MATRANEWS.id โ Tarif Trump Memicu Perang Dagang Global, Cina dan Uni Eropa Janji Balas
Ketika Presiden Donald Trump memutuskan untuk mengenakan tarif 10% pada hampir semua barang impor yang masuk ke Amerika Serikat, langkah tersebut menghembuskan angin ketegangan dalam perekonomian dunia.
Dalam sebuah pernyataan yang mencuat dari Gedung Putih, di Taman Mawar, Trump mengguncang pasar internasional, memicu ketidakpastian yang mempengaruhi ribuan bisnis dan negara-negara di seluruh dunia.
Langkah ini tidak hanya mengarah pada ketegangan politik, namun juga menandai dimulainya perang dagang yang berpotensi memperburuk inflasi dan melambatkan pertumbuhan ekonomi global.
Sanksi yang Menggetarkan Dunia
Ketika pengumuman tersebut menggema di seluruh dunia, pasar keuangan bergetar. Indeks saham Nikkei Jepang jatuh ke titik terendah dalam delapan bulan, sementara bursa saham Eropa dan AS juga merosot tajam.
Para investor, yang terperangkap dalam ketidakpastian ini, beralih ke aset yang dianggap lebih aman, seperti obligasi dan emas.
Namun, respons yang lebih dramatis datang dari Cina, ekonomi terbesar kedua di dunia. Setelah mengetahui bahwa mereka akan dikenakan tarif tambahan 34%, di luar tarif 20% yang sudah diterapkan Trump sebelumnya, Beijing segera mengeluarkan ancaman balasan.
Langkah ini seakan menepis peringatan dari pejabat tinggi AS yang mengungkapkan kekhawatiran terkait eskalasi yang lebih jauh.
Bukan hanya Cina yang merasa terancam, sekutu-sekutu utama seperti Jepang dan Uni Eropa juga akan terkena dampak.
Tarif baru ini akan menghantam Jepang dengan beban tarif 24%, sementara Uni Eropa akan menghadapi 20%.
Tarif dasar 10% mulai berlaku pada 5 April, sementara tarif lebih tinggi mulai diterapkan pada 9 April.
Sebuah babak baru dalam sejarah perdagangan internasional pun dimulai, yang membuka potensi besar untuk ketegangan lebih lanjut.
Janji Balasan dari Uni Eropa
Ursula von der Leyen, kepala Uni Eropa, dengan tegas menyebut keputusan Trump ini sebagai pukulan besar bagi perekonomian dunia.
Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa blok yang terdiri dari 27 negara ini akan siap merespons jika dialog dengan Washington menemui jalan buntu.
โKonsekuensinya akan sangat serius bagi jutaan orang di seluruh dunia,โ ujar von der Leyen, menyuarakan kecemasan yang meluas atas kebijakan tersebut.
Bagi Trump, tarif ini merupakan balasan terhadap kebijakan perdagangan negara-negara lain yang menurutnya selama ini merugikan Amerika Serikat.
Dengan nada yang tegas, Trump menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan di sektor manufaktur domestik.
โSelama bertahun-tahun, negara kita telah dijarah, dirampok, dan dieksploitasi oleh negara-negara, baik sahabat maupun musuh,โ kata Trump, dengan penuh keyakinan akan niatnya.
Risiko Ekonomi yang Mengintai
Sejarah bergerak, para ekonom internasional memperingatkan bahwa kebijakan ini bisa memperburuk ketegangan global, memicu resesi, dan meningkatkan biaya hidup.
Tarif baru ini berpotensi menambah beban keluarga Amerika, yang harus menghadapi kenaikan harga barang-barang impor.
Cina dan Meksiko, dua mitra dagang terbesar AS, sudah terkena tarif 25% pada banyak produk, sehingga mereka tidak akan terkena dampak langsung dari keputusan Rabu tersebut.
Bahkan di dalam negeri, anggota Partai Republik pun mulai merasa khawatir akan kebijakan Trump yang agresif. Dalam beberapa jam setelah pengumuman tarif, Senat AS berhasil memveto keputusan tersebut dengan suara 51-48, menyetujui undang-undang yang bertujuan untuk mengakhiri tarif terhadap Kanada.
Meski demikian, diperkirakan upaya tersebut tidak akan berhasil di Dewan Perwakilan Rakyat yang dikuasai Partai Republik.
Impak Jangka Panjang terhadap Ekonomi AS
Stephen Miran, ekonom utama Trump, berpendapat bahwa meski tarif ini akan membawa gangguan dalam jangka pendek, kebijakan ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian AS.
โAkan ada gangguan jangka pendek sebagai akibat dari hal ini? Tentu saja,โ ujarnya kepada Fox Business, sambil menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan langkah yang diperlukan untuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara lain.
Tak hanya itu, kebijakan baru ini juga berupaya menutup celah perdagangan yang selama ini dimanfaatkan untuk mengirimkan barang-barang berharga rendah, seperti obat-obatan dan semikonduktor, tanpa dikenakan bea cukai.
Pemberlakuan tarif terhadap barang-barang dari Cina dan Hong Kong, yang akan dimulai pada 2 Mei, bertujuan untuk menekan aliran bahan kimia berbahaya, seperti fentanyl, yang sering diselundupkan melalui celah ini.
Kekhawatiran yang Menyebar di Pasar Global
Namun, dampak dari kebijakan ini sudah terasa. Aktivitas manufaktur global melambat, dan konsumen berlomba untuk membeli produk impor sebelum harga semakin melambung.
Selain itu, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan ini telah menyebabkan peningkatan penjualan kendaraan dan barang impor lainnya.
Di Amerika Serikat, reaksi politik pun tak terelakkan. Perwakilan AS Gregory Meeks, seorang anggota Demokrat di Komite Urusan Luar Negeri DPR, menyatakan akan memperkenalkan undang-undang untuk mengakhiri tarif tersebut.
Meski demikian, para analis memprediksi bahwa undang-undang ini kemungkinan besar akan menemui jalan buntu di Kongres yang dikuasai oleh Partai Republik.
Titik Balik dalam Sejarah Perdagangan Global
Dengan kebijakan ini, dunia kini berdiri di persimpangan yang lebih berbahaya dalam sejarah perdagangan internasional.
Perang dagang yang dipicu oleh tarif Trump mungkin tidak hanya memperburuk ketegangan ekonomi global, tetapi juga mengubah cara dunia berinteraksi dalam tatanan perdagangan yang telah terbentuk selama beberapa dekade.
Menghadapi ancaman balasan dari berbagai pihak, termasuk Cina dan Uni Eropa, masa depan ekonomi global kini berada di ujung tanduk, siap untuk menghadapi tantangan berat yang dapat menentukan arah perkembangan perekonomian dunia.
Klik juga: Tarif Trump Memicu Perang Dagang Global, Cina dan Uni Eropa Janji Balas โ Harian Kami