MATRANEWS.id — Menikmati hidup adalah suatu keberhasilan. Kita bersyukur kepada Tuhan karena terus sehat, dapat diberi kesempatan untuk beribadah, menjalani kehidupan hingga saat ini.
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan, dalam kehidupan kita. Yang bisa kita lakukan adalah, melakukan hal-hal positif untuk mengisi hidup kita.
Perubahan karena Covid, di masa pandemic saat ini memang tak terelakkan
Jadi, hadapi saja. Kita maknai, dengan penuh keikhlasan dan hanya berharap mendapat ridho dari Allah SWT.
Hidup itu memanglah mirip dengan puzzle, tersusun atas kepingan-kepingan peristiwa, yang tiap peristiwa itu membawa pesan yang berbeda dari-Nya.
Melangkah dengan lebih bijaksana dalam mengarungi kehidupan. Perjalanan kita seumur hidup adalah mengumpulkan kembali serpihan-serpihan gambar kehidupan kita yang tercecer.
BACA JUGA: Ahwil Mendapat Penghargaan Dari Negara, Presiden Jokowi
Kepingan-kepingan itu memiliki gambar dan bentuk yang berbeda atau dengan kata lain menyimpan makna yang berbeda – beda.
Apabila kepingan-kepingan itu disusun satu persatu secara berurutan, maka akan terbentuklah sebuah gambar penuh akan sebuah makna di dalamya.
Saya jadi ingat, ketika anak saya menelpon, bahwa dirinya bersama suami akan melakukan tugas kerja ke Aceh. Anak saya Deiree menikah dengan Kapolda Aceh, Inspektur Jenderal Polisi Ahmad Haydar, S.H., M.M melakukan kunjungan ke Aceh Barat Daya.
Bak sedang menyusun puzzle, otak ini langsung teringat peristiwa beberapa tahun yang lalu.
Engga menyangka juga, anak saya mendapat penugasan di Aceh. Ada dua Kapolda yang harus seijin Pemda, Papua dan Aceh.
Teringat ketika napak tilas ke anak yatim piatu korban Tsunami Aceh. Kami bersujudsyukur di Musholla Al Ahwil, yang dibangun, tatkala masyarakat Aceh mendapat bantuan masyarakat Meksiko, yang penduduknya beragama Katholik.
Lokasinya jauh, sekitar 14 jam perjalanan darat dari Banda Aceh, di pendalaman. Saya juga kaget. Tahu-tahu, anak saya sudah ke situ dan kirim foto-fotonya ke saya. Benar-benar tidak menyangka. Tapi itulah kehidupan.
Tsunami Aceh
Saya menjadi saksi, bagaimana rakyat Meksiko sungguh-sungguh membantu dengan hati kepada korban gempa dan tsunami di Aceh yang terjadi pada akhir Desember tahun 2004.
Bantuan itu merupakan ungkapan simpati rakyat Mexico atas bantuan yang pernah diterimanya dari dunia termasuk Indonesia saat gempa bumi dahsyat menghancurkan Mexico City tahun 1985.
Kita mengalami, bencana alam terbesar yang terjadi pada 26 Desember 2004.
Tatkala gelombang tsunami menyapu pesisir Aceh pasca gempa dangkal berkekuatan M 9,3 yang terjadi di dasar Samudera Hindia. Gempa yang terjadi, bahkan disebut ahli sebagai gempa terbesar ke-5 yang pernah ada dalam sejarah.
Kejadian itu terjadi pada hari Minggu, hari yang semestinya bisa digunakan oleh masyarakat untuk beristirahat, berkumpul bersama keluarga, dan menikmati libur akhir pekan bersama.
Tapi tidak dengan Minggu saat itu, masyarakat justru harus berhadapan dengan alam yang tengah menunjukkan kekuatannya, sungguh kuat.
Tsunami Aceh didahului gempa.
Tidak lama setelah itu, muncul gelombang tsunami yang diperkirakan memiliki ketinggian 30 meter, dengan kecepatan mencapai 100 meter per detik, atau 360 kilometer per jam.
Gelombang besar nan kuat ini tidak hanya menghanyutkan warga, binatang ternak, menghancurkan pemukiman bahkan satu wilayah.
Bermula dari gempa beberapa kali, ombak setinggi kurang lebih 20 meter membuat beberapa kota di provinsi itu lumpuh.
BACA JUGA: Wawancara Ekslusif Ahwil Lutan, klik ini
Tercatat 64 ton barang bantuan berupa pakaian dan makanan ditambah 10 ton obat-obatan saja senilai USD 1,5 juta yang diterima langsung di kantor KBRI Mexico City.
Dari USD 1,5 juta tersebut perusahaan obat Astra Xeneca telah memberikan sumbangan obat sakit kulit Xyloderm senilai USD 550.000,- yang diangkut ke Jakarta oleh perusahaan pengangkutan TMM atas biaya sebuah perusahaan TV Oferta berupa 6 buah kontainer masing-masing 40 meter cubic.
