MATRANEWS.id — Catatan Pinggir Irjen Pol (Purn) Drs H Hamidin
Pria kelahiran 17 Oktober 1962 ini, merupakan seorang Purnawirawan Pati Polri yang rajin menulis opini dan kolom di HarianKami.com.
Mantan Analis Kebijakan Utama Itwasum Polri, yang lulusan Akpol tahun 1987 ini berpengalaman dalam bidang brimob. Jabatan terakhir jenderal polisi bintang 2 ini adalah Kepala Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Timur.
Hamidin Aji Amin terus membagikan sisi lain dari apa yang terjadi di bangsa ini, termasuk dalam kaitan dunia.
Mantan Kapolda Sulawesi Selatan yang pernah jadi Direktur Pencegahan BNPT pada 2015, dan Deputi III Bidang Kerja Sama Internasional BNPT pada 2017 ia laksanakan.
Selama memegang jabatan-jabatan tersebut, banyak prestasi dan kasus besar yang ditangani. Mulai dari menjadi Kapolsek pertama untuk pos perbatasan di Entikong Kalimantan Barat saat ketegangan antara Indonesia dan Malaysia.
Hamidin memimpin operasi Poso saat menjabat Kasubden Penindak Densus 88, menangani kasus Antasari Azhar saat menjabat Kapolres Metro Tangerang, dan juga menangani demonstrasi Kerbau SiBuYa saat bertugas sebagai Kapolres Metro Jakarta Pusat di masa Presiden SBY.
“Bicara radikalisme dan terorisme hari ini, tidak hanya menimpa kelompok tertentu yang basically sudah radikal, tetapi ancaman ini bisa datang juga di tengah tengah keluarga dan kelompok,” ujar pria kelahiran 17 Oktober 1962 ini.
SS Budi Raharjo yang merupakan Pimpinan HarianKami.com, CEO majalah EKSEKUTIF menulis wawancara ini khusus untuk Majalah MATRA.
Mereka berbincang tentang dialog dengan pelaku terorisme. Sosok yang banyak berinteraksi dengan mantan pelaku dan orang-orang yang terlibat langsung dengan radikalisme di Indonesia serta beberapa negara lain yang sedang menangani orang-orang Indonesia yang terlibat radikalisme terorisme di negaranya.
Berikut obrolan tentang Bencana atau Pembalasan dari Sang Pencipta. Sebuah tulisan dari praktisi terorisme yang hobi menulis dan melukis.
Ini Petikannya
Anda menyebut soal banyak pihak gagal pakah dengan agama Samawi maupun Ardhi?
Begini. Semua paham bahwa agama Samawi maupun Ardhi ataupun keyakinan aliran kepercayaan, pasti dalam ajarannya akan sitemukan konsep tentang hari qpembalasan. Baik pembalasan semasa seseorang masih hidup atau setelah kematian.
Pembalasan oleh sang pencipta tersebut diyakini berlaku terhadap manusia atau umat ciptaanNya atas perbuatan baik maupun perbuatan salah buruk dan Jahat yang telah dia lakukan. Persis seperti konsep “Panen dan Tuai ” yang ada dalam pepatah melayu kuno.
Nah, hari ini di tanah air, masyarakat juga sedang disuguhi dengan berbagai pemberitaan tentang peliknya situsi politik, ekonomi, hukum dan sosial.
Ya, mulai qdari berita tentang situasi dalam perpolitikan nasional, tentang tersangka kasus korupsi, tentang kebakaran besar di pusat hiburan dan pusat perbelanjaan di kota Jakarta, maupun yang paling trending yakni berita gonjang ganjing soal Pagar laut, serta seputar PSN PIK2.
Anda ingin menyebut hampir semua media meanstream dan media sosial dengan berbagai perspektif pendekatan, asyik berkutat pada isue itu?
Ya, situasi makin ramai lagi setelah tampil ratusan Podcast yang ikut mempublikasikan isue isue tersebut dengan video maupun audio melalui internet, yang dapat didengar, dan dapat dilihat, di berbagai platform medsos seperti Spotify, Anchor, SoundCloud, dan YouTube.
Sementara diluar sana, dibelahan benua yang lain, orang juga disibukan dengan berita tentang rencana gencatan senjata Hamas Israel dan bencana kebakaran yang telah meluluhlantakan dan meratakan kota Los Angeles California Amerika dan hancurnya Gaza di Palestina.
