Ir. H. Djuanda Kartawidjaja Perintis Perkeretaapian dan Pejuang Kedaulatan Laut Indonesia

Ir. H. Djuanda Kartawidjaja Perintis Perkeretaapian dan Pejuang Kedaulatan Laut Indonesia

Kunjungan Keluarga Djuanda ke Kantor Pusat PT Kereta Api Indonesia di Bandung

MATRANEWS.id — Mengenang Peran dan Warisan Ir. H. Djuanda Kartawidjaja: Perintis Perkeretaapian dan Pejuang Kedaulatan Laut Indonesia

Ir. H. Djuanda Kartawidjaja adalah sosok yang tidak hanya dikenal sebagai Perdana Menteri Indonesia ke-10, tetapi juga memiliki jasa besar terhadap penentuan wilayah kelautan Indonesia dalam Deklarasi Djuanda tahun 1957.

Melalui deklarasi tersebut, laut Indonesia dinyatakan sebagai satu kesatuan wilayah NKRI yang mencakup laut sekitar, di antara, dan di dalam kepulauan Indonesia, yang lebih dikenal sebagai negara kepulauan.

Menjadi catatan sejarah juga bahwa Ir H Djuanda adalah Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia yang pertama. Sosok yang menjadi salah satu pahlawan KA yang berperan dalam pengambilalihan perusahaan KA dari pemerintahan Jepang.

Sosok Djuanda menjadi bagian dari pada masa awal operasional Kereta api, karena masih menggunakan kereta kuno dan dengan jalur yang tidak terlalu bagus. Maka, guncangan di kereta cukup terasa, sehingga ada sebutan yang viral kala itu, degan istilah ” Goyang Djuanda”.

Hal ini yang segera diperbaiki oleh Pak Djuanda untuk kenyamanan pengguna kereta pada saat itu.

 

Beliau kemudian memimpin Kepala Jawatan Kereta Api Wilayah Jawa dan Madura serta menjadi Menteri Perhubungan.

Atas jasa-jasanya, beliau mendapatkan gelar tokoh pahlawan nasional dan namanya diabadikan mulai dari nama bandara, taman, jalan, stasiun, dan termasuk penggunaan nama Ir H Djuanda digunakan sebagai nama Pusdiklat PT KAI.

“Kita keluarga besar Djuanda diundang oleh Direksi KAI untuk menikmati perjalanan dengan kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh. Proyek ini merupakan proyek kereta cepat pertama di Indonesia,” ujar Ismeth Wibowo cucu dari Pahlawan Djuanda memberikan kesaksian setelah menaiki kereta api cepat tersebut dan merasakan fasilitas yang disediakan.

Baca juga :  Momen Acara Pelantikan Prabowo Subianto: Mobil Pindad Garuda Mencuri Perhatian

Perjalanan dimulai dari Stasiun Halim Perdanakusuma, yang memiliki desain modern dan futuristik dengan tiga lantai yang berbeda fungsi. Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh menawarkan interior yang mewah dan nyaman dengan berbagai fasilitas seperti kursi empuk, televisi, dan charging listrik.

Kereta ini memiliki panjang sekitar 350 meter dan dapat melaju dengan kecepatan maksimal 350 kilometer per jam, menyajikan pemandangan indah sepanjang perjalanan.

 

 

 

 

 

 

Sepanjang perjalanan, pemandangan dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh terlihat sangat indah dengan berbagai macam topografi mulai dari perkotaan, pedesaan, hingga pegunungan.

Ada dua gerbong kelas eksekutif, empat gerbong kelas bisnis, dan empat gerbong kelas ekonomi dalam satu rangkaian kereta Whoosh.

Kita keluarga duduk di kursi kelas eksekutif dan ekonomi. Kursi-kursi kelas eksekutif memiliki sandaran yang bisa diatur dan terdapat meja kecil di depannya.

Di setiap kursi, terdapat televisi layar datar yang dapat digunakan untuk menonton film atau acara TV. Televisi ini juga dapat digunakan untuk mengakses internet. Selain itu, di setiap kursi juga terdapat colokan listrik yang dapat digunakan untuk mengisi daya ponsel atau laptop.

