Rilis  

Tak Disangka! Apa yang Dilakukan Monika di Hutan Aru Ini Bisa Mengubah Masa Depan Alam Indonesia

Tak Disangka! Apa yang Dilakukan Monika di Hutan Aru Ini Bisa Mengubah Masa Depan Alam Indonesia
Foto : Monika

MATRANEWS.ID – Monika Maritjie Kailey adalah sosok yang luar biasa. Di tengah pesona alam Kepulauan Aru, Maluku, yang begitu kaya dengan biodiversitas, dia berdiri tegak melindungi tanah kelahirannya.

Aru, dengan hutan mangrove yang luas dan kehidupan masyarakat adat yang hidup harmonis bersama alam, kini terancam oleh tangan-tangan serakah.

Namun, Monika tidak tinggal diam. Suaranya, meski mungil, menggema di depan garis perjuangan, memastikan kekayaan Aru tetap terjaga.

Saat ini, Monika berada jauh di Cali, Kolombia, mengikuti pertemuan internasional Conference of the Parties to the Convention on Biological Diversity (COP 16 CBD).

Ia membawa pesan penting dari masyarakat adat Aru yang selama berabad-abad telah menjaga alam, laut, dan hutan yang memberi mereka kehidupan.

Di balik sosoknya yang terlihat tenang, ada kekuatan luar biasa, lahir dari kehidupan yang ia jalani sejak kecil.

Tumbuh Beda dari Anak Perempuan Lain

Ketika anak-anak perempuan di kampungnya belajar memasak bersama ibu di dapur, Monika justru bersama ayahnya masuk ke dalam hutan dan berlayar di laut.

Pengalaman yang ia kenang sejak usia tujuh tahun, ketika diajak ayahnya tidur di gua-gua yang menjadi tempat sarang burung walet, telah membentuk jiwanya.

“Dalam perjalanan dari gua ke gua, ayah mengajari kami melacak jejak rusa, babi hutan, dan berbagai hewan lainnya,” kenang Monika.

Baca juga :  RPJPN 2025-2045: Peran Publik Penting dalam Menjamin Kelestarian Alam

Keberanian Monika bukan hanya soal bertahan hidup di alam liar, tapi juga mempelajari kearifan lokal yang tidak banyak didapat oleh anak-anak perempuan lain.

Semua pengalaman itu mengajarinya tanggung jawab, membuatnya paham bahwa dirinya, sebagai anak perempuan tertua dari enam bersaudara, harus menjadi panutan bagi adik-adiknya.

Hidup dalam Harmoni dengan Alam

Monika selalu percaya bahwa manusia dan alam saling terhubung. Masyarakat di Aru hidup dari laut dan hutan.

“Di hutan, kami menanam singkong, ubi, dan keladi, sementara di laut kami menangkap ikan, lobster, dan kepiting bakau. Itu adalah kehidupan sehari-hari kami,” ujarnya.

Namun, mereka juga mengerti bahwa alam harus dijaga. Sebelum menebang pohon, mereka diwajibkan menanam bibit pohon baru terlebih dahulu.

Kehidupan masyarakat Aru sangat bergantung pada laut dan hutan, namun selalu ada kesadaran untuk menjaga keseimbangan.

Tradisi adat menjadi penuntun bagi mereka. “Tanah ini adalah perut ibu kami,” ungkap Monika, mengutip filosofi adat yang sangat kuat di Kepulauan Aru.

Perempuan Adat yang Teguh Mempertahankan Tradisi

Monika tumbuh dalam keluarga yang menjunjung tinggi adat istiadat.

Baginya, adat adalah landasan utama kehidupan, bahkan lebih dulu ada sebelum agama atau negara terbentuk.

Inilah yang membuatnya berkomitmen memperjuangkan hak-hak masyarakat adat.

Pertanyaan yang terus ia tanyakan pada dirinya sendiri, “Apa yang bisa membuktikan bahwa saya adalah perempuan adat?” adalah pengingat bahwa perjuangannya adalah untuk memastikan tradisi dan budaya tidak lenyap hanya menjadi cerita belaka.

Baca juga :  Majalah MATRA mengembangkan MARKETPLACE: "PRIA SEJATI"

Ayahnya adalah inspirasi terbesar. Monika bercerita, ayahnya, meski berpendidikan rendah, selalu punya pemikiran jauh ke depan tentang pentingnya alam bagi kehidupan manusia.

“Alam adalah pemberi utama,” tegas Monika, mengingatkan nasihat ayahnya.

Perjuangan Tak Pernah Sia-sia

Meski sering diremehkan oleh orang-orang yang menganggap aktivisme lingkungan itu sia-sia, Monika tetap teguh pada jalannya.

Dukungan penuh dari orang tua, terutama ayahnya, membuatnya tak gentar. “Ayah selalu berkata, jika kau berjuang untuk Aru dan kebenaran, kau tidak akan mati sia-sia di tanah ini.

“Kalimat sederhana itu terus membakar semangat Monika untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat adat.

Kini, dengan pendidikan yang ia dapat dari beasiswa di Norwegia, Monika berharap bisa berkontribusi lebih banyak, terutama dalam dunia pendidikan di Aru.

Pendidikan, baginya, adalah jalan keluar dari kegelapan. Dan di pundaknya, harapan untuk membawa perubahan positif bagi Aru kini bersemayam.

Tinggalkan Balasan