Apa yang Anda ingin sampaikan?
Sebagai umat beragama, sebaiknya anak bangsa marilah sejenak menundukan kepala seraya berdoa, semoga negeri ini dijauhkan dari Azab buruk dari Sang pencipta – sebaliknya – menjadi bangsa ini menjadi Makmur maju dan sejahtera.
Memangnya apa yang Anda lihat dampak global dari situasi di Palestina?
Secara logika, seharusnya tidak bisa dinafikan lagi bahwa perdamaian antara Israel dan Hamas telah berada ambang pintu.
Hamas pada tanggal 15 Januari lalu telah mengumumkan rencana kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata guna mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 15 bulan lebih di Gaza, yang telah menghancurkan totalitas infrastruktur dan kehidupan ribuan jiwa manusia.
Amerika Serikat, Qatar dan Mesir akan menjadi mediator perjanjian Multifase tersebut.
Konsekuensinya, Israel harus menghentikan perangnya di Gaza untuk tahap pertama, dan membebaskan sejumlah tahanan Palestina dari tahanannya.
Sebaliknya Hamas juga harus melepaskan 33 sandera, termasuk wanita anak anak, tawanan yang terluka , dan Lansia.
Sebanyak 65 sandera yang tersisa akan dibebaskan selanjutnya jika Hamas dan Israel setuju untuk memperpanjang jeda kenselasi pertempuran dan melakukan renegosiasi untuk gencatan senjata permanen.
Untuk selanjutnya sama sama membebaskan sandera yang masih tersisa.
Negosiasi untuk mengamankan tahap kedua dari kesepakatan tersebut akan dimulai setelah 16 hari pelaksanaan.
Tahap akhir dari perjanjian akan mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa dan rencana untuk membangun kembali Gaza.
Apa yang Anda catat?
Banyak yang membaca bahwa strategi Hamas saat ini kian melemah dan telah gagal melancarkan agresi perangnya.
Sungguh, tidak bisa dianggap sepele bahwa dengan diterimanya kesepakatan gencatan senjata dan penyanderaan oleh Hamas dan kabinet keamanan Israel.
Maka, situasi ini akan memberikan harapan baru bagi keluarga yang orang-orang terkasih yang telah ditawan oleh Hamas maupun Israel selama setahun lebih.
Asumsi Israel bahwa Hamas kian terjepit akibat perang dan serangan bertubi tubi Israel dengan teknologi perang super canggih.
Terbunuhnya pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, dan tewasnya para pemimpin serangan 7 Oktober Mohammed Deif, Marwan Issa, dan Yahya Sinwar memperkuat asumsi asumsi pelemahan tersebut.
Hamaspun telah mengumumkan dimulainya kembali perundingan gencatan senjata pada tanggal 5 Januari, persis dua hari setelah Hizbullah menyetujui gencatan senjata dengan Israel.
Hamas dinilai oleh Israel tidak memiliki lagi jaring pengaman dari Hizbullah yang mengobarkan perang di garis depan utara Israel yang selama ini telah berhasil mengalihkan perhatian Israel dari Gaza.
Menurut Anda, apakah Hamas akan beralih ke negosiasi?
Seperti strategi masa lalu ketika merasa terpojok. Sehingga terlalu dini saat ini untuk membuat kesimpulan bahwa Hammas kian melemah, mau bernegosiasi, dan menyerah.
Catatan menunjukan bahwa hamas pernah pada 6 Oktober 2023 lalu , mengingkari kesepakatan dan tetap melakukan perlawanan baru.
Sebab bagi Hammas Jihad adalah, “Perang qital, sebagimana dijelaskan dalam al-Qur’an surat a-Hajj ayat 39, “ bahwa telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya, dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”.
Tentu bukanlah persoalan mudah melawan prinsip prinsip Teologis yang bersumber dari Alquran dan hadizt, yang telah diajarkan sejak mereka lahir dan mereka merasa tertindas.
Sementara itu, masih dalam kawasan timur tengah, negara Iraq dengan berbagai persoalan dalam negerinya. Saat ini juga tengah meyakinkan faksi faksi bersenjata yang masih eksis memerangi Amerika dan sekutunya, yang masih agresif dan menembakkan roket dan pesawat nirawaknya ke Israel.
Iraq meminta para faksi untuk meletakkan senjata dan bergabung dengan pasukan keamanan resmi pemerintah.
Menteri Luar Negeri Fuad Hussein mendorong semangat ini dengan pertimbangan bahwa telah terjadi pergeseran seismik di Timur Tengah dengan melihat sekutu-sekutu bersenjata Iran di Gaza dan Lebanon sudah sangat terdegradasi.
Apalagi pemerintah Suriahpun nyatanya telah digulingkan oleh pemberontak. Belum lagi melihat rencana Donald Trump dari AS yang berjanji akan memberikan lebih banyak tekanan pada Iran yang telah lama mendukung sejumlah partai politik dan faksi faksi bersenjata di Irak.
Beberapa pejabat Baghdad sangat khawatir bahwa status quo di Iraq bisa terbalik arah untuk waktu waktu selanjutnya.
Bagaimana Anda melihat masa depan Asia Barat dan sikap Israel?
Sebuah berita dari Rasthaber telah memuat berita yang menyatakan bahwa perang Israel – Hamas telah merubah masa depan Asia Barat.
Ini sungguh menarik.
Ternyata di Internal Israel sendiri ada tarik menarik kepentingan. Kabinet Israel diperkirakan akan menyetujui perjanjian karena ada seruan Presiden Israel Yitzhak Herzog.
Kenapa Anda menyebut menarik?
Karena kantor Perdana Menteri hari Kamis minggu lalu justru mengklaim bahwa Hamas telah menarik diri dari beberapa perjanjian.
Akibatnya terjadi ” Situasi Krisis “pada menit menit terakhir dalam penyelesaian perjanjian tersebut. Pernyataanpun telah direlease secara resmi dalam bahasa Inggris dan Ibrani, bahwa “Kabinet Israel tidak akan bertemu, sampai mediator memberi tahu bahwa Hamas menerima semua elemen perjanjian ”
Sebaliknya semua tuduhan bahwa mereka ( Hamas ) mundur dari beberapa rincian perjanjian adalah tidak benar, “mereka mematuhi persyaratan yang diumumkan mediator minggu lalu” demikian ditegaskan oleh salah satu pejabat senior Hamas Izzat al-Rishg.
Menjelang pemungutan suara di Israel yang belum diketahui kapan akan dilaksanakan, masyarakat sudah mengidentifikasi akan adanya perbedaan pendapat.
Dua tokoh senior yakni Menteri keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Itamar Ben – Gvir adalah tokoh yang menentang .
Menteri keuangan dengan penuh kemarahan memberikan pernyataan, ” Sepertinya semua orang paham bahwa mereka tidak bisa mengalahkan gerakan teroris hanya dengan kekuatan.”
“Satu satunya solusi yang didukung Israel adalah menetap di Gaza dan orang orang yang tinggal di sana di deportasi Sinai atau Yordania. Tapi sekarang kami telah menandatangani kesalahan kami,” tegasnya.
Sebagai ketua partai Religius Zionisme, dia juga menegaskan akan menarik diri dari koalisi partai bila Israel tidak memulai kembali perjuangannya sampai mencapai “Kemenangan Penuh” setelah fase pertama gencatan senjata.
Sama seperti Menteri Keuangan dan Menteri Keamanan, seorang senior pejabat militer tanpa mengekpos namanya berbicara kepada pers Israel dan mengatakan, “Ini adalah kesepakataan dan bencana yang mutlak.
Artinya, menyetujui perjanjian semacam itu selama lebih dari setahun?
Ya. Perjanjian ini membuat semua kemajuan yang telah kita capai di Gaza menjadi sia-sia, untuk menyingkirkan Hamas dari Kekuasaannya.
Berdasarkan perjanjian ini – sebagaimana yang telah dijamin pada jam ini” katanya berapi api. ”
Hamas akan maju terus untuk menguasai Gaza – Hamas mungkin akan mempersenjatai kembali dan merekrut lebih banyak prajurit daripada sebelum ini.” tambahnya.
Prajurit senior itu mengakhiri kata-katanya dengan pernyataan yang mengejutkan ini: “Saya akan mengatakan satu kata kepada Anda – Malu. “Kami menyerah kepada teroris HAMAS.” katanya.
Bagaimana Anda melihat kasus Kebakaran hebat di Amerika Serikat?
Seperti diberitakan di berbagai media bahwa kota Los Angeles California Amerika Serikat telah luluh lantak dan hangus terbakar akibat amukan sijago merah sejak 7 Januari lalu.
Dan, disebut di media musibah itu telah menghanguskan12.000 bangunan, 40.000 Ha tanah, menewaskan 27 orang, dan 31 orang lainnya bahkan belum diketemukan keberadaannya. Kerugian mencapai 4500 triliun.
Kebakaran terbesar tersebut terjadi akibat angin Santa Ana yang berkecepatan 100 mph yang bergerak cepat membawa api ke arah laut.
Peringatan darurat Fire Weather Watch telah dikeluarkan oleh Pemerintah bahwa akan adanya potensi angin utara ke timur laut yang sangat merusak.
Apa yang ingin Anda beri catatan pinggir untuk kasus kebakaran Los Angeles?
Adidaya kuasa Sang Pencipta ternyata datang lebih cepat dan dahsyat dari pada hitung hitungan upaya preventif yang dipersiapkan pemerintahan California.Api baru mereda pada tanggal 15 Januari lalu.
Sulit dibayangkan 4500 Triliun musnah hanya dalam waktu seminggu.
Berita kebakaran besar di los angeles ini telah ditanggapi beragam oleh media dan sosmed di seluruh dunia. Ada yang prihatin, ada yang menganggap kecerobohan pemerintah, ada yang menyayangkan kurangnya kemampuan teknologi prevensi kebakaran.
Tapi ada juga yang menghubungkannya dengan keyakinan agama yang dianut nitizen.
Bahkan ada youtube berisi sumpah dan doa seorang anak Palestine terhadap kekejaman Israel terhadap masyarakat sipil di Gaza dimana dipahami bahwa Amerika adalah salah satu pendukung utama militer Israel di Gaza.
Apa pendapat Anda dengan ragam info yang tampil di media dan sosmed?
Itu adalah kebebasan berpendapat. Siapapun boleh berpendapat dengan kaca matanya sendiri.
Ada yang melihat kebakaran Los Angeles sebagai Pembalasan atas dukungan Amerika terhadap Genosida dan pelanggaran HAM Israel terhadap masyarakat Gaza.
Lalu ditanggapi oleh pihak lain bahwa itulah sikap orang” Schadenfreude” yaitu senang melihat orang tertimpa bencana.
Tapi seperti pantun berbalas, pernyataan itu dibalas dengan pertanyaan serupa apakah anda tidak melihat berapa wanita lansia dan balita yang harus meregang nyawa, cacat permanen atau menjadi yatim piatu? Ada juga adalah Schadenfreude.
Kemudian persoalan berbelok ke ranah sensitif – Agama. Peneliti Islam dalam urusan agama tidak mengabaikan fakta dalam Al- Quran “bahwa seseorang dapat menuai kerugian akan apa yang dilakukannya dalam bentuk musibah”.
Masalahnya apa mereka menentukan apakah Bencana alam yang sedang terjadi di Amerika merupakan hukuman Tuhan?
Ha-ha-ha. Itulah yang sulit. Khalid Al- tazwani, Kepala Pusat Investasi Budaya Maroko menegaskan bahwa menghubungkan bencana alam, seperti kebakaran di Los angeles, dengan hukuman Tuhan bukanlah hal baru.
Hal umum yang sudah terjadi di berbagai belahan dunia, terutama dengan latar belakang agama.
Klaim bahwa api tersebut adalah hukuman Allah tidak hanya dilontarkan oleh bangsa Arab dan Muslim saja, tetapi banyak juga berasal dari masyarakat Barat.
Al -Tazwani, seorang profesor sebuah universitas, kepada Hespress mengatakan posisi tokoh Amerika yang tersebar , mengatakan bahwa kebakaran di Los Angeles adalah hukuman dari Illahi bagi Amerika karena bantuannya kepada Israel dalam perang pemusnahan (Genosida) terhadap Gaza.
Abdul Latif Al-Wazkani, seorang peneliti ilmu-ilmu Islam, juga turut menegaskan bahwa “pertanggung jawaban dan hukuman adalah dua urusan di tangan Tuhan; Ia boleh menyiksa seorang Muslim karena salah satu perbuatannya, sebagaimana Ia menyiksa seorang non-Muslim, dan dengan cara yang Maha Kuasa dan Maha Agung kehendaki.
Bagaimana jika ada pernyataan seseorang bahwa musibah ini (kebakaran Los Angeles) merupakan hukuman Tuhan?
Semua tergantung pada kepercayaan dan iman. Di Islam, ada firman Allah SWT dalam Surat Ash-Shura: “Apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah karena perbuatan tanganmu sendiri.”
Dan dalam Surat An-Nisa: “Apa saja kebaikan yang menimpa kamu, maka adalah karena perbuatan tanganmu sendiri.”
“Apa yang menimpa kamu, maka itu dari sisi Allah, dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu dari sisi dirimu sendiri,” jelasnya, kedua ayat tersebut berarti, “Barangsiapa yang dengan sengaja berbuat kerusakan atau kejahatan, maka ia akan disiksa oleh Allah atas apa yang diperbuat oleh tangannya.’
Hanya saja, “bagaimanapun, seseorang tidak dapat dan tidak boleh yakin bahwa bencana alam merupakan hukuman dari Tuhan.”
Peneliti ilmu-ilmu Islam lain menjelaskan bahwa “bersemangat, yaitu kegembiraan seseorang atas penderitaan atau kerugian yang dialami sesama manusia, bukanlah termasuk ciri-ciri Islam dan hukumnya haram.
Yang mendukung pernyataan Al-Tawzani mengenai fakta bahwa “bencana alam dan kejadian darurat pertama-tama memerlukan inisiatif untuk menunjukkan solidaritas.”
Dengan mereka yang terkena dampak; Hal ini terbukti dari inisiatif Maroko untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada Spanyol setelah banjir Valencia, dan dalam bantuannya dalam pembangunan kembali Katedral Notre Dame di Prancis.”
Jadi poinnya apa?
Menilai konsteks pembalasan Tuhan terhadap bencana alam kebakaran Los Angeles adalah hak individu yang bebas.
Apalagi bagi umat beragama, karena memang agama mengajarkan konsep perbuatan baik benar salah termasuk pembalasan atas perbuatan tersebut dari sang pencipta. Apalagi dalam Islam.
Belajar dari kaus hancurnya infrastruktur dan tewasnya ribuan manusia tidak berdosa di Gaza atas serbuan Israel, yang merupakan balasan atas serbuan Hamas ke pemukiman Israel.
Dan, hangusnya infrastruktur dan hutan, serta tewasnya manusia tak berdosa karena serangan angin beliung Santa Ana yang dianggap sebagai pembalasan Allah atas dukungan Amerika kepada Israel dalam memerangi muslim di Gaza, dapat dijadikan pelajaran, baik dari sisi kemanusiaan maupun agama.
Bahwa saling tuding dan saling salah menyalahkan tidak akan menyelesaikan permasalahan yang justru akan memperkeruh dan memperpanjang permusuhan umat manusia baik Gaza, Israel, termasuk negara tetangganya.
Mari dukung gencatan senjata. Mari dukung perdamaian dunia. Hilangkan dendam masa lalu. Urusan pembalasan biar Allah swt yang punya kuasa atas itu.
Karena Allah SWT berfirman dalam surat Al An’am ayat 160
مَنْ جَاۤءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهٗ عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاۤءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ
Siapa yang berbuat kebaikan, dia akan mendapat balasan sepuluh kali lipatnya. Siapa yang berbuat keburukan, dia tidak akan diberi balasan melainkan yang seimbang dengannya. Mereka (sedikit pun) tidak dizalimi (dirugikan).” (QS Al An’am: 160).
Ayo kita menjadi pilar kedamaian. Semoga Allah SWT melindungi kita semua .
Dalam tulisan-tulisannya, Hamidin sering mengulas isu-isu global, seperti konflik Israel-Hamas dan bencana alam di Amerika Serikat.
Ia menyoroti bagaimana konflik di Gaza telah membawa dampak besar, tidak hanya bagi kawasan Timur Tengah tetapi juga dunia internasional. Ia mencatat bahwa gencatan senjata yang dinegosiasikan oleh pihak-pihak seperti Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir merupakan langkah awal menuju perdamaian.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa kesepakatan tersebut masih rentan dan membutuhkan komitmen penuh dari semua pihak.
Hamidin juga menyinggung kebakaran hebat di Los Angeles, yang menewaskan puluhan orang dan menghancurkan ribuan bangunan. Ia mengaitkan kejadian tersebut dengan refleksi spiritual, mengingatkan bahwa bencana bisa menjadi pengingat bagi umat manusia untuk introspeksi.
Namun, ia menekankan pentingnya solidaritas dan kerja sama internasional dalam menghadapi bencana, alih-alih saling menyalahkan.