MATRANEWS.id — Pria yang pintar bergaul dan cerdas menjadi dambaan tiap perempuan. Tapi, tak sedikit pria dari jenis ini lebih suka menuai kepuasan setelah menyakiti hati wanita. Ia lebih mementingkan proses penaklukan ketimbang objek buruannya.
Kenapa bisa begitu?
Edo, sebutlah namanya begitu. Orangnya ganteng, isi kepala, dan dompetnya pun oke. Kapan saja dan di mana saja ia menjadi titik perhatian.
Di pesta ulang tahun, biar hanya dilihat penampilannya, Edo langsung banyak dipuja. Kongko di kafe, dia jadi bidikan para gadis. Pancaran kepribadiannya begitu kuat. “Sekali lirik oke sajalah!”
Nah, merasa berhasil meraih lelaki impiannya, perempuan yang telanjur jatuh hati biasanya akan meyakinkan diri, hanya dirinyalah yang ada di hati Edo.
Tapi, itu cuma isapan jempol. Sebab, tak lama kemudian, ternyata Edo bersikap serupa pada hampir semua gadis yang pernah ditaklukkan: dia meninggalkannya. Buat Edo, bukan si gadis yang membuatnya happy, tapi justru proses penaklukannya yang membuatnya bahagia.
Dalam kutipan akademis, pria seperti ini sebagai pengidap casanova complex.
Istilah itu muncul, karena pria itu memiliki kesamaan dengan yang dialami Giacomo Girolamo Casanova, playboy Italia yang kesohor.
Pria casanova complex sebagai tipe lelaki penakluk. Dan, itu bukanlah cerita baru.
Konon, sejak zaman prasejarah lelaki yang hidup di gua memang sudah dibekali naluri penaklukan. Kehebatan mereka diukur dari seberapa banyak perempuan yang ditiduri. Dalam praktiknya, lelaki penakluk senantiasa mereguk kepuasan jika mampu menundukkan perempuan incarannya. Apalagi, jika si perempuan tak berdaya.
Casanova bisa berbuat apa pun yang selaras hasratnya. Ia butuh dan menikmati pengakuan, baik dari “korban” maupun lingkungannya.
Kepuasan, bagi pria penakluk, merupakan akhir segalanya.
Casanova Tak Suka Pesta Seks
Cerita tentang Casanova bukanlah bualan semata. Pria yang lahir dari pasangan bintang drama, Gaetano Casanova dan Giovanna Maria Farussi, ini memang punya pengalaman cinta yang luar biasa. Giacomo Girolamo Casanova atau yang lebih dikenal dengan nama Casanova lahir di Venesia, Italia, sekitar 1725.
Di masa kecilnya, Casanova tergolong anak penyakitan. Salah satu penderitaannya, hidungnya kerap kali mimisan. Karena sering sakit, orang tuanya menduga ia tidak akan berumur panjang. Namun, itu tidak berlangsung lama. Dia tumbuh sehat hingga remaja.
Sialnya, penyakit seperti itu tak mau beranjak darinya. Di masa remaja, dia juga penyakitan. Bedanya, dia menderita penyakit kelamin seperti gonore, dan beberapa penyakit kelamin lain pada periode berbeda.
Lepas dari soal penyakitnya itu, pria ini memang sosok yang gampang membuat cewek gelisah hatinya. Badannya tegap walau berkulit sedikit gelap. Namun yang penting, Casanova punya banyak bakat.
Dia pernah bekerja sebagai serdadu, penulis, dan senang berpetualang. Di lain waktu, dia juga pernah melakoni pekerjaan sebagai spion, diplomat, dan pejabat pemerintah.
Dalam otobiografinya, History of My Life, Casanova mengaku telah mengencani sekaligus meniduri sekitar 122 perempuan. Wajarlah jika pengalaman itu menjadikan kehidupan seksnya amat berwarna.
Meski demikian, anehnya, Casanova tak suka menggelar pesta seks (orgy), fenomena seks yang paling populer di kalangan atas saat itu.
Toh begitu, dari sekian ratus cewek yang ditaklukkannya, dia hanya menemukan cinta sejati dalam diri Henrietta, perempuan muda asal Prancis.
“Orang yang percaya bahwa seorang wanita tak mampu menggembirakan seorang pria selama dua puluh empat jam sehari artinya belum pernah mengenal seorang Henrietta,” tulis Casanova dalam bukunya. Apes, Henrietta meninggalkan Casanova dan kembali kepada keluarganya.
Tragis memang, Casanova yang jagoan menggaet cewek itu mengenang kisah cintanya dengan Henrietta sebagai momen tersedih dalam hidupnya.
Casanova meninggal dalam usia 63 tahun. Wanita tetap menjadi bunga dalam hidupnya. Saat menjelang ajal, 4 Juni 1798, seorang perempuan berusia 22 tahun, Cecile von Roggendorf, dan Elise von der Recke − perawat Casanova − setia mendampinginya.
Gejala-gejala Pria Penakluk
1. Tidak merasa tenang sebelum menaklukkan lebih dari satu perempuan.
2. Tidak mampu membina hubungan yang sehat hanya dengan satu perempuan.Tidak peka terhadap efek negatif yang ditimbulkan oleh perilakunya.
3. Kebanyakan pandai berbohong dan egois.
4. Bisa meninggalkan pasangannya begitu saja tanpa merasa bersalah.
5. Berlangsung secara menahun dan cenderung menetap. Biasanya dapat dilihat minimal tiga bulan.
Kiat Mencegah
1. Bagi lingkungan, berhati-hati memberi penghargaan positif (reward). Jauhkan lelucon “menaklukkan satu perempuan hebat, tetapi menaklukkan lima perempuan lebih hebat”.
2. Untuk si penderita, harus bertanya pada diri sendiri: Apakah kenikmatan hidup diperoleh dari jumlah penaklukan? Sampai kapan ingin terus melakukan ini? Apakah tidak berpikir membangun hubungan yang lebih stabil dan permanen dengan satu perempuan?
3. Bagi perempuan, harus mengenal jati dirinya sebagai perempuan. Jangan terbuai oleh rayuan gombal, atau silau oleh prestasi dan segepok uang.