Transformasi Gado-Gado Boplo di Era Digital

MATRANEWS.id — Calvin Hartono tak tampil sebagai pengusaha gado-gado, tapi lebih sering laiknya seorang motivator.

Ia berbagi pengalamannya di beberapa acara off air, bagaimana meneruskan usaha Gado-Gado Boplo, yang sempat mengalami pasang surut.

Memiliki vlog, blog dan website, generasi kedua kuliner gado-gado ini menjadi pembicara bisnis.

Calvin sekaligus memberi kesaksian hidup, bahwa “Tangan Tuhan” selalu bekerja pada diri dan keluarganya, hari demi hari dan tak pernah berkesudahan.

Ia bercerita, usahanya dimulai dari kecil, berawal dari gang sempit di sebuah garasi dengan harga Rp. 25 per porsi.

Usaha yang tadinya hanya kedai kecil di gang sempit daerah Pasar Boplo itu, memang didirikan oleh Ibu Juliana Hartono, ibunya.

Juliana Hartono sukses membesarkan usaha Gado-gado Boplo ( Foto: Dok. pribadi )

“Saya membantu mama pada saat mama belanja, membantu untuk membawakan belanjaannya pulang ke rumah, kemudian juga selepas pulang sekolah saya membantu mengupas kulit telur dan mengelap meja (dagangannya),” kenang Calvin Hartono.

Calvin mengaku, dulu pagi-pagi kalau lagi tidur sebelum sekolah sudah dibangunkan oleh sang mama. Dengan mata masih ngantuk, ia terpaksa ya harus berbakti juga kepada orang tua.

Hingga Calvin beranjak ke bangku kuliah pun dia masih tetap setia membantu usaha ibunya.

Pria kelahiran Jakarta, 15 Maret 1968 itu menjelaskan, restoran Gado-gado Boplo pertamanya di Jalan Barito, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Sejak itulah Gado-Gado Boplo bertransformasi menjadi sebuah restoran modern, dengan tempat dan fasilitas yang nyaman, tapi tetap mengandalkan menu utama gado-gado.

Gado-gado Boplo bermula dari warung kecil di kawasan Kebon Sirih tahun 70-an. Kemudian tahun 80-an membuka gerai di sejumlah food court.

Sejak 2004 hingga sekarang bertransformasi menjadi sebuah restoran. Nama Boplo diadopsi dari nama apotik dan pasar Boplo yang berdekatan dengan tempat jualan ketika pindah ke Jl Wahid Hasyim.

Banyak pelanggan yang bertanya-tanya dan kecewa, ketika Gado-Gado Boplo yang terkenal dengan bumbu campuran antara kacang tanah dan kacang mete serta diikuti dengan konsep restoran yang modern itu tutup di kawasan Serpong.

Ada juga Gado-Gado Boplo yang pindah tempat, seperti yang di kawasan Roxi, atau pelanggan sengaja mencari-cari gado Boplo di restoran dan hotel.

Gado-gado Boplo dari awal sampai kini fokus pada menu utamanya yaitu gado-gado, sepertinya agak kesulitan dengan sewa tempat yang makin hari makin naik.

Alumnus Universitas`Pancasila, Ekonomi Manajen aktif ini sekarang ini lebih senang sharing pengalaman bisnis di berbagai kampus di Indonesia. Termasuk aktif ber-mediasosial Facebook.

“Pemenang adalah hasil dari kebiasaan baik yang dilakukan oleh seseorang. Pecundang adalah hasil dari kebiasaan buruk yang dilakukan pelakunya. Anda pilih yg mana?” demikian ia kadang memberi pencerahan, lewat media sosialnya.

Pria yang di sela-sela aktifitas selalu menyempatkan diri membaca buku itu mengatakan, Gado-gado Boplo juga melakukan inovasi di berbagai hal demi kepuasan konsumen. Berencana mengepakkan sayapnya untuk go internasional.

Untuk usaha bisnisnya, “Saya selalu mengandalkan Tuhan,” ujar Calvin, yang banyak mendapat dukungan penuh dari sang istri, hingga sukses seperti sekarang, memberi kesaksian.

 

Tinggalkan Balasan