MATRANEWS.id — Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih menyebutkan, banyaknya tenaga medis yang gugur karena tertular virus.
“Tenaga medis tak pernah menyerah dalam memerangi Covid-19. Tapi mohon, mohon sekali kepada lapisan masyarakat untuk minta pengertiannya, membantu kami untuk tidak memperberat situasi,” kata Daeng.
Semangat itu harus diimbangi dengan disiplin masyarakat. Ia pun meminta publik untuk membantu tenaga medis dengan cara tidak memperparah situasi pandemi ini.
Jangan melakukan kegiatan kerumunan, penularan semakin banyak. Pasien RS banyak lagi, petugas kesehatan banyak yang tertular dan lebih banyak yang gugur,” kata Daeng sambil mengingatkan semua lapisan masyarakat harus punya kesadaran untuk mencegah terjadinya penularan virus.
Protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak harus terus diterapkan. Selain itu, masyarakat harus mampu menghindari kegiatan yang menimbulkan kerumunan dan berpotensi menyebarkan virus.
IDI memastikan 342 petugas medis meninggal karena COVID-19. Hingga 5 Desember 2020, ada sekitar 192 dokter, 14 dokter gigi, dan 136 perawat meninggal akibat infeksi COVID-19 saat menjalankan tugasnya.
Pejabat tim mitigasi IDI Divisi Advokasi dan Hubungan Luar, Dr Eka Mulyana dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu mengklarifkasi di antara 192 dokter yang meninggal karena penyakit tersebut.
Jumlah 101 adalah dokter umum yang terdiri dari empat profesor, 89 spesialis (tujuh profesor), dan dua dokter residen yang terdaftar di 24 cabang IDI provinsi dan 85 cabang IDI kabupaten.
Mulyana menegaskan, ancaman virus corona itu nyata dan telah merenggut ribuan nyawa, menambahkan bahwa itu bukan bentuk konspirasi global.
“Mohon tidak mengorbankan keselamatan orang lain dengan keyakinan seperti itu. Tingginya jumlah pasien COVID-19 dan kematian tenaga medis menjadi pembuka mata untuk tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan,” tandasnya.
Mengabaikan protokol kesehatan tidak hanya akan mengancam keselamatan individu tetapi juga keluarga dan orang lain di sekitar.
“Tim mitigasi IDI juga sudah mengingatkan rekan-rekan medis kita agar tetap waspada dan melaksanakan prosedur operasional selama menjalankan tugasnya,” tandasnya.
Sementara itu, anggota Tim Protokol dan Pedoman IDI Dr Weny Rinawati SpPK MARS mencatat, petugas kesehatan sebaiknya tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang berkualitas rendah.
“Saat ini kami memiliki APD dengan standar tertinggi untuk tenaga kesehatan. Kami berharap pemerintah dan operator fasilitas kesehatan bisa memberikan APD yang sesuai untuk tenaga medis,” tandasnya.
Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah mengatakan, 75 persen perawat yang mengidap COVID-19 sedang menjalankan tugasnya di ruang perawatan rumah sakit.
Perawat ini mungkin tertular infeksi dari pasien tanpa gejala yang datang untuk pengujian COVID-19.
“Kami menyadari tenaga medis dari berbagai divisi kewalahan dengan lonjakan jumlah pasien COVID-19,” kata Fadhilah.
Untuk itu, dia mengimbau pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan untuk meningkatkan kualitas alat pemeriksa kesehatan agar mendapatkan hasil tes yang lebih akurat dan cepat serta menurunkan angka penularan di fasilitas kesehatan.