Buku KASAL Kedua Dari Tanah Pasundan Dicetak Ulang

Buku KASAL Kedua Dari Tanah Pasundan Dicetak Ulang
Display di Toko Buku Gramedia Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Secara khusus, dari atas panggung Kasal kedua dari tanah Pasundan mengucap terima kasih kepada tim penulis buku. “Kepada bapak S.S Budi Rahardjo yang menjadi editor,” ujar Laksamana (pur) Ade Supandi.

Di Gramedia Pondok Indah, buku berjudul: “KASAL Kedua dari Tanah Pasundan”, Laksamana TNI Ade Supandi berada pada display paling depan. “Karena mungkin, banyak dicari oleh tokoh, akademisi dan pengoleksi buku,” ujar Kolonel Syarif Thoyib, yang bersama Kolonel Heddy Sakti Alamsyah menjadi tim riset dan penyunting buku itu, dengan bangga.

Bersama buku berjudul: “Fondasi Negara Maritim” memang ternyata banyak dicari oleh tokoh, akademisi penyuka dan pengoleksi buku. Mereka mencari buku biografi dan pemikiran itu, di toko buku Gramedia dan Gunung Agung.

Sempat beberapa waktu lalu, mereka kecewa ketika tak mendapatkan stok kedua buku tersebut di toko buku tersebut dan banyak yang bertanya ke sana kemari, mencari tahu, bagaimana mendapatkannya.

“Bukunya tebal, tapi enak dibaca dan mudah dicerna. Sisi-sisi humanisme seorang militer hingga buah pikiran Ade Supandi memang amat berguna bagi yang sudah menjadi TNI AL, maupun yang minat, penjaga lautan dan pulau negeri. Tulisannya menginspirasi dan dapat menjadi bahan renungan,” ujar Prof Dr Anhar Gonggong, ilmuwan sejarah.

Dengan harapan menjadi kaca benggala — kalau baca benar, nggapai segalanya — bagai media refleksi diri dan memberikan manfaat kepada anak cucu dalam menghadapi kehidupan di masa kini dan masa datang.

Baca juga :  Sejumlah Jenderal Polisi Digeser, 173 Perwira Dirotasi, Siapa Saja?

“Orang gunung kok jadi pelaut, bahkan kemudian menjadi Laksamana yang memimpin AL dari sebuah Negara bahari, kelautan, maritim terbesar dunia,” masih komentar Anhar Gonggong yang ketika launching ikut membedah buku tersebut.

Moderator acara itu adalah Tina Talisa. Menghadirkan para panelis, diantaranya Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh, Prof. Dr. Anhar Gonggong, Prof. Dr. Rokhmin Dahuri dan Prof. Dr. Indroyono Susilo.

Dalam kesempatan tersebut hadir pula Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal), para pejabat Mabes TNI dan Polri, para pejabat teras Mabesal.

Juga dihadiri para mantan Kasal Laksamana TNI (Purn) Laksamana TNI (Purn) Widodo AS, Laksamana TNI (Purn) Arief Kushariyadi, Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, serta para tamu undangan lainnya.

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, S.E., M.M., sengaja hadir dan memberi ucapan selamat di Gedung Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (18/10).

Dalam sambutannya, Kasal Laksamana TNI Siwi Sukma Adji mengatakan, pandangan dan pemikiran Laksamana Ade Supandi yang dituangkan dalam kedua buku ini, merefleksikan tata cara berpikir dengan tidak sekedar memberikan gagasan, akan tetapi ikut serta dalam proses dan implementasi membangun Indonesia sebagai negara maritim yang kuat.

“Untuk itu saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada beliau yang telah memberikan sumbangsih pemikiran sebagai inspirasi bagi kita semua,” ungkap Laksamana TNI Siwi Sukma Adji.

KASAL Laksamana TNI Siwi Sukma Adji sambil mengutip sebuah pepatah yang menyebutkan, “Hidup tanpa buku seperti ruang gelap. Karena itu, setiap manusia bisa melihat isi dunia hanya cukup dengan membaca halaman dalam buku”.

Baca juga :  Pelantikan DPW PROPAMI Aceh Raya dan PPL

KSAL pun kagum, Ade memilih menghasilkan karya berupa buku agar dapat dinikmati generasi mendatang, yang ingin belajar tentang dunia kemaritiman.

“Dua buku ini merupakan cakrawala untuk membangun bangsa maritim yang kuat. Jadi buku ini sangat penting,” ujar Siwi.

KSAL memuji karir, mantan Kepala Staf Angkatan Laut periode 2015-2018 menjadi catatan tersendiri di dunia militer Indonesia. Orang Sunda kedua setelah Laksamana (anumerta) RE Martadinata yang menjadi Kasal.

Tertulis di buku itu, Joint The Navy to See The World, menjadikankan Laksamana Ade Supandi menginjak 41 negara dunia. “Buku atau media cetak lebih humanis,” ujar Laksamana (Purn) Ade Supandi, pada kesaksiannya.

Secara khusus, dari atas panggung Kasal kedua dari tanah Pasundan mengucap terima kasih kepada tim penulis buku. “Kepada bapak S.S Budi Rahardjo yang menjadi editor, juga kordinator tim penyusun di bawah Laksma TNI Gig Jonias, juga tim riset Kol Syarif Thoyib dan Kol Heddy Sakti,” ujar pria yang dikenal dengan dengan jurnalis ini.

“Apa yang terjadi pada masa kini, tidaklah berasal dari kekosongan masa lampau, karena di dalamnya ada dimensi ruang dan waktu yang terisi oleh sejarah dengan segala kisah yang mewarnainya,” demikian Ade Supandi, dalam sekapur sirih biografi yang berjudul “Kasal Kedua Dari Tanah Pasundan”.

Setiap jejak yang dilalui tidak hanya dimaknai sebagai serangkaian kebetulan, sesuai skenario Tuhan.

Baca juga :  Terungkap! Kunjungan Satuan Tempur Angkatan Laut Italia ke Indonesia: Strategi Besar Eropa untuk Indo-Pasifik!

“Dalam merekonstruksi kembali kisah hidup untuk menjadi sebuah buku, saya banyak dibantu oleh teman-teman media massa dan Dinas Penerangan Laut, sehingga potongan-potongan kisah dan peristiwa menjadi puzzle sejarah kehidupan saya,” ujar Ade.

Pada buku pertama biografi tentang penulis dengan merekonstruksi siapa yang terjadi mulai dari saat lahir dalam pengasuhan dan bimbingan orang tua, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kerja, hingga perjalanan hidup Laksamana (Purn) Ade Supandi menjadi Kasal.

Dalam buku tersebut Laksamana (Purn) Ade Supandi ingin berpesan agar menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur, mengembangkan diri dalam etika melalui kerja keras, kerja cerdas, dan senantiasa dalam jalan yang benar.

Buku kedua berjudul “Fondasi Negara Maritim” lebih mengemukakan bagaimana membangun Indonesia sebagai sebagai negara maritim yang kuat.

Secara keseluruhan fondasi maritim mengarahkan pada terwujudnya ocean leadership atau kepemimpinan yang bervisi maritim untuk mencapai kebijakan maritim yang terintegrasi. Kebijakan tersebut menjadi cerminan dalam mencapai tata kelola maritim yang baik dalam bingkai negara dan peradaban maritim yang maju.

baca juga: Wawancara Khusus Laksamana Ade Supandi di majalah Eksekutif — cetak — klik ini

“Orang gunung kok jadi pelaut, bahkan kemudian menjadi Laksamana yang memimpin AL dari sebuah Negara bahari, kelautan, maritim terbesar dunia,” masih komentar Anhar Gonggong.

Tinggalkan Balasan