MATRANEWS.id — Ave Neohistorian!
Saya sangat terkejut saat mengetahui fakta bahwa banyak orang yang mengira “bak” dalam bahasa Hokkien artinya “babi”.
Dengan demikian, banyak yang berkata bahwa bakwan, bakso, bakcang, bakpia, bakkwe, bakpao awalnya terbuat dari babi yang kemudian dibuat versi halalnya seperti bakso ayam, bakso sapi, bakpao ayam, dan lain sebagainya.
Pernyataan ini sering dipakai sebagai kontra argumen terhadap polemik “Nasi Padang Babi” yang ramai baru-baru ini.
Izinkan saya luruskan. “Bak” dalam bahasa Hokkien bukanlah “Babi” melainkan “Daging“.
Dalam bahasa Hokkien, “Babi” disebut sebagai “tu” atau “ti”.
Contohnya “tu-bak” artinya “daging babi”, “ke-bak” artinya “daging ayam”, “gu-bak” artinya daging sapi, “nyo-bak” artinya daging kambing, “lang-bak” artinya “daging manusia”, dan lain sebagainya.
Peradaban Tionghoa yang sudah mencapai angka ribuan tahun tentu tidak hanya mengenal babi sebagai sumber pangan hewani.
Peradaban Tionghoa juga mengenal ayam, sapi, kambing, kelinci sebagai hewan yang bisa diolah menjadi makanan yang lezat.
Jadi sangat mustahil, orang Tionghoa yang datang ke Nusantara hanya membawa babi sebagai sumber pangan hewani mereka.
Satu-satunya hal yang haram menurut saya adalah menaruh kubis, bawang, dan wortel di dalam bakpao. Saya pernah membeli bakpao berisi sayuran tersebut.
Dan, saya sangat marah.
#Daniel Limantara