Taishi tersebut.
Yang menarik di sini.
Mereka melarikan diri ke arah Timur dan Selatan dan mengajarkan aliran Shorinji, yang mereka kuasai kepada pedagang-pedagang dari Okinawa, Taiwan dan juga Muangthai.
Karena tidak terorganisasinya kesatuan, maka penyebaran Shorinji mulai membentuk seni beladiri baru.
Mereka yang melarikan diri ke Muangthai dengan hanya menguasai teknik GOHO (memukul, menendang, dan menangkis), yang mempengaruhi perkembangan seni beladiri yang ada di daerah tersebut, maka munculah apa yang disebut “THAI BOXING”.
Dalam gerakan seni beladiri ini, mirip sekali dengan sebagian gerakan-gerakan yang ada di Kempo (teknik GOHO-nya).
Ajaran Shorinji terutama teknik GOHO juga mempengaruhi seni beladiri yang ada di Okinawa, (pulau ujung sebelah Selatan Jepang) dan timbulah seni beladiri yang dinamakan OKINAWATE (kemudian dikenal sebagai KARATE).
Yang jago tendangan, Taekwondo. Mereka yang melarikan diri di kepulauan Jepang lainnya dan menguasai teknik JUHO (lunak) juga mempengaruhi seni beladiri yang ada daerah-daerah tersebut.
Dari JUHO, munculah seni beladiri JU-JIT-SHU (JU berarti lembut, lenting dan fleksibel). Juga lahirlah teknik JUHO seni beladiri AIKIDO dan JUDO.
Ini yang jarang diketahui.
Karena, Kempo baru mulai bangkit kembali setelah Perang Dunia II, setelah menghilang beberapa waktu lamanya, namun aliran-aliran seni beladiri lainnya tersebut tetap bersumber dari Shorinji Kempo sebagai seni beladiri yang tertua.
Perkembangan Shorinji Kempo di Indonesia
Konsekuensi yang harus dilaksanakan oleh pemerintah Jepang setelah kekalahannya pada perang Dunia II kepada Indonesia adalah Pampasan Jepang.
Salah satu cara atau bentuk pembayaran pampasan itu, adalah sejak akhir 1959 Pemerintah Jepang menerima mahasiswa Indonesia dan juga pemudanya belajar dan training di Negeri tersebut.
Maka, sejak itu secara bergelombang dari tahun ke tahun sampai Tahun 1965, Ratusan Mahasiswa dan pemuda Indonesia mendapat kesempatan untuk belajar di Jepang.
Dari jumlah tersebut, tidak sedikit pula dari mereka yang memanfaatkan waktu-waktu senggang dan liburnya untuk belajar dan memperdalam seni Bela Diri yang ada di Jepang.
Dari mereka ini pula, akhirnya sekembalinya ke tanah air tidak saja menggondong ijazah menurut bidang study mereka, juga memperoleh tambahan berupa penguasaan atas seni bela diri yang ada di Jepang, seperti : Karate, Judo, Ju Jit Su dan juga Kempo.
Pada tahun 1962, dalam suatu acara kesenian yang dipertunjukkan Mahasiswa Indonesia menyambut kunjungan Tamu-tamu penting dari tanah airnya, seorang Pemuda Indonesia bernama: Utin Syahraz, mendemonstrasikan kebolehannya bermain Kempo.
Utin Syahraz tiba di Tokyo sekitar tahun 1960 sebagai Trainee pampasan.
Sebelumnya, ia adalah pegawai pada Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta. Apa yang di demonstrasikannya itu, akhirnya menarik minat pemuda dan mahasiswa Indonesia lainnya, mereka antara lain Indra Kartasasmita dan Ginanjar Kartasasmita serta beberapa lainnya yang datang kemudian ke Jepang.
Dalam waktu-waktu luang dan libur, mereka memanfaatkan waktunya untuk datang langsung ke pusat Shorinji Kempo di Kota Tadotsu untuk menimba langsung seni beladiri tersebut dari Sihangnya.
Pemuda-pemuda tersebut sadar, tidak ada lagi kebanggaan mereka, selain memberikan apa yang terbaik mereka terima di Jepang kepada Pemuda-pemuda bangsanya sendiri sekembalinya ke Tanah Air.
Hal tersebut tidak lain, untuk kejayaan bangsa dan Negara mereka, agar tidak ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain, tidak saja dalam ilmu pengetahuan, juga dalam olah raga.
Untuk meneruskan warisan seni bela diri Shorinji Kempo, seperti apa yang mereka peroleh di Jepang kepada rekan-rekan senegaranya, ketiga pemuda, yakni Utin Syahraz (kini almarhum), Indra Kartasasmita dan Ginandjar Kartasasmita, bertekat melahirkan dan membentuk suatu wadah yang bernama PERKEMI (Persaudaraan Beladiri KEMPO Indonesia).