Ismeth Wibowo cucu Pahlawan Djuanda yang merupakan Komisaris motor listrik Sunra di Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

“Kita diajak melihat bunker di kantor Pusat PT KAI di Bandung, Jawa Barat. Ruangan bawah tanah yang kini dijadikan ruang arsip perkeretaapian sejak puluhan tahun silam,” masih kata Ismet Wibowo tentang pengalamannya melihat sejumlah foto terpajang di sana mulai dari pembangunan jembatan rel hingga model kereta api di zaman penjajahan Belanda.

Baca juga :  5 Oktober 2021, HUT TNI ke 76: Catatan Khusus Asri Hadi

Ismet juga bersaksi bahwa, menurut keterangan dan ia melihat bungker ini dibuat untuk jalur keluar masuk tentara Belanda di zaman penjajahan. Bungker tersebut memiliki jalan bawah tanah yang menghubungkan ke jalan lain terkoneksi.

Selain bungker bawah tanah, kantor PT KAI Pusat juga memiliki ruang arsip lengkap di gedung paling belakang. Di sana sejarah dan proses pembangunan kereta api di Indonesia sangat lengkap dari tahun ke tahun. Bahkan, pihak PT KAI sudah mencocokan sejarah PT KAI di Indonesia dengan arsip yang ada di Armsterdam dan Netherland, Belanda.

Keluarga Besar anak, cucu dan cicit Djuanda berkunjung ke kantor pusat PT Kereta Api Indonesia di Bandung. Mereka bersilaturahmi dan diundang oleh Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo dan jajaran Direksi lainnya.

Pulang ke Jakarta, rombongan keluarga Djuanda diajak merasakan kereta Inspeksi. Ini adalah kereta kedinasan yang dibuat untuk dipakai para pejabat minimal setingkat Menteri untuk inspeksi1.

Kereta ini milik KemenHub dan tempat penyimpanannya ada di PT Inka Madiun1. Definisi kereta inspeksi di Indonesia mirip dengan yang direkomendasikan oleh Federal Railroad Administration (FRA) di Amerika Serikat maupun menurut Union internationale des chemins de fer (UIC)2. Inspeksi didefinisikan sebagai pengawasan terhadap kelaikan teknis dan operasional penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian.

Baca juga :  Kepala BPOM: Pemerintah Terus Pastikan Keamanan dan Khasiat Vaksin di Tanah Air

 

 

 

 

 

 

Begitulah, Ir. H. Djuanda Kartawidjaja meninggal dunia pada tanggal 7 November 1963 akibat serangan jantung. Namun, warisannya tetap hidup melalui berbagai nama bangunan dan fasilitas penting di Indonesia yang diabadikan dengan namanya, seperti Taman Hutan Raya Ir H Djuanda, Bandara Internasional Djuanda dan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Jati Luhur Purwakarta Jawa Barat.

Jenazah Djuanda Kartawidjaja dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Djuanda Kartawidjaja ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 29 November 1963.

Bapak Ir. H. Djuanda dan Ibu Hj. Yuliana Djuanda mempunyai 5 orang anak yaitu 4 anak wanita dan 1 anak pria. Anak pertama almarhumah Ibu Hj. Poppy Marleni menikah dengan Almarhum Jenderal Polisi (Purn), Prof. Dr. Awaloedin Djamin MPA, Mantan Kapolri. Kemudian Ibu Hj. Astri menikah dengan Almarhum Drs. H. Waskito Reksosoedirdjo, Mantan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara.

Almarhumah Ibu Hj. Ingearti menikah dengan Almarhum Drs. H. Ilchaidi Elias, Mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian. Dan almarhum R. Kemal Budiman Djuanda menikah dengan Ibu Hj. Etty Natalegawa. Terakhir Ibu H. Noorwati menikah dengan H. Hanitiyo Sukrasno.

 

 

 

 

 

 

  • https://www.hariankami.com/berita-kami/23612042650/keluarga-besar-dirut-pertama-kai-djuanda-diundang-direksi-kai-untuk-mengunjungi-kantor-pusat-pt-kereta-api-indonesia-di-bandung

 

Tinggalkan Balasan