Dan sisanya USD 1 juta adalah obat-obatan anti biotik yang diterima dari Yayasan Rivera Venegas, perusahaan obat Alfarma dan perusahaan obat Kendrick.
Harga taksiran tersebut adalah harga pabrik untuk bantuan kemanusiaan sehingga harga dipasar sudah pasti bisa berlipat –lipat.
Betapa terkejut perasaan warga Indonesia di Mexico City dengan reaksi dan perhatian yang begitu besar dari pemerintah dan rakyat Mexico saat terjadi musibah gempa dan tsunami di Aceh.
Mereka menjadi saksi bagaimana rakyat Meksiko yang mayoritas beragama katolik sungguh-sungguh membantu dengan hati kepada korban gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara akhir tahun 2004
Mereka ternyata masih mengingat bantuan yang pernah diterimanya dari dunia pada saat gempa bumi dahsyat menghancurkan Mexico City tahun 1985.
Kedua bangsa telah dipisah oleh lautan yang begitu luas yaitu Lautan Pacific. Tapi nampak sekali bahwa hati kedua bangsa seolah telah bertaut. Bantuan dalam jumlah besar telah diterima dari pemerintah maupun rakyat Meksiko.
Selain dalam wujud uang, kantor KBRI Mexico City hampir kewalahan menampung bantuan berupa obat-obatan maupun makanan dan pakaian yang diantar masyarakat setempat ke kantor KBRI Mexico City.
Ada diantara mereka yang mengantarnya dengan air mata.
Tampak Ambasador Pedro dan Ambasador Ahwil
BACA JUGA: HealthNews.id, Jaman Baru Tetaplah Sehat, Klik ini
Saya yang seorang purnawirawan. Dari Komisaris Jenderal (Pol), yang sebelumnya berkantor di Markas Besar Kepolisian RI Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta.
Menapak karier dari bawah setapak demi setapak dengan penuh ketekunan mengabdi kepada negara hingga ke posisi yang ia sendiri tidak pernah saya bayangkan.
Dari Jalan Trunojoyo 3 ke Calle Julio Verne 27”, karena kantor Kedutaan Besar RI di Mexico City terletak di Calle Julio Verne no.27, Polanco, Mexico City.
Mengubah wajah KBRI Mexico City. Sebagai Duta Besar beberapa saran saya telah disampaikan ke Depertemen Luar Negeri untuk meluruskan hal-hal yang tidak beres.di
Saya diangkat oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri sebagai seorang Duta Besar RI untuk negara Meksiko, merangkap Panama, Honduras dan Costa Rica. Saat itu, Menteri Luar Negeri RI Dr. Hassan Wirajuda.
Saat menjadi duta besar RI untuk Meksiko merangkap Panama, Kosta Rika, dan Honduras, pada 2000.
Salah salah satu saya meningkatkan hubungan diplomatik dan perdagangan antara Indonesia dengan Meksiko.
Media pernah menulis, saya pelopor pendirian institusi yang saat ini dikenal sebagai Badan Narkotika Nasional (BNN). Biarlah itu menjadi catatan sejarah yang baik buat kita semua.
Kita berharap BNN semakin kerja bagus untuk bangsa ini.
Perlu dicatat juga, memang, ide Badan Koordinasi Narkotika Nasional (BKNN) sebagai badan yang menangani narkoba, seperti Drug Enforcement Administration (DEA) di Amerika Serikat. BKNN inilah embrionya.
Bersama istri Kemala Angraini, kami selalu bersyukur. Tuhan merancangkan apa yang baik buat kami. Anak saya tiga, istri satu. Chippy, Gary, dan Desirre.
Menaati dan hidup dalam rancangan Tuhan, niscaya kita bisa menemukan arti makna hidup kita. Hidup adalah misteri. Kita tak tahu, apa yang akan terjadi.
Awal pagi, dengan berdoa, karena Tuhan merancangkan yang baik untuk hidup kita.
Hanya dengan menerima perubahan, seseorang dapat hidup jadi lebih baik. Lalui hidup dengan berpikiran terbuka dan menerima perubahan dengan tangan terbuka.
Setiap manusia diibaratkan sebuah kepingan puzzle dan setiap kepingan itu mempunyai hubungan yang tak terpisahkan satu dengan yang lainnya dan sehebat apapun manusia, tetap saja dia adalah satu keping puzzle yang tak berarti bila tanpa kepingan yang lain.
Apapun langkah kita, kehidupan mempunyai caranya sendiri untuk mengarahkan kita kepada puzzle hidup kita. Berputar mengulangi peristiwa.
Dan sekali lagi, pemaknaan hidup sebagai rangkaian puzzle yang kita kumpulkan akan membuat seseorang dapat lebih bijaksana menyikapi seluruh peristiwa yang hadir.
Salam sehat dan teruslah berbuat baik kepada sesama dan sekeliling kita. Share kabar baik ini, agar kita bisa terus menularkan gaya hidup sehat.
Hormat saya, Ahwil Lutan Pemred Majalah HealthNews
BACA JUGA: Majalah MATRA edisi Oktober 2021