Wadah ini secara resmi dibentuk pada tanggal 2 Februari 1966.
Dari hanya beberapa murid dan hanya berlatih di teras rumah waktu itu, kini PERKEMI telah melahirkan ribuan Kenshi-kenshi yang tersebar di seluruh Tanah Air.
Selain merupakan salah satu anggota Top Organisasi yang bernaung dalam wadah KONI (Komite Olah Raga Nasional Indonesia), Perkemi juga menjadi anggota penuh dari federasi se-Dunia atau WSKO (World Shorinji Kempo Organization) yang berpusat di kuil Shorinji Kempo, di kota Tadotsu, Jepang.
FALSAFAH BELADIRI SHORINJI KEMPO
- Ken Zen Ichi nio (ken = berkelahi, Zen = bersemedi, Ichi = satu, Nio = badan) – Dalam Shorinjikempo, berkelahi dan bersemedi dilakukan dalam satu badan.
- Shu Syu Ko Ju (Shu = diutamakan, Syu = bertahan, Ko = menyerang, ju = disesuaikan) – Dalam ilmu Shorinji Kempo lebih diutamakan bertahan dari pada menyerang, dan serangan disesuaikan dengan keadaan lawan.
- Go ju ittai ( Go = kasar, Ju = lemah, Ittai = bersama-sama) – Dalam berlatih Kempo, harus menguasai Goho dan Juho secara bersama-sama.
- Fusatsu Fugai (fu = tidak/tanpa, satsu = membunuh, gai = menyakiti/merugikan) – Dalam Shorinji Kempo, diusahakan mengalahkan lawan tanpa menyakiti – membunuh.
- Komite Shutai (Kumite = berpasangan, Shutai = diutamakan) – Dalam Shorinji Kempo, harus berlatih secara berpasangan.
- Riki Ai Funi – Dalam Shorinji Kempo terdapat penyatuan kekuatan dan rasa kasih sayang.
ATEMI NO GO YOSHO ATEMI NO GO YOSHO ( Lima syarat / unsur serangan )
Betapapun kerasnya pukulan atau tendangan atau Atemi Lainnya ia tidak akan efektif tanpa memenuhi seluruh lima unsur / syarat serangan . Adapun lima unsure tersebut yakni :
- KYU SHO ( Titik Kelemahan )
- MA AI ( Jarak Sasaran )
- KAKU DO ( Sudut Sasaran )
- SHYOKU DO ( Kecepatan Serangan )
- KYO JITSU ( Kebulatan Hati )
KYU SHO (Titik Kelemahan)
Seperti sudah pernah diajarkan, dalam tubuh manusia ini terdapat banyak sekali Titik Kelemahan. Penting sekali bagi kita untuk menghafal dan dengan sekejap dapat menemukan letaknya titik kelemahan tersebut, terlebih-lebih terhadap badan yang sadang bergerak. Secara umum titik kelemahan yang di kenal untuk permainan Kempo ada 138 tempat. Adalah menjadi syarat utama untuk dengan sempurna memasukan serangan kita ke “ spot “ itu.
MA AI (Jarak Sasaran)
Penting untuk diingat dan dirasa penentuan jarak jangkau antara lawan dan kita. Jarak di sini bukannya agar dapat terkena tetapi sasaran harus kena pada saat pukulan / tendangan kita mencapai titik optimumnya, dengan keadaan kuda – kuda yang terkuat.
Untuk itu setelah “ terasa “ jarak cukup maka harus diperhitungkan gerak pundak, pinggul, dan sebagainya agar jarak tersebut tidak “ lepas “ lagi. KAKU DO (Sudut Sasaran)
Untuk lebih mengefektifkan serangan, maka tidak semua titik kelemahan dapat dimatikan dengan serangan yang sama.
Serangan ke SUI-GETSU misalnya hanya efektif pada 10 derajat – 15 derajat . Demikian juga titik kelemahan lain, lain pula sudut serangannya. SHYOKU DO (Kecepatan Serangan)
Dalam melaksanakan serangan, makin cepat serangan itu mendarat, makin baik. Ini bukan berarti bahwa serangan itu harus dilakukan terburu – buru, melainkan kecepatan “ di jalan “ sampai sasaran.
Betapa kerasnya buku – buku atau otot – otot kita akan terkalahkan oleh speed serangan yang mengenai titik kelemahan. Sarung tinju yang berisi yang berisi spoons yang kenyal dan lembek itu pun jika dilancarkan dengan kecepatan tinggi dapat menghasilkan “ Knock out “ , juga lipatan kertas koran jika disabetkan dengan kecepatan tinggi dapat memutuskan sumpit, begitulah contohnya.
Memukul benda – benda keras, bukan hanya melukai kulit luar saja, tetapi sesuai dengan jaringan – jaringan syaraf yang juga rusak, maka akan membawa akibat kelainan – kelainan internal tubuh lawan.
KYO JITSU (Kebulatan tekad)
Kebulatan hati di sini mencakup kebulatan mental dan phsik, artinya kita siap lahir batin untuk melancarkan serangan. Sebenarnya melakukan ATEMI itubukan hanya tenaga lawan, tetapi juga kekuatan mental lawan. KYU JITSU phisik kelihatan dalam sikap Gamae kita .
KYU JITSU mental, misalnya kalau kita “lengah“ atau “kendor“ semangat kita, maka saat beberapa detik itu dapat mengakibatkan kecelakaan fatal bagi kita atau “kendor“-nya kesiapan kita itu membuat pukulan/tendangan kita menjadi “tidak berisi“ atau terbaca lawan, sehingga sia- sialah tenaga yang kita keluarkan.
Demikianlah jika serangan kita ingin efektif berisi dan mantap maka tidak satu syarat pun boleh tertinggal.
Tiada cara lain untuk menyempurnakan refleks, kecepatan, pengenalan titik kelemahan, dan sebagainya, selain berlatih dengan keras dan penuh variasi gerakan di DOJO dengan diperlengkapi alat – alat ( Do ) untuk mempraktekan dengan sesungguhnya bagaimana rasanya serangan
JANJI
Kami berjanji : Akan selalu bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghormati atasan, tidak meremehkan bawahan, saling mengasihi, saling menolong.
Kami berjanji : Akan tunduk pada pimpinan, mengikuti latihan tanpa keraguan, sebagai insan yang murni.
Kami berjanji : Akan mengamalkan ajaran Kempo, bagi masyarakat banyak, dan tidak hanya untuk kepentingan pribadi.
IKRAR
Kami Putra Indonesia : Pecinta Tanah Air, bertekad mempertinggi martabat bangsa. Kami Putra Indonesia : Pembela kebenaran dan keadilan, berprikemanusiaan, bersopan santun, senantiasa mengutamakan, kepentingan bangsa dan negara, diatas kepentingan pribadi.
MARS PERKEMI
Persaudaraan beladiri Kempo Indonesia Berjiwa satria membela negara demi keadilan Majulah PERKEMI majulah Menyongsong masa depan Jayalah PERKEMI jayalah Demi nusa dan bangsa Kasih sayang tanpa kekuatan adalah kelemahan Kekuatan tanpa kasih sayang adalah kezaliman Persaudaraan beladiri Kempo Indonesia Majulah PERKEMI jayalah Untuk Indonesia
BUSHIDO
Dari huruf kanji (China/Jepang-nya tertulis (Tombak). Ini kiasannya ialah “menolak serangan“ ; bagaimana menolak serangan secara sempurna?
Kita harus bayangkan bahwa “serangan“ itu bukan sekedar pukulan atau tendangan lawan. “Serangan“ dalam arti kata luas meliputi juga “cobaan”; ”kesulitan”; tekanan mental/phisik, rasa dendam, iri, emosi, dan sebagainya, itu semua mesti dikuasai.
Dikuasai mulai dari menguasai diri (taklukan dirimu) dan menguasai lawan/serangan. Di dalam proses pendidikan bela diri, harus dilihat bahwa “serangan“ itu mungkin saja datang setiap saat dan sepanjang masa hidup.
Oleh karena itulah, “persiapan diri“ kita juga harus komplit, bukan sekedar latihan teknik – teknik bela diri saja, juga latihan ketahanan mental, ketahanan phisik sepanjang masa.
Dengan latihan tersebut kita akan terbiasa menjadi orang yang sportif, bijaksana, berpikiran luas, tidak cepat tersinggung, pandai menghargai orang lain dan juga secara badaniah sehat dan kuat.
Kalau BU artinya ajaran kesatriaan, maka BUSHI ( SHI atau kesatria ) artinya kesatria yang mengikuti pendidikan Kesatriaan.
BUSHIDO (DO=jalan/alur/cara) artinya “dengan jalan kesatria“. Sering kita pakai istilah “bermental BUSHIDO“ yang secara tepat kita samakan artinya dengan SPORTIF atau TAHAN UJI.
Memang begitulah. Bagaimana dengan praktek latihan rutin Shorinji Kempo?
Lihatlah umpamanya peraturan–peraturan dan ketentuan serta cara–cara latihan Kempo, mulai dari pakaian, sikap,baris, chi-kon, gerakan–gerakan, dan sebagainya, semua harus benar, rapi dan 100% dikerjakan.
Mengapa Anda, kena maki sempai?
Lantaran tentunya gerak dan sikap belum sempurna dan juga untuk terbiasa menerima “tekanan Bathin“ berupa makian atau bentakan–bentakan dan “tekanan badan“ berupa teknik–teknik yang sakit dan ilmu.
baca juga: majalah MATRA edisi cetak