MATRANEWS.id repost Hariankami.com — Soeharto harus memaksakan diri berkuasa 30 tahun lebih agar akar kepemimpinannya kuat. Jokowi cukup 10 tahun, tapi akar kepemimpinannya relatif sekuat Soeharto.
Jokowi mengukuhkan akar kepemimpinannya melalui tangga karir kepemimpinan yang kokoh.
Dua kali jadi walikota Solo, sekali jadi Gubernur DKI Jakarta, dan dua kali jadi Presiden RI. Angka keramat Jokowi : 212 !
Lalu dia juga menggeber habis pembangunan (khususnya infrastruktur) yang membuat nusantara seperti terhubungkan satu sama lain. Pusat bukan lagi Jawa, tapi Indonesia. Indonesia sentris ! Dan, last but not least : Jokowi bersih.
Apakah Jokowi sempurna ? Tidak. Masih jauh.
Penegakan hukum yang masih compang-camping. Korupsi yang masih merajalela. Intoleransi dan radikalisme juga masih menyeruak. Dan lainnya.
Tapi akar kepemimpinan Jokowi terlanjur kokoh. Tidak ada presiden Indonesia yang diciderai, dilecehkan, difitnah, dijegal segila Jokowi. Tapi dia bergeming. Dia tetap kokoh.
Jadi berbagai serangan brutal itu bukan tanda kelemahannya, justru kekuatannya. Karena dia tetap berdiri kokoh.
Akar yang kokoh itu menjilma dalam bentuk “silent majority” yang lebih banyak diam, dan hanya bergerak saat diperlukan. Namun sekali bergerak, daya gebraknya menggiriskan.
Akar kepemimpinan kokoh inilah yang memberinya kekuatan berupa “restu kepemimpinan”.
Artinya, terkait perhelatan 2024 kelak – restu Jokowi akan menentukan kemenangan capres yang berlaga. Itu sebabnya Prabowo tersadar dan segera menempelak Fadli Zon yang terus menggempur Jokowi.
Tanpa restu Jokowi, dia bakal kedodoran dan kalah. Maka dia juga berburu restu Jokowi. Kemana restu Jokowi berlabuh ?
Saat ini, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Siapa yang mendapat restu Jokowi akan menatap kursi RI-1 2024 dengan penuh optimisme.
Jokowi – lelaki kurus dari bantaran kali di Solo itu – sudah jadi “king maker” !
Penulis : instagran / @herry.tjahyono ***