MATRANEWS.id — “TNI merupakan simbol pelindung setia bagi kemakmuran dan kesuburan negara dari ancaman apapun temasuk ancaman perubahan iklim. Kami mengajak TNI dan Pemda aktif berkolaborasi pada upaya konservasi dan konservasi ekosistem hutan,” ujar Wakil Ketua DPD RI Sultan B Najamudin.
Melansir foto yang dimuat di beritasenator.com, di HUT TNI 5 Oktober 2021 ini, Andika yang disebut merupakan calon kuat Panglima TNI ngobrol banyak dengan Sultan Najamudin, tentang milenial hingga perkenbangan situasi terakhir.
Intinya obrolan dengan Jenderal TNI Andika Perkasa, S.E., M.A., M.Sc., M.Phil., Ph.D. Ia seorang perwira tinggi TNI-AD yang menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat sejak tanggal 22 November 2018. Andika merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1987. Sebelumnya, dia menjabat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat.
“Kami ingin bangsa ini membangun dengan baik, diisi dengan sumber daya manusia yang baik pula,” ujar Sultan Najamudin, mantan Wagub Bengkulu, yang juga merupakan Pemimpin Perusahaan Majalah HealthNews ini.
Andika dan Sultan tampak serius, walau sesekali mereka tertawa bersama. Banyak yang dibicarakan, antara laimn ini.
Ada rasa empati, mengenai laju degradasi lingkungan hidup khususnya deforestrasi hutan secara nyata telah menyebabkan terancamnya habitat populasi satwa liar terlindungi di kawasan hutan Indonesia.
Pada beberapa laporan, terdapat jenis hewan langka asli indonesia bahkan disimpulkan sudah mengalami kepunahan.
Menyikapi fenomena yang disebut sebagai krisis lingkungan hidup ini, wakil ketua DPD RI Sultan B Najamudin pada hari ulang tahun Tentara Nasional indonesia (TNI) yang ke 76 mendorong agar TNI dan Pemerintah daerah melakukan kolaborasi.
Ya, kerja sama dalam upaya menjaga ketahanan ekosistem hutan.
“Dengan sangat prihatin, kami harus mengatakan bahwa suasana ekosistem hutan Indonesia sedang dalam situasi kritis dalam beberapa tahun terakhir,” kata Sultan.
“Tapi, kita belum benar-benar menetapkan krisis ini sebagai sesuatu yang ekstraordinary,” ujar Senator yang konsen dengan isu lingkungan hidup ini.
Krisis lingkungan, menurut Sultan, merupakan musibah paling sistematis dan masif.
Yang secara perlahan akan mengevolusi pola kehidupan makhluk hidup khususnya manusia modern, jika kita masih abai melestarikan ekosistem hutan dan fauna endemik kita dengan pendekatan intensif.
“Sebagai negara yang kaya akan biodiverditas, sudah saatnya Indonesia memiliki sistem ketahanan lingkungan hidup yang detail dan unggul,” kata Sultan.
Sebagai instrumen pelindung bagi satwa langka dalam ekosistem hutan Indonesia.
“Karena sejatinya Sistem pertahanan dan keamanan negara kita juga diorientasikan pada usaha melindungi ketahanan satwa liar langka dan hutan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lanjut senator Sultan, dalam momentum peringatan hari jadi TNI yang ke 76 ini, DPD RI secara kelembagaan mendorong.
Agar TNI khususnya TNI angkatan darat yang tersebar di seluruh Kabupaten/kota membangun kerjasama intensif bersama pemerintah daerah setempat.
Untuk saling berbagai peran dalam menjaga satwa langka dan ekosistem hutan dari para mafia tambang dan pemburu liar.
Melansir The Guardian, Minggu (7/6/2020), lebih dari 500 spesies hewan liar darat dilaporkan berada diambang kepunahan.
Hewan-hewan tersebut diperkirakan akan punah dalam 20 tahun ke depan. Masalah kepunahan merupakan masalah lingkungan yang tidak dapat dipulihkan.
“Berkurangnya luas hutan menjadi faktor penting penyebab terancam punahnya satwa liar Indonesia, karena hutan menjadi habitat utama bagi satwa liar itu,” kata Sultan.
Aktifitas ilegal para mafia tambang dan Perusak Hutan dianggap paling bertanggung jawab atas laju deforestrasi hutan Indonesia.
“Dengan keuntungan yang fantastis,” kata mantan wakil Gubernur Bengkulu ini.
Diketahui, Mafia Tambang dan Perusak Hutan Paling Tajir
Mafia tambang raup Rp4.000 triliun setiap tahun kejahatan sektor lingkungan telah menghasilkan pendapatan sebanyak US$110 sampai dengan US$281 miliar atau lebih dari Rp4.000 triliun, setiap tahunnya.
Hasil kajian Financial Action Task Force (FATF) menyebutkan bahwa kejahatan lingkungan adalah kejahatan yang paling menguntungkan di dunia.
Dalam kajian yang berjudul: “Money Laundering From Enviromental Crime”.
Lembaga anti pencucian uang global itu menyebut kejahatan sektor lingkungan telah menghasilkan pendapatan sebanyak US$110 sampai dengan US$281 miliar, lebih dari Rp4.000 triliun kurs Rp14.271,9 per dolar Amerika Serikat, setiap tahunnya.
“Kejahatan kehutanan, penambangan liar, dan perdagangan limbah mencapai 66 persen, atau dua pertiga dari angka ini,” demikian kajian yang dikuitip Bisnis, Minggu (3/10/2021).
BACA JUGA: Majalah Eksekutif edisi September 2021