Amerika Ancam Tidak Hadir G20 Jika Rusia Datang Ke Bali

Amerika Ancam Tidak Hadir G20 Jika Rusia Datang Ke Bali

MATRANEWS.id — Berita ini menjadi trending, terkait  negara Paman Sam yang  menegaskan kepada Indonesia, bahwa mereka tak akan mengikuti rangkaian pertemuan G20 jika perwakilan Rusia turut hadir

Menteri Keuangan AS Janet Yellen menginformasi, negara AS  akan memboikot “sejumlah pertemuan G20” jika pejabat Rusia muncul. Posisi Amrik bahkan demikian keras, menyatakan Moskow harus dikeluarkan dari forum Kelompok 20 ekonomi utama itu.

Sikap pemeritah AS seiring politik dalam negeri Amrik, yang anggota senat mempertanyakan masa depan G20 setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Bagaimana tidak, sejak 2008, G20 telah menjadi forum internasional utama untuk isu-isu mulai dari bantuan Covid-19 hingga utang lintas batas dengan anggota termasuk Cina, India, dan Arab Saudi, yang enggan mengutuk tindakan Rusia.

Yellen mengatakan kepada anggota parlemen, bahwa invasi Rusia ke Ukraina dan pembunuhan warga sipil di Bucha “tercela, merupakan penghinaan yang tidak dapat diterima terhadap tatanan global berbasis aturan, dan akan memiliki dampak ekonomi yang sangat besar di Ukraina dan sekitarnya.”

 Amerika Serikat dan sekutu utamanya telah menempatkan penekanan yang lebih besar dalam beberapa bulan terakhir pada G7 dari negara-negara demokrasi industri, yang kepentingannya lebih selaras, menggunakan pertemuan G7 untuk mengoordinasikan tanggapan mereka terhadap perang Rusia di Ukraina.

Yellen mengatakan pemerintahan Biden ingin mendorong Rusia keluar dari partisipasi aktif di lembaga-lembaga internasional utama, tetapi mengakui bahwa tidak mungkin Rusia dapat dikeluarkan dari Dana Moneter Internasional mengingat aturannya.

“Presiden Biden telah menjelaskan, dan saya tentu setuju dengannya, bahwa itu tidak bisa menjadi bisnis seperti biasa bagi Rusia di lembaga keuangan mana pun,” kata Yellen.
 “Dia meminta agar Rusia dikeluarkan dari G20, dan saya telah menjelaskan kepada rekan-rekan saya di Indonesia bahwa kami tidak akan berpartisipasi dalam sejumlah pertemuan jika Rusia ada di sana,” kata Yellen.

Juru bicara Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa pernyataan Yellen mengacu pada pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 pada 20 April di sela-sela Pertemuan Musim Semi IMF dan Bank Dunia di Washington dan pertemuan deputi terkait.

Baca juga :  Varian Alpha Coronavirus Berevolusi Agar Hindari Sistem Kekebalan Tubuh

Pertemuan keuangan April akan diadakan secara langsung dan virtual dan partisipasi Rusia tidak jelas saat ini.

Rusia sebelumnya mengatakan bahwa Presiden Vladimir Putin bermaksud untuk menghadiri KTT G20 di Bali tahun ini dan telah menerima dukungan Cina untuk tetap berada dalam kelompok tersebut.

Indonesia tidak dapat “mengusir” anggota G20 mana pun, termasuk Rusia, kata seorang pejabat pemerintah yang mengetahui masalah tersebut, seraya menambahkan apakah suatu negara hadir tergantung pada negara itu.

Rusia berpartisipasi, Sinyal Buruk Indonesia?

Indonesia sebagai tuan rumah KTT G20 di mana Presiden Rusia Vladimir Putin berencana hadir.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menilai, sikap AS seolah memberlakukan Indonesia sama dengan Ukraina saat diserang Rusia. Indonesia ditinggalkan sendirian untuk memecahkan masalah.

Seperti halnya Ukraina yang hendak bergabung dengan NATO, Indonesia sebelumnya telah menuruti kemauan AS dan sekutunya untuk berhadapan dengan Rusia.

“Indonesia telah menjadi co sponsor di mana AS menjadi sponsor utama atas Resolusi Majelis Umum PBB untuk mengutuk serangan Rusia. Tentu Indonesia layak dihukum oleh AS dan sekutunya bila suara Indonesia abstain, bahkan menentang Resolusi PBB yang mengutuk Rusia,” terangnya.

Menurutnya, sikap AS seolah tidak berempati dengan posisi Indonesia sebagai tuan rumah G20. Hal ini mengingat Indonesia telah melakukan berbagai persiapan, bahkan menyelenggarakan pertemuan-pertemuan ditingkat teknis untuk membahas terobosan bagi tumbuhnya perekonomian dunia.

Baca juga :  WWW Adalah Singkatan dari World Wide Web, Klik Ini Biar Jelas

“Semua ini dimatikan karena medan perang antara Rusia dengan AS dan sekutunya telah dipindahkan dari Ukraina ke Indonesia,” katanya.

Seharusnya ego AS dan sekutunya terhadap Rusia tidak dilampiaskan ke Indonesia yang sudah berani mengutuk Rusia atas serangannya. Terlebih, Indonesia berisiko untuk kehilangan sahabatnya dan dimasukkan dalam kategori negara-negara yang tidak bersahabat oleh Rusia.

“Indonesia masih memiliki ketergantungan dengan Rusia yang cukup signifikan mulai dari suku cadang pesawat tempur Shukoi hingga BBM yang telah disuling,” imbuhnya.

Menurutnya, bagi Indonesia harapan terhadap AS dan sekutunya sangat sederhana. Pertama, jangan pindahkan konflik dengan Rusia ke forum G20.

“Tidak seharusnya pernyataan akan hadir atau tidak disampaikan pada saat ini dan digantungkan pada syarat hadir tidaknya Rusia. Biarkan semua mengalir pada saatnya,” ujarnya.

Kedua, Indonesia tidak ingin ditekan dalam mengundang Rusia sebagai anggota G20. “Bukannya tidak mungkin bila Indonesia mengikuti kehendak AS dan sekutunya maka Rusia akan mendapatkan dukungan dari China dan mungkin India. Dua negara ini akan bersikap untuk tidak hadir bila Rusia dihalangi untuk hadir,” jelasnya.

Indonesia tidak ingin masalah geopolitik di Eropa berimbas pada pembahasan perekonomian dunia di masa mendatang. Terlebih dijadikan medan untuk melanjutkan upaya menjatuhkan Putin sebagai Presiden Rusia